Chereads / Impian Nona Pianis / Chapter 6 - Maksud Tersembunyi

Chapter 6 - Maksud Tersembunyi

Rey menatap wajah Eliza dengan lembut, lalu duduk disamping tempat tidurnya, "Aku tidak bisa menemanimu pagi ini". Istirahatlah disini dan jangan lupa hubungi ibumu. Ia pasti resah jika tahu kamu tidak pulang semalam. Tangannya dengan lembut memang kening Eliza, Sepertinya badanmu sedikit hangat karena terkena hujan semalam, jangan lupa untuk meminum obat. Bibi Fang akan membawakannya untukmu. Eliza mengangguk pelan. Pipinya bersemu merah karena pak Guru berada terlalu dekat dengannya. Ia merasa malu dan kikuk. Ia tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis.

Setelah selesai sarapan, lelaki itu melangkah pergi. Eliza berdiri dan mengambil piring kotor lalu mencucinya. Bibi Fang tergopoh-gopoh berlari mendekatinya. Apa yang nona muda lakukan? ini pekerjaan saya nona. Ia terlihat panik.

Tidak apa-apa, lagipula bibi sudah memasak sarapan yang enak sekali buat saya, mencuci piring sedikit tidak melelahkan bi, jawabnya lembut sambil terus mencuci piring. Bibi Fang tersenyum lembut.

Ia semakin menyukai gadis ini. Sepertinya ia bukan seperti kebanyakan perempuan yang mengejar tuan muda yang hanya mengandalkan wajah cantik dan tubuh seksi.

Ketika mencuci piring, kepala Eliza kembali pusing, ia mulai berkeringat dingin. Ia kembali beristirahat dikamar tuan muda. Ruangan kamar ini harum bunga lavender. Sungguh menenangkan. Setelah minum obat, tidak lama kemudian ia terlelap.

-----------------

Saat mengendarai mobil, ponsel Rey berdering. Ia mendapat telepon penting dari kakeknya. Lelaki tua itu selalu mengamati gerak geriknya. Bahkan saat ia membawa gadis itu pulang, beritanya sudah sampai ditelinga tua bangka itu.

Rey mengangkat ponselnya sambil menghela nafas. "Apa maksudmu dengan membawa seorang wanita pulang??"suara diseberang telpon terdengar marah.

"Kakek tenang dulu" jawab Rey pelan.

"Bagaimana bisa aku tenang, kau membawa seorang wanita tidak dikenal kerumahmu."

"Media ada dimana- mana". Musuh keluarga Komatsu bisa mengambil kesempatan ini untuk menyebarkan berita sampah".

"Aku tidak mau urusan sekecil ini mempengaruhi reputasi dan harga saham keluarga kita".

Rey mendesah, lalu menjawab "Dia itu muridku yang baru pulang kerja kakek". Ia murid kurang mampu.

Bukankah kakek yang mengajarkanku untuk berlaku baik pada orang susah." Kebetulan aku sedang jalan pulang kerumah bertemu dengannya yang basah terkena hujan deras dimalam hari.

"Sebagai guru, apakah aku harus meninggalkannya dipinggir jalan?..kehujanan, kelaparan ditengah malam, dan gadis itu masih kecil kakek. Aku tidak sebodoh itu melakukan hal tidak terpuji pada anak seusia itu!!"

Suara diseberang terdiam sesaat. "Jangan coba membohongiku anak muda". Aku yang membesarkanmu dan aku sangat paham dengan hasil didikanku.

Aku sudah hidup selama 70 tahun". Kau tertarik pada gadis kecil itu. karena itu kau membawanya pulang."Suara diseberang menutup telepon.

Rey hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kakek sangat memahami jalan pikiranku. Akan sulit untuk mengelabuinya pikir Rey.

"Awasi anak itu". Jangan sampai ia membuat kesalahan dan investigasi latar belakang gadis kecil yang dibawanya".

"Baik tuan" jawab Oliver. Ia adalah orang kepercayaan Mr. Long Komatsu, kakek Rey. Oliver dipungut kakek Rey dari jalanan saat ia berusia 5 tahun. Usianya hanya selisih 2 tahun dari Rey. Sejak kecil, ia ditempa dengan ilmu beladiri dan intelijen. Tugasnya menjadi mata- mata bagi Komatsu Grup. Sudah banyak pekerjaan ilegal yang dilakukannya. Ia hanya tunduk pada Mr. Long Komatsu.

