Sudah seminggu berlalu semenjak Eliza bekerja dirumah Rey Komatsu, guru magang disekolah Prime Elite High School. Ia tidak lagi dikejar- kejar waktu dan kurang istirahat akibat kerja serabutan yang dilakukannya untuk bertahan hidup.
Sungguh beruntung aku dapat bekerja dikediaman semewah ini. Gaji besar, pekerjaan sedikit dan yang paling penting bisa makan 3 kali dalam sehari. Makanan bergizi dan enak pulak. Kurang apalagi coba. Ia akan berusaha bekerja sebaik- baiknya. Seandainyapun pak guru tidak membutuhkannya lagi dan akan memecatnya, ia akan berusaha mengeluarkan segala cerita sedih agar pak guru merasa kasihan padanya. Menangis terisak- isakpun akan ia lakukan. Kalau tidak mempan juga, ia masih punya jurus terakhir dengan memegang kaki pak guru kuat-kuat agar tidak diusir dari pekerjaan ini pikirnya dengan senyum jahil. Sungguh pikiran yang lugu. Bertahun- tahun mendatang ia akan sangat menyesali kenapa ia mau tinggal pemukiman terkutuk itu. Rumah yang menancapkan kenangan manis dan goresan luka mendalam yang bahkan psikolog saja tidak mampu mengobati traumanya.
Hari menunjukkan pukul 9 pagi. Eliza sedang sibuk membersihkan ruang tamu. Ia merasa senang karena hari ini libur sekolah. Artinya ia bisa berlatih piano lebih lama hari ini. Ia benar- benar bersemangat. Akhirnya, ia mulai menemukan titik terang dalam hidupnya. Ia menemukan harapan dan kecintaannya saat jemarinya hanyut memainkan melodi- melodi.
Apalagi pak guru jarang memanggilnya. Ia dapat berkonsentrasi belajar untuk akhir semester.
Pintu bel berdering berkali-kali, Eliza yang tersadar dari lamunannya dan buru- buru membukakan pintu. Belum sempat ia mengucapkan salam, terdengar suara keras menghardiknya. "Lama sekali pintu ini dibuka". Mata lelaki itu melotot menatap Eliza. Apa salahku gerutunya dalam hati. Kenapa ia kelihatan marah sih. Seperti sedang menagih hutang saja pikirnya. "Dimana tuan muda Rey?" sahut lelaki itu dengan suara berat.
Tuan muda Rey berada di taman belakang tuan sahutnya dengan suara pelan seperti tikus tercebur air comberan. Lelaki itu berjalan pergi tanpa menghiraukan Eliza. Seperti sedang datang bulan saja pikirnya. Perempuan saja tidak seperti itu ketika menstruasi datang gerutunya dalam hati.
"Woii", sahut lelaki itu setengah berteriak.
Rey mendongak sekilas, ia sedang membaca berita bisnis keluarganya. Kenapa sih pagi- pagi begini kau sudah bikin ribut dirumahku. Kalau tidak ada urusan, pulang saja sahutnya. Nada suaranya datar dan dingin. Aku sedang tidak mood melihat wajah tengikmu itu.
Harga saham keluarganya berada pada posisi baik dan stabil, kondisi perusahaan Komatsu sebagai perusahaan terbesar di kota X tidak perlu diragukan. Kakeknya memang luar biasa. Sudah banyak sekali rintangan yang dilewati kakeknya, mulai dari perseteruan internal, perebutan kekuasaan, semua permasalahan itu tidak mampu membuat saham Komatsu Grup goyang. Para kompetitor tidak mau berurusan dengan grup ini karena cara licik kakeknya dalam menyelesaikan masalah. Sudah banyak perusahaan yang bersinggungan dengan kakeknya, jatuh bangkrut.
Nama kakeknya ditakuti dikalangan pebisnis. Long Komatsu dan kaki tangannya Oliver. Mereka berharap agar cucunya Rey Komatsu segera mengambil alih kekuasaan. Mereka sedang bersiap menerkam singa muda yang akan duduk di tampuk kekuasaan. Saat kekuasaannya masih lemah dan belum stabil. Akan sulit jika ia menjadi seperti kakeknya. Si Tua Komatsu yang licik dan bengis.
"Kau disini untuk mengawasiku atau kau disuruh si Tua untuk memarahiku. Ia sedang menikmati sarapan pagi yang tenang saat lelaki ini masuk kerumahnya.
