Chapter 4 - Menikah

Seperti yang dikatakan Reyhan, malam itu mereka menikah, Sinta meminta surat itu sebagai bukti untuk dirinya nanti, seandainya setelah ini dia menemukan jodoh yang baik dan mau menikahinya dia punya bukti bahwa dia seorang janda, bukan seorang gadis yang kehilangan perawannya. Setelah itu mereka menuju rumah Reyhan, laki-laki itu akan menikmati kemenangannya malam ini, sementara Sinta sangat gelisah memikirkan nasibnya yang akan datang, entah dia akan bisa menemukan seorang pria nantinya yang akan bisa menerimanya dengan statusnya nanti. hayalannya tentang seorang pria tampan yang akan menyuntingnya suatu saat nanti , hancur berantakan.

"Berhenti di toko biasanya, tolong belikan pakaian seperti biasa" perintahnya pada asistennya.

"Baik tuan" Kata Asistennya itu, sepertinya pria ini telah biasa melakukan perintah tuannya ini, dia langsung pergi kedalam toko itu tanpa harus bertanya lebih banyak.

Tak lama kemudian, asisten itu keluar dan menyerahkan apa yang di belinya ke pada Sinta. Sinta kaget melihat isinya, sebuah gaun tidur yang sangat seksi, dan halus, tubuhnya langsung mengigil ketakutan, dia akan bersama pria ini selama enam bulan lamanya.

"Ada apa? " Tanya Reyhan datar saat melihat ekspresi Sinta.

"Apa... ini untukku? " Tanyanya sedikit takut.

"Ya.. dan kau harus memakainya malam ini" Jawab Reyhan dengan senyum liciknya.

Sinta hanya menelan ludahnya, dia tak pernah memakai pakaian seperti itu selama ini.. dia benar-benar merasa risih.

...

Sesampai di rumah Reyhan, pria ini membawanya ke kamarnya, dan menyuruh gadis itu untuk mandi dan berganti pakaian.

Sinta memakai pakaian yang di berikan Reyhan tadi, Pakaian itu sangat tipis sehingga mencetak seluruh tubuhnya, belum lagi belahan dadanya yang dapat terlihat dengan sempurna, ditambah lagi pakaian itu sedikit transparans sehingga tubuh Sinta dapat terlihat dengan jelas.

'Apa apaan pakaian ini? ' Batinnya, dia sangat gusar sekarang.

Rasanya gadis itu tak ingin keluar dari kamar mandi itu, dia rasanya belum siap untuk menyerahkan dirinya pada laki-laki mesum ini.

Sinta hanya mondar mandir di dekat pintu kamar mandi. Rasanya dia ingin tidur di dalam kamar mandi itu saja, untung saja kamar mandi itu mempunyai pemanas ruangan, jadi dia tidak kedinginan jika berlama lama di sana.

"Apa kau masih lama? " terdengar suara tak sabar dari pria itu, akhirnya Sinta keluar dengan ragu ragu, dia tak ingin membuat pria itu marah. Dia memang harus melakukannya karena pria itu telah membayarnya. Karena terlalu lama di kamar mandi, rambut panjangnya bahkan sudah hampir kering

Reyhan tersenyum licik memandang tubuh sinta dengan tatapan mesum, dia tak menyangka, gadis itu begitu cantik dan menggairahkan.

Pria itu langsung mendekati Sinta dan mulai mencumbunya, Sinta terpaksa pasrah menerima perlakuan pria itu padanya, batinnya menangis, dia betul-betul merasa terhina, tapi dia berusaha agar air matanya tak keluar, dia sama sekali tak merasakan kenikmatan dari hubungan ini, karna pikirannya sangat kacau.

"Kau masih perawan? " Tanya pria itu kaget dan tersenyum puas ketika dia berusaha memasuki Sinta, dan merasa susah.

"Iya.. " jawab wanita itu lirih dan air matanya langsung mengalir.

Entah kenapa, ada perasaan sedih yang dapat ia rasakan saat melihat mata gadis itu. tapi itu hanya sesaat, dia tak mempedulikan perasaannya itu.

Reyhan langsung melepas k*nd*m yang dari tadi di pakainya, dan melakukannya tanpa pengaman.

