Chapter 5 - Lega

Sinta kembali dikagetkan oleh bentakan Reyhan pada wanita itu.

" kenapa kau diam saja, jawab! apa dia benar-benar anakku? jika kau membohongiku, kau dan keluargamu akan aku hancurkan." perempuan itu ketakutan, dan langsung pergi meninggalkan rumah itu . Melihat itu Reyhan tersenyum sinis dan berkata..

"Kau pikir semudah itu menjebakku." Katanya geram.

Reyhan membalikkan badannya, dan hendak pergi kelantai dua, dia dapat melihat ekspresi wajah Sinta yang kaget dan ketakutan di atas sana, melihat Reyhan yang menatapnya, Sinta buru-buru pergi ke kamar yang telah disediakan untuknya. Dia duduk termenung di atas tempat tidurnya, dia membayangkan peristiwa tadi jika menimpa dirinya.

Karna asyik dengan pikirannya, Sinta tak menyadari kalau Reyhan membuka pintu kamarnya dan telah berdiri di dekatnya.

"Apa yang kau pikirkan? " Suara berat Reyhan mengagetkannya, sehingga dia langsung berdiri dan hampir saja tersungkur ke depan jika saja laki-laki itu tak menahan tubuhnya.

" Terima kasih tuan" Katanya sambil membetulkan posisi berdirinya.

" Apa yang kau pikirkan? " Reyhan kembali mengulang pertanyaannya.

"Aku hanya memikirkan nasibku yang akan kau usir jika suatu hari nanti aku juga hamil seperti dia, sementara kau tak menggunakan perlindunganmu tadi" jawabnya polos. wajahnya tampak begitu sedih.

"Sudahlah.. kau tak memahami hal yang sebenarnya " Jawab Reyhan sambil meninggalkan kamar Sinta.

Reyhan kembali kekamarnya, dia tidur telentang, kedua tangannya dijadikan sebagai alas kepalanya. Entah kenapa, dia memikirkan hubungan yang baru saja dilakukannya tadi, ada perasaan beda saat dia berhubungan dengan gadis itu, selama ini dia tak pernah menyentuhkan bibirnya pada tubuh wanita manapun, tapi hal itu entah kenapa malah dilakukannya pada gadis itu, dan terlebih lagi dia malah berhubungan tanpa pengaman, hal yang tak pernah dilakukannya selama ini.

.........

Sinta berusaha memejamkan matanya, namun tetasa sulit. Pikiran tidak tenang. Dia khawatir dengan adiknya di sana. Tak lama kemudian bibinya menelfon mengabarkan bahwa operasi Suci berhasil.. dan beruntung tidak terlambat, jadi nyawa Suci bisa tertolong. Sinta menangis haru, dia sangat bersyukur. Dia tak menyesal telah menggadaikan dirinya pada laki-laki itu demi adik semata wayangnya. Lagi pula hubungan mereka juga bukan suatu dosa.

Sinta tertidur dengan pikiran tenang, bibirnya tersenyum lembut karena hatinya merasa tenang.

......

Reyhan berjalan menuju kamar Sinta, dia ingin memastikan keadaan gadis itu. Entah kenapa dia sedikit memikirkan perempuan itu dan mencemaskannya. Reyhan membuka pintu kamar itu, tapi terkunci dari dalam..

"Berani sekali kau mengunci kamar ini.. Lihat saja, besok aku akan merusak kuncinya" Kata Reyhan geram.

..........

Subuh itu Sinta bangun. Setelah membersihkan diri dan Sholat Subuh, gadis itu menuju dapur. Gadis itu terbiasa membawa bekal untuk sarapan ke kantor. Sinta memberanikan diri memasak makanan dengan bahan yang ada di dalam kulkas. Reyhan sangat jarang makan di rumah, sehingga pengurus rumah yang ada di rumah itu jarang memasak untuknya. Apa lagi pagi hari, Reyhan bahkan tak pernah sarapan di rumahnya.

Sinta tengah sibuk di dapur, sehingga pengurus rumah segera menuju dapur karena mendengar ada kegiatan di sana.

"Nyonya... biar aku yang masak, nanti tuan marah " Kata perempuan paruh baya itu.

" Gak apa apa Bi... biar aku saja" Jawab Sinta tersenyum lembut.

"Tapi Nyah... " perkataan Bibi itu terputus karena Sinta berkata..

