Chereads / Impian Nona Pianis / Chapter 3 - Pertemuan Kedua

Chapter 3 - Pertemuan Kedua

Bisakah kamu melacak isi handphone Rey?.. Aakuuu merasa Rey menyimpan fotoku Max.. dan itu foto pribadi sahutnya dengan suara seksi dan manja, yang sudah pasti akan menggetarkan hati lelaki waras manapun.

Tolong setelah kamu lacak, please dont open any content of it Max. Akuuu merasa malu jika kamu melihatnya.. Pliss ya Max sayang. Suaranya terdengar pelan dan malu. Kenapa Iliana tidak jadi artis saja, aktingnya dalam memainkan peran palsu sungguh sempurna. Ia bisa dapat piala Oskar dengan kemampuan aktingnya yang luar biasa. Apalah daya seorang Max, lelaki normal yang tunduk pada kekuatan dewi Cinta.

Darah Max mulai mendidih, sungguh kurang ajar si Rey ini pikirnya. Beraninya dia mengambil foto pribadi wanitaku tanpa seijinnya. Aku saja tidak pernah melakukan itu, walaupun sangat mudah untuk kulakukan. Hanya seperti menjentikkan jari. Sebagai seorang gentleman, ia harusnya bisa menahan diri dan menghormati privasi Iliana.

Tentu sayang sahutnya seketika. Seakan seorang pahlawan kesiangan yang akan menyelamatkan gadis idamannya dalam cengkraman bahaya. Oh Max, andai ia tahu apa yang ada dibalik kepolosan Iliana. Tapi sepertinya jika ia tahu kebenarannya, lelaki itu tetap akan memilih kebohongan yang manis. Itu adalah permintaan yang mudah. Dalam 30 menit, semua foto dihandphone bajingan itu akan ku kirimkan ke emailmu sayang.

Benar saja, belum sampai 30 menit, notifikasi di handphone Iliana berbunyi, Max telah berhasil melacak handphone Rey dan mengirimkan seluruh foto yang tersimpan ke emailnya.

Iliana mengamati foto itu, dan ia menyadari bahwa gadis yang ada difoto itu bersekolah ditempat Rey mengajar.

Menjadi guru selama 3 tahun adalah syarat mutlak yang telah dilaksanakan secara turun temurun sebelum menjadi penerus tahta keluarga Komatsu.

Rey memilih mengajar mengajar disana karena alasan yang mudah. Sekolah Saint Alexander adalah milik keluarganya.

Siapa sangka ia akan menemukan mainan disekolah itu untuk menghabiskan waktu yang membosankan.

Saat ia mengetahui identitas gadis itu, Iliana langsung mendatangi sekolahnya. Ia akan berencana akan mengancam, dan menyuap gadis itu untuk meninggalkan Rey. Kalau tidak bisa, ia bisa melenyapkan gadis ini. Tidak ada yang boleh mengambil lelaki impiannya. Semua keinginan harus terwujud.

Namun tidak pernah ada dalam bayangannya bahwa gadis ini tidak mengenal Rey Komatsu.

Iliana mengernyit, lalu dengan suara dingin ia berkata, "Sungguh, tidak punya hubungan dengan Rey??? benarkah?..lalu kenapa banyak sekali foto kamu di ponsel Rey gadis dungu..

Iliana merasa sangat marah dan emosinya hampir memuncak. Matanya melotot dan bibirnya terasa beku seketika. Rasanya ia ingin sekali menampar anak babi yang ada dihadapannya ini.

Bisa- bisanya gadis jelek gendut ini menarik perhatian dan menggoda Rey, lelaki yang diimpikannya. "Oh Tuhan ,apakah mata Rey sudah buta atau apakah memang seleranya memang seburuk ini?". Apa yang bagus dari anak gendut itu.

Iliana tidak bisa menerima Rey menolaknya yang cantik, menggoda dan seksi demi babi gendut ini. Kalau Iliana mau, akan banyak sekali lelaki mengantri untuk berkencan dengannya kecuali Rey mungkin. Wajahnya yang menggoda, hanya dengan tatapan dan senyuman manisnya saja banyak lelaki kaya yang rela untuk mengejarnya. Ini sungguh penghinaan!!!

Harga dirinya merasa tercabik- cabik jika hal itu sungguh terjadi. Aku akan memastikan itu tidak akan pernah terlaksana dalam kehidupan ini. Tidak akan pernah!!

Eliza terkesiap dengan sikap merendahkan nona besar ini, "Mohon maaf nona, saya tidak ada waktu untuk mendengarkan omong kosong ini".

Ia segera meninggalkan Iliana yang terdiam. Eliza berlari tergesa- gesa menuju halte bus. Bus yang akan ia naik sudah mulai bergerak. Eliza berlari mengejar bus tersebut. Dan ia beruntung, supir bus itu sedang melihat kaca spion, saat melihat seorang gadis berlari mengejar bus, ia segera berhenti.

Eliza terlambat 5 menit sampai ke tempat kerjanya. Manajernya melihat dari kejauhan dan keningnya berkerut tidak suka, ia segera mendatangi Eliza yang baru saja sampai, dengan nada kasar ia berkata, dari mana saja kamu Eliza?..Kalau tidak mau bekerja, tidak usah datang lagi. Masih banyak yang ingin bekerja di restoran mewah ini. Sambil menghentakkan kakinya, sang manajer lalu pergi meninggalkannya.

Eliza hanya bisa menundukkan kepalanya dan memohon maaf atas kesalahannya ini. Ia menggumam, ini gara-gara nona gila itu yang datang tiba-tiba dan langsung memarahinya. Siapa pula yang ia maksud dengan Rey. Aku saja tidak kenal pikirnya. Sungguh malang nasib nona cantik itu, terobsesi pada pria yang tidak menyukainya.