Inilah pertama kali laki-laki itu berhubungan tanpa pengaman, biasanya dia selalu menggunakannya, karna semua wanita yang ditiduri nya selama ini tak seorangpun yang masih perawan. Jadi karna dia merasa gadis ini masih steril, dia melepas pengamannya.

Sinta berteriak ketika Reyhan memasuki dirinya lebih dalam, dan dengan segera menahan suaranya, dan saat ini, air matanya benar-benar tak bisa lagi di tahannya.

"Semua telah berakhir" katanya lirih, dia amat sedih menyerahkan dirinya pada orang yang tak dicintainya.

Sinta melihat pria itu tertidur karna kelelahan, dia langsung menuju kamar mandi, dan menangis sejadi-jadinya, dia menggosok tubuhnya dengan sangat kuat, agar bekas itu hilang, tapi sayang, dia tak bisa menghilangkannya, Reyhan yang sebenarnya tidak tertidur, pergi kearah pintu kamar mandi itu dan mengintip apa yang dilakukan gadis itu, dia dapat melihat ulah istri sirihnya itu, dia melihat ulahnya dari celah pintu yang di bukanya sedikit.

"Sebentar lagi kau pasti akan menikmatinya" gumamnya tersenyum sinis.

begitu Sinta keluar kamar mandi, dia telah mengenakan seragam kerjanya lagi, dan dia hendak pulang ke kontrakannya, tiba-tiba saja dia melihat noda darah di atas tempat tidur itu, dengan gugup dia akan mengganti sprei kasur itu, tapi Reyhan buru-buru memegang tangannya dan berkata..

"Biarkan saja, ini bukan tugasmu" katanya sambil tersenyum, senyuman saat ini bukan senyum mesum ataupun genit, tapi Sinta dapat melihat ketulusan dari senyumannya itu.

"Aku permisi pulang dulu " Katanya sambil menundukkan kepala.

"Kemana kau akan pulang? " Tanya Reyhan lagi.

"Ke kontrakan ku" jawab Sinta singkat.

"Kamarmu di sebelah , barang-barang mu sudah dipindahkan semua.

Sinta kaget mendengarnya, dan memeriksa semua barang-barang nya, semuanya lengkap, bahkan buku-buku, laptop, printer, dan skripsi yang di kerjakannya telah tertata dengan rapi. dia menjadi lebih frustasi dengan semua ini dan segera menemui Reyhan.

"kenapa kau memindahkan barang-barang ku ke sini, bukankah perjanjiannya aku akan tetap tinggal di kontrakan ku? " tanyanya kesal.

"Aku tidak mengatakan boleh saat itu kan? " kata Reyhan cuek.

"Jadi apa aku harus tetap di sini saat kau membawa wanita lain? " kata Sinta semakin kesal.

"Yap" jawab pria itu tersenyum sinis sambil mengangkat sedikit alisnya.

" kau.... " Sinta kembali menelan kata-kata nya, dia tak akan mungkin menang melawan pria ini.

"Baiklah... tugasku hanya sebatas melayanimu, aku tak ingin kau mencampuri urusanku, dan aku juga tak akan mencampuri urusanmu. " Kata Sinta lagi.

"Baiklah.. " Jawab Reyhan cuek.

Tak lama kemudian, asisten nya memberi tahukan, ada seorang wanita yang datang kerumah ini, Reyhan turun melihat perempuan itu. Perempuan itu langsung memeluknya dan mengatakan kalau dia hamil.

"Siapa yang menghamilimu? " Tanya Reyhan ketus.

"Apa maksudmu Rey, dia adalah anakmu" Kata perempuan itu histeris.

"Aku selalu memakai pengaman saat berhubungan, bagaimana kau bisa hamil? "Katanya dengan nada tajam.

"Barangkali saja bocor " Jawab perempuan tadi.

"Kau tau? aku tak ingin mempunyai anak dari kalian, tapi jika itu memang anakku, aku akan membiayainya, tapi jika ternyata bukan, keluargamu akan hancur. Apa kau yakin dia anakku? " Kata Reyhan dengan nada marah.

perempuan itu ketakutan, Sinta yang melihat kejadian itu dari lantai dua tambah membenci laki-laki itu. untung saja saat ini dia dalam masa tidak subur, sebab laki-laki itu tadi melepas pengamannya, Sinta berencana mulai besok, dia akan meminum obat yang dapat mencegah kehamilannya agar hal yang terjadi pada wanita itu tak terjadi padanya.