"Bi... panggil saja aku Sinta.. jangan nyonya ya Bi..! "

"Tapi Non Sinta kan Istrinya Tuan? " Tanya si bibi heran. Bibi itu awalnya juga kaget saat tuannya itu mengatakan kalau Sinta adalah istrinya. Padahal pagi harinya tuannya itu belum menikah, tau tau begitu pulang kantor tuannya sudah membawa seorang istri..

Biasanya Tuannya itu membawa seorang wanita yang berbeda hampir setiap minggunya, tapi kali ini seorang istri.. Melihat bibi yang bingung, Sinta menceritakan kisahnya, tapi dia masih terus memasak makanan untuk sarapannya.

"Jadi begitu Non? " Tanya bibi itu sedih, dia terharu mendengar kisah Shinta yang bersedia menjadi istri siri dari tuannya yang terkenal suka mainin cewek itu.

"Apa Non Sinta tau bagaimana sifat tuan? " Tanya bibi itu lagi. Sinta mengangguk dan menjawab.

"Gak apa apa Bi.. lagi pula hubungan ini hanya enam bulan, mangkanya kami merahasiakannya. Kami tak akan mencampuri urusan masing-masing.. jadi.. Bibi jangan panggil aku nyonya Ya.. cukup panggil Sinta.! " Pinta Sinta. Dan ternyata masakannya sudah siap.

"Oh ya Bi.. masakanku udah siap. " Kata Sinta sambil memasukkan makanannya ke kotak bekalnya.

Mereka menoleh saat mendengar suara langkah mendekati dapur..

Reyhan mencium aroma lezat dari pintu kamarnya, sehingga tanpa sadar kakinya mengikuti arah aroma tersebut dan membawanya ke dapur.

"Tuan sudah bangun? Aku membuat sarapan apa tuan mau mencicipi? " Tanya Sinta tersenyum lembut. Reyhan terdiam beberapa saat lalu berkata..

"Boleh" Sinta segera menghidangkannya untuk Reyhan. berdiri di sampingnya seolah menunggu penilaian Reyhan untuk masakannya itu.

"Hmm.. enak.. kamu yang bikin? " Tanya Reyhan sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

"Iya" Jawab Sinta tersenyum bahagia.

"Oh ya.. Tuan, aku berangkat duluan! " Katanya dan langsung kabur tanpa menunggu jawaban dari Reyhan. Reyhan terdiam sejenak lalu menarik nafas lelahnya. Tadinya dia ingin Membawa gadis itu pergi ke kantor bersamanya, tempat tinggalnya agak jauh dari kantor mereka.

"Ternyata kamu masih mencoba kabur dariku" Gumamnya kesal.

Sementara itu, Sinta berusaha lari secepat mungkin agar tak berdekatan dengan laki laki itu.

.......

Sesampai di kantor Dandi sudah selesai membersihkan ruangan pimpinan mereka.

"Maaf.... aku telat" Kata Sinta dengan wajah menyesal, karena dia memang telat dari biasanya, soalnya tempat tinggal Reyhan lebih jauh dari kontrakannya.

"Gak kok.. belum ada yang datang, baru aku dan kamu" Jawab Dandi tersenyum..

"Oh.. syukurlah.. " Jawab Sinta dan langsung melaksanakan tugasnya.

Satu persatu temannya datang, mereka segera melaksanakan tugas masing masing.

Reyhan pun sampai ke kantor itu, dia melihat Sinta yang sedang merapikan ruangan karyawan. Reyhan mendekati Sinta yang masih serius dengan pekerjaannya sehingga dia tak menyadari kalau Reyhan sudah ada di belakangnya.

"Bukankah tugasmu membersihkan ruanganku? " Pertanyaan Reyhan membuat Sinta kaget setengah mati, dia tak menyangka seseorang telah berdiri di belakangnya.

"Huff... aku kaget tuan! " Katanya berusaha menenangkan diri.

"Ruangan tuan sudah di bersihkan oleh Dandi" Jawabnya sambil tersenyum.

Reyhan ingin mengatakan sesuatu, tapi dia melihat beberapa orang karyawan sudah memasuki ruangan dan segera memasuki ruangannya sebelum karyawannya melihat dia berbicara dengan Sinta. Sinta tampak lega melihat laki laki itu telah pergi meninggalkannya sehingga dia bisa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang tanpa ada pria itu di dekatnya. Sementara Sinta tak menyadari kalau Reyhan tengah memperhatikannya dari jauh. DIa amat kesal saat melihat ekspresi Sinta yang lega saat dia menjauhi gadis itu. Selama ini semua wanitanya akan merasa kesal saat dia menjauh, tapi gadis ini malah amat lega saat dia menjauh.