Chereads / Impian Nona Pianis / Chapter 8 - Aku Adalah Kamu

Chapter 8 - Aku Adalah Kamu

Eliza sedang berada diruangan belajar yang dipersiapkan Rey untuknya. Ia mengenakan gaun berwarna biru dengan motif pelangi yang dibelikan ibunya saat ia berulang tahun ke 15.

Rambut hitam panjangnya diikat kebelakang. Ia tidak terlalu memikirkan tampilan wajahnya saat ini. Itu tidak penting baginya. Ia mengikat rambutnya seadanya. Wajahnya polos tanpa polesan make up sedikitpun. Wajah gadis muda memang paling baik. Tanpa make up pun ia terlihat segar dan manis.

Pakaiannya sudah sedikit pudar karena sering dipakai. Gaun ini adalah favoritnya. Ia suka dengan motif pelangi di gaun ini. Ini mengingatkannya akan kenangan indah bersama ayahnya ketika ia masih kecil.

Saat itu keluarganya sangat bahagia. Ia dan keluarganya pergi berlibur ke pegunungan Selatan. Sesaat setelah sampai di penginapan, hujan turun sangat deras. Eliza merasa sangat ketakutan saat guntur dan angin kencang mendera. Ia takut pondok penginapan tempat mereka berlibur akan roboh. Setelah hujan turun, ayah memanggilnya keluar kamar, dan secara tidak sengaja ia melihat pelangi dilangit bersama ayahnya. Indah dan udaranya juga sejuk sekali. Ia melompat kegirangan dan bersenandung bersama ayah. Kenangan yang ia rasakan saat itu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Kenapa ayah tiba- tiba berubah dan meninggalkan ia dan ibunya demi wanita lain, Eliza benar- benar tidak mengerti. Mungkin wanita itu sangat berarti bagi ayahnya sehingga ia dan ibunya dicampakkan begitu saja. Sampai hari ini, setiap ia melihat pelangi, ia akan tersenyum bahagia. Mungkin itu satu-satunya kenangan indah bersama ayahnya.

Ia sibuk mengaransemen beberapa lagu dan begitu terhanyut dalam pekerjaan sampai sampai tidak menyadari keadaan sekitarnya.

Leher putihnya terlihat sangat jelas saat mengenakan gaun ini. Tulang selangkanya terlihat putih mempesona. Sepasang mata tajam dan dingin menatap seluruh gerakannya. Perlahan napasnya mulai berat. Matanya menjelajah dari telinga gadis kecil itu lalu turun ke leher putihnya dan kemudian menelusuri tulang selangkanya. Napasnya mulai memburu dengan cepat. Namun, Eliza tidak merasakan keanehan apapun. Benar saja ia masih gadis bau kencur. Belum bisa merasakan bahaya yang akan datang.

Ia berdiri disamping pintu dengan santai, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Raut wajahnya yang dingin perlahan melunak. Lelaki yang pandai berganti topeng adalah yang paling berbahaya. Kita tidak dapat menebak pikiran dan perasaannya. Singa yang memakai topeng kucing. Sungguh ironis cakaran yang mereka hasilkan. Sama- sama berdarah, perbedaannya hanya yang satu bisa mematikan. Sayangnya gadis kecil kita ini ibarat kelinci yang melompat kesana kemari tanpa menyadari berjalan kearah perangkap singa yang sedang kelaparan akibat puasa terlalu lama.

Hmm..Ia begitu cantik dan lugu pikirnya. Rambutnya yang hitam panjang diikat kebelakang, bagian depan rambutnya sedikit berantakan. Wajahnya bersinar cerah dan raut wajahnya terlihat sangat bahagia.

Setelah mengaransemen lagu, jemarinya mulai memainkan nada yang ia tulis dengan penuh penghayatan. Ia terlihat sibuk dan hanyut dalam memperbaiki hasil aransemennya. Ia menulis perbaikan melodi yang ia tulis di buku musiknya. Hampir 6 jam ia sibuk sendiri tanpa memperhatikan jam.

Saat sampai di aransemen final, Eliza menghirup napas dalam- dalam, ia merasa lega dan bahagia. Ia kemudian memainkan keseluruhan melodi piano itu dengan sangat indah dan bersemangat. Lagu yang ia mainkan begitu hidup dan membuat pendengarnya terhanyut mengikuti irama lagunya.