Eliza segera mengganti pakaian dan merapikan rambutnya. Pekerjaannya sangat banyak mengingat restoran ini sangat ramai dikunjungi pelanggan.

Tanpa sadar jadwal shift kerjanya telah selesai, ia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian santai kaos putih polos dan celana jeans lalu mengambil tas sekolahnya. Ia ingin bergegas pulang ke rumah. Tubuhnya lelah, dan ia belum makan sedari siang. Salahnya sendiri datang terlambat sehingga waktu makan siang sudah lewat. Sekarang perutnya mulai sakit menahankan lapar. Saat ia masih setengah jalan menuju pintu keluar, manajer memanggil dan memberikannya tugas lembur.

Ia hanya bisa menghela nafas saat manajer menyuruhnya membersihkan area restoran sekali lagi. Ini jelas-jelas bukan tugasnya. Namun Eliza hanya bisa terdiam mendengarkan perintah atasannya. Ia mulai mengambil perlengkapan cleaning service dan membersihkan area tamu.

Saat ia keluar dari tempat kerjanya, tempat itu sudah sepi. Hanya petugas sekuriti La Bourbon yang tetap berjaga diluar area restoran.

Ia segera berjalan menuju stasiun bus. Semoga ia masih sempat mengejar bus terakhir menuju rumahnya. Jika tidak, ia harus pulang dengan taksi. Dan ia tahu, ia tidak punya uang yang cukup untuk membayar taksi tersebut.

Saat ia menelusuri jalan, tiba-tiba hujan mulai turun. Oh Tuhan, jangan sampai hujan, sebutnya dalam hati. Namun nampaknya keinginan Eliza tidak terkabul. Hujan turun semakin deras dan hari semakin larut.

Saat ini sudah pukul 11 malam, dan hujan belum berhenti.

Tiba- tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti dihadapannya. Seseorang dari dalam membuka jendela mobil. Eliza terkesiap melihat siapa yang berada didalam.

"Eliza, kenapa jam segini kamu masih berkeliaran diluar rumah?"

Nada suaranya terdengar cemas dan sorot matanya kelihatan hangat.

Eliza menatap lelaki dihadapannya "Maaf pak guru, saya baru selesai bekerja part time dan tanpa saya sadari hari sudah larut."

"Masuklah kedalam mobil Eliza, saya akan mengantar kamu pulang kerumah", sahut lelaki tersebut.

Eliza meremas kedua tangannya, ia merasa takut dan ragu. Tanpa sadar ia menggit bibir bawahnya. Ia tidak pernah berbicara dengan guru ini. Namun ia sering melihatnya disekolah. Hati Eliza merasa bimbang dengan tawaran lelaki ini. Ia tidak tahu apapun mengenai pria dihadapannya dan bisa saja ternyata ia adalah pria jahat.

Eliza sering mendengar siaran berita di TV mengenai kejahatan seksual yang dilakukan oleh orang yang dikenal. Apalagi ini sudah larut malam, ia tidak boleh gegabah. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan desahnya.

Ia merasa bimbang. Wajahnya mulai pucat karena kelaparan dan udara malam yang dingin, tubuhnya mulai bergetar tak menentu akibat pakaiannya yang basah.

Pria itu nampaknya menyadari wajahnya yang mulai memucat dan perdebatan dalam batin Eliza. Ini adalah pertemuan kedua mereka setelah dua tahun lalu. Ia tidak ingin membuat Eliza takut. Lelaki itu lalu membuka pintu mobil dan turun.

Kaki jenjang, badannya yang bidang dan wajah tampannya membuat Eliza terpaku. Lelaki itu mengenakan pakaian kasual yang membuatmu terlihat semakin tampan. Seakan-akan menyaksikan gerakan slow motion di televisi, jantung Eliza sepertinya berdetak lebih kencang.

Eliza bergumam, mungkin aku terlalu lapar, letih dan kedinginan. Ia sadar siapa dirinya. Alarm dikepalanya terus berbunyi mengingatkan, jangan terpesona Eliza. Kamu tidak boleh berharap terhadap sesuatu yang berada diluar jangkauanmu.

Lelaki itu langsung membuka jaket yang ia kenakan dan memakaikannya ke tubuh Eliza. Tubuhnya yang kedinginan mendadak terasa panas oleh sentuhan lembut lelaki itu.

Aroma nafasnya tercium saat ia memasangkan jaket ke tubuh Eliza. Seluruh pertahanannya mendadak kacau balau. Ia merasa jantungnya mulai berdetak semakin kencang.

Pakaianmu basah Eliza. Kenakan jaket ini sementara. Rumah saya disekitar sini. Ayo ikut saya untuk mengganti pakaianmu yang basah. Lalu saya akan mengantarkan kamu pulang.

Eliza masih tetap diam mematung. Lelaki itu menghela napas, jangan keras kepala Eliza. Saya tidak tinggal sendirian dirumah Eliza. Ada pengasuh saya yang juga wanita paruh baya tinggal dirumah. Kamu jangan takut. Saya tidak akan mencelakakanmu.

Entah kenapa Eliza mempercayai ucapan lelaki dihadapannya ini. Ia merasa terhipnotis oleh suaranya yang serak, dan sorot mata kelamnya. Tanpa ia sadari, ia mulai melangkahkan kaki masuk menuju mobil.

Ia tidak menyadari bahwa ini adalah awal malapetaka yang akan menghantui kehidupannya dimasa mendatang.