--------------------

Hari beranjak sore, tuan muda sudah kembali kerumah. Ia berjalan masuk, "dimana dia?" tanya Rey. Nona masih tertidur dikamar tuan sahut bibi Fang sambil memberi hormat.

Rey berjalan perlahan menghampiri Eliza yang masih tertidur pulas. Sinar mentari sore menyinari wajahnya. Rambutnya yang hitam panjang berantakan diatas bantal dan kancing bajunya sedikit terbuka memperlihatkan lehernya yang jenjang. Pipinya mulai bersemu merah tidak lagi pucat seperti tadi malam.

Ia tidur dengan tenang tanpa menyadari suasana diruangan mendadak berubah dingin.

Rey terdiam. Sorot matanya yang lembut perlahan menajam, bola matanya yang hitam menyiratkan dahaga yang tertahan dan nafasnya mulai berat. Keinginannya untuk menyentuh gadis ini semakin tak tertahan.

Ia kemudian berjalan perlahan dan duduk disamping tempat tidur. Cantik sekali. Ia mencium kening gadis itu dengan lembut.

Kulitnya yang seputih susu sungguh halus dan lembut. Perlahan jarinya mulai menyentuh pipi mungil gadis itu. lalu perlahan menyusuri bibirnya yang berwarna pink muda lalu perlahan jari itu menusuri garis lehernya.

Mata lelaki itu lalu terhenti pada baju gadis itu. Kerah bajunya berantakan akibat gerakannya saat tidur. Tali bra yang ia kenakan mengintip keluar. Seperti serigala yang siap menyantap mangsanya, nafas lelaki ini makin berat. Akal pikirannya mulai berkabut. Ia mendekati leher gadis itu, lalu menciumnya perlahan. Tanpa sadar, gadis itu mengeluarkan suara. Ia mendesah pelan. Mendengar erangannya, pikirannya makin menggila.

Ia berusaha keras menahan diri. Bagian bawahnya mulai mengeras. Sepertinya ia harus mandi dengan air dingin untuk menjernihkan pikirannya. "Ini belum waktunya. Ia buah yang belum matang."

Seakan menyadari ada yang menatapnya, Eliza membuka mata. Ia tersentak karena lelaki itu duduk disebelahnya yang sedang tertidur.

Tanpa sadar ia merapikan rambutnya yang kusut dan mengelap bibirnya. "Apakah tadi aku ngiler?? Oh,,,,sungguh memalukan". Pipinya memerah menahan malu. "Kenapa didepan lelaki setampan ini aku harus tampak sangat jelek". Rasanya ia ingin mengubur dirinya kedalam tanah karena saking malunya.

"Kamu sudah bangun??..bersiaplah, hari ini saya akan mulai mengajar kamu. Tatapan lelaki itu dingin. Ia beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan Eliza. " Saya tunggu kamu di ruang belajar".

Gadis itu segera merapikan diri dan menyusul Rey. Sesampainya disana, ia dihadapkan dengan kertas musik. Eliza mengernyit. Untuk apa kertas musik ini pikirnya. "Duduklah" sahut Rey. "Hari ini saya akan mengajarimu dari dasar". Saya akan berikan nada dasar beberapa lagu. "Kamu aransement ulang dan mainkan". Ia lalu memberikan 10 lembar kertas musik yang berisi nada dasar. Mata Eliza langsung berkunang- kunang melihat kertas musik dihadapannya. Tapi tatapan dingin didepannya membuat ia bergidik. Ia takut dimarahi lelaki ini. Ia sudah begitu baik. Perlahan ia mengambil kertas itu dan berjalan menuju piano sambil membawa peralatan tulis. Sebelum ia bergerak, lelaki itu berkata "Seorang pianis, bukan hanya pintar memainkan piano, ia juga harus mampu mengaransement sebuah lagu dan menciptakan masterpiece dengan kemampuannya".

Sudah tiga jam berlalu dan ia masih sibuk memainkan jarinya, membentuk melodi indah. Lalu ia menulis, mengulangi lagi nada yang ia mainkan. " Nona, sudah waktunya makan malam". "Tuan sudah menunggu nona di meja makan". Eliza lalu dengan malas menghentikan kegiatannya. Tadi terasa sangat menyenangkan. Menggubah sebuah lagu ternyata sangat menarik pikirnya.

Makan malam berlalu dengan tenang. Mereka berbincang ringan membahas seputar dunia musik. Terasa ringan dan menyenangkan. Wajahnya terlihat bahagia pikir Rey. Senyumnya sungguh manis.