Rey mendengarkan hasil aransemen itu. Untuk beberapa detik raut wajahnya berubah bersemangat seakan-akan mendapatkan harta karun yang langka, naum raut wajah itu kembali tenang setelah beberapa detik yang singkat, sehingga orang lain yang melihat tidak akan menyadari perubahan wajahnya.

"Sungguh talenta yang jarang sekali pikirnya". Its a true talent. Sebuah bakat alami yang tinggal diasah sedikit lagi untuk menjadi sempurna. Jemarinya mengetuk meja secara perlahan dan sedang memikirkan rencana pengajaran kedepannya ketika Eliza membalikkan badannya secara tiba- tiba setelah mendengar suara ketukan pelan didalam ruangan itu. Ia baru menyadari kehadirannya, tanpa aba- aba, ia berlari dengan girang sambil memanggil Pak Guru, sahutnya. Wajahnya berseri, rambutnya sedikit berantakan, namun bola matanya membesar dan bibirnya tersenyum bahagia saat melihat lelaki ini.

Saat ia berhenti dihadapan Pak Guru, jemarinya tanpa sadar menyentuh dada bidang pak Guru. Seakan baru saja tersadar akan perilaku konyolnya, ia menyadari dimana letak kedua telapak tangannya. Ia dapat merasakan dada bidang yang menonjol dan keras. Sepersekian detik ia terdiam dan merasa malu namun ia masih enggan melepaskan kedua telapak tangannya. Perasaan aneh mulai menjalar dalam diri Eliza. Keinginan yang tidak biasa. Tapi ia tidak tahu bagaimana menafsirkannya.

Lelaki itu juga sepertinya terkejut akan perilakunya barusan. Berani- beraninya tangannya secara refleks memegang dada bidang tuan muda. Apa yang sebenarnya ia pikirkan. Sepertinya ia mulai tidak waras.

Alis Rey naik sedikit, bibirnya tersenyum lembut, kenapa kamu berhenti bergerak sahutnya lembut. Tidak apa- apa jika kamu ingin memegangnya lebih lama. Aku tidak masalah ucapnya seraya tersenyum menggodanya.

Apa kamu sakit? Kenapa pipimu memerah seperti tomat masak. Mata Eliza mengerjap, lalu menjawab tanpa pikir panjang, ruangan ini panas jawabnya sambil memalingkan wajahnya kesamping. Setelah mencerna apa yang ia ucapkan, ia semakin malu. Aduuh, ini kan ruangan ber AC, bagaimana mungkin suhu ruangannya panas.. Oh Tuhan, aku sungguh bodoh dalam mencari alasan pikirnya. Aku ingin menghilang dari hadapannya saat ini. Seandainya aku bisa menggali lubang saat ini, pasti bagus sekali pikirnya. Atau teleportasi ketempat lain..Ia sedang sibuk dengan imaginasinya apakah ia akan menggali lubang atau teleportasi ketempat lain..

Jari telunjuk Rey menyentil kening Eliza, apa yang sedang kamu pikirkan saat ini..Jangan kebanyakan berkhayal Eliza sahutnya pelan. Ia tersenyum tipis. Senyumnya yang sedikit itu hampir merontokkan hati Eliza. Senyumnya bisa melelehkan gunung es. Ia sungguh tampan. Ia lebih tampan dibanding aktor yang sering ia lihat di TV. Fokus pada tugasmu.

Lelaki ini mengamati tugasnya, dan merevisi beberapa bagian yang dirasa kurang pas. Kakinya tanpa sadar melangkah menuju piano diruang sebelah. Seperti terhipnotis, ia memainkan aransemen yang dipegangnya. Alunan nada yang merdu dan misterius memenuhi ruangan. Ia terpesona, jemarinya bermain tanpa henti. Adrenalin mengalir dengan deras. Sempurna adalah kata yang terlalu klise untuk menggambarkan betapa melodi ini mampu mengganggu hatinya. Gelisah, takut dan pengharapan adalah emosi yang sulit untuk digabung apalagi untuk dituangkan dalam bentuk sebuah lagu. Masterpiece.

Lagu ini akan menjadi mahakarya di tangan Eliza. Sepertinya aku tanpa sengaja menemukan emas. Hatinya bersorak gembira walau ia mampu menutupi topengnya dengan wajah datar. Hanya sudut bibirnya naik sedikit selama sepersekian detik yang tentu saja tidak diperhatikan oleh Eliza. Ia masih terlalu hijau untuk paham akan hal detail seperti ini.