Chereads / Impian Nona Pianis / Chapter 9 - Terbakar Amarah

Chapter 9 - Terbakar Amarah

Hari berlalu tanpa terasa dikediaman pak Guru. Setiap hari ia belajar keras untuk mengejar ketertinggalannya mulai dari Matematika, Bahasa Inggris, Fisika hingga pelajaran Seni favoritnya. Eliza ingin membalas kebaikan pak Guru dengan memberikan nilai terbaik saat ujian nanti. Ia ingin menjadi murid satu- satunya kebanggan pak Rey.

Pak guru sepertinya selalu sibuk, ia sudah tidak bekerja disekolah lagi. Tapi setiap hari pergi keluar dan pulang tengah malam. Sebenarnya kemana pak Rey pergi setiap hari. Pikirannya mulai terusik. Lebih baik ia menanyakan kepada bibi Fang.

Malam ini seperti biasa ia tertidur pukul 10 malam tepat. Tidur nyenyak tanpa mimpi apapun biasanya. Namun malam ini sedikit berbeda, ia terbangun pukul 2 pagi karena kehausan. Lengannya menjangkau meja tidur disamping dan ternyata ia lupa mengambil air minum sebelum tidur. Perlahan- lahan ia keluar menuju dapur. Ia menuju dispenser yang terletak didapur dan menuangkan air ke gelasnya. Karena baru bangun tidur, matanya kurang awas, ia tidak menyadari ada bayangan gelap dibelakangnya.

Bayangan itu kian mendekat perlahan dan mendekapnya dari belakang. Tubuh Eliza mendadak kaku dan tegang. Gelas yang dipegangnya terlepas dan terjatuh mengenai lantai. Ia tidak berani membalikkan badannya. Ia gemetar ketakutan. Matilah aku, kenapa ada perampok tengah malam begini. Ini kan kawasan elit. Apa aku kurang bersedekah makanya nasibku sial begini pikirnya sedih.

Lengan tegap yang memeluknya sangat kuat, Eliza tidak bisa berkutik. Ia terkunci dalam dekapan bayangan itu. Perlahan ia mencium aroma bayangan itu, wanginya aneh pikirnya. Orang ini sangat bau. Orang dibelakangnya perlahan menciumi rambutnya, lalu ia menuju ketelinga gadis itu. Eliza ketakutan setengah mati. Ia merasakan sensasi aneh dan basah di sekitar rambut dan telinganya. Ia berusaha melawan dengan menendang orang itu. Tapi apalah daya, ia hanya gadis kecil yang tidak bisa kungfu, olahraga saja jarang.

Ia mulai menangis ketakutan, sepertinya orang dibelakangnya menyadari isakannya, lalu bergumam dengan suara rendah, kenapa kamu menangis Eliza? tanyanya. Gadis itu langsung membalikkan badan. Ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya seakan tidak mempercayai pemandangan yang ada didepan nya.

Ternyata lelaki yang memeluknya adalah pak Rey. Dan yang lebih gilanya lagi, lelaki ini hanya mengenakan celana panjang. Ia tidak memakai kaos. Oh Tuhan, mata Eliza tanpa sadar mulai menjelajahi badan pak Guru. Ia menelan ludah. Dada pak guru yang bidang dan tangannya hang kekar merupakan penampakan yang membuat udara dingin membuat Eliza merasa gerah kepanasan. Perasaan aneh pikirnya.

Apakah bapak sakit? tanyanya. Kenapa wajah bapak memerah? dan suara bapak kenapa serak dan berat? tanyanya lagi. Pertanyaan bodoh ini cukup membuat Rey seperti disiram air es. Ia tersenyum sendiri. Oh Tuhan, bisa-bisanya aku lupa kalau dia memang masih polos, dan bau kencur. Mana dia mengerti melakukan apa yang aku mau. Ia mendesah pelan. Ia juga merasa bodoh sendiri mencoba mencicipi buah belum masak ini. Sungguh pahit pikirnya.