Bola mata Oliver membesar seperti akan keluar dari matanya. Bocah tengik ini. Aku sudah kesal setengah mati. Bisa- bisanya begitu bertemu, mulutnya mau mengusirku. Eh.., Rey, kau pikir aku tidak punya pekerjaan yang lebih baik daripada harus kesini dan mengawasimu. Aku tidak peduli jika kau harus mati digigit anjing sekalipun. Hanya saja aku teringat dulu kau pernah menolongku saat kita masih kecil.
Rey tertawa terbahak- bahak.. Ha..ha..haa..Kau tidak cocok jadi orang baik Oli. Kau itu gangster tau.. Sejak kapan sikapmu beradab seperti ini. Waktu kau merusak mainan baruku waktu kita berusia 10 tahun. Aku tak ingat kau pernah minta maaf. Saat kau membakar kebunku saat usia kita 11 tahun karena tidak diajak bermain, kau juga hanya diam saja saat dimarahi Paman Kedua. Saat kakimu patah waktu usia kita 15 tahun akibat dipukul kakek karena tidak menjagaku saat kita sekolah juga kau diam saja, tidak melawan sama sekali. Padahal saat itu, akulah yang dengan licik menguncimu digudang dan pergi bersama Nate. Saat kecelakaan itu terjadi bahkan kau tidak ada ditempat. Tapi kau dengan sukarela menerima pukulan kakek.
Oh Tuhan sahut Oliver, bajingan tengik ini minta dipukul rupanya. Kau itu pendendam ya, itu kejadian yang sudah lama sekali masih diingat sahutnya. Dan berhenti memanggilku Oli. Namaku Oliver bukan Oli.
Dimana sikap tenang dan diammu. Aku tidak bisa melihatnya. Percuma saja kakek tua itu melatihmu sahut Rey sambil tersenyum simpul.
Biasanya Oliver selalu diam dan tenang dihadapan semua orang kecuali Rey tentunya. Ia tumbuh besar bersama, teman terbaik yang selalu menolongnya saat ia masih kecil hingga remaja dari kemarahan kakeknya Long Komatsu.
Mereka berdua dididik sangat keras oleh kakeknya. Ia berharap agar Oliver selalu menemani Rey dalam menjalankan Komatsu Grup. Tali persaudaraan yang sungguh kuat dan mustahil untuk diputuskan.
Saat sepupu- sepupu Rey mencoba untuk mensabotase penerus kekuasaan Komatsu dan menjatuhkan Rey, mereka harus siap menghadapi Oliver yang tidak segan- segan mematahkan kaki tangan mereka.
Aku dengar dari kakek kamu sekarang memelihara perempuan muda. Berhati-hatilah dalam bertindak. Kamu belum duduk di singgasana Komatsu Grup. Info tentangmu dapat menjadi skandal besar media. Aku harap kau mengerti itu. Jangan berbuat sesuka hatimu. Tolong, untuk kali ini jadilah dewasa. Kau tahu aku selalu ada dipihakmu.
Ia hanya tersenyum simpul sambil terus menikmati pemandangan dihadapannya.. lalu bergumam, udara di taman ini sungguh segar dan menenangkan.
Mata Oliver melotot mendengarnya, kemarahannya sudah sampai di ubun-ubun kepalanya. Bisa-bisanya anak tengik ini mengabaikan nasihatku dan malah membahas soal udara..ciiih... Apa yang ada dikepala bocah sialan ini..Aku tidak bisa tidur semalaman memikirkan masa depannya.
Rey, seriuslah sedikit. Apa kau benar- benar ingin melawan perintah kakekmu demi seorang wanita?...Oh Tuhan, dia bahkan tidak belum bisa disebut sebagai seorang wanita, dia masih anak kecil. Kau bisa bermain- main dengannya. Tapi tunggu saat ia sudah dewasa. Dia masih dibawah umur. Kau harus bersabar satu tahun lagi saat usia nya sudah 18 tahun..Aku tidak mau headlines berita besok adalah Calon Pewaris Komatsu Group adalah seorang Pedhopilia. Its a big no no..I hope u understand this.
Tadi saat aku sampai didepan rumahmu, ada pembantu baru. Jangan bilang, pembantu itu adalah siswi yang tinggal dirumahmu..Oh Tuhan, apa yang dipikirkan bocah tengik ini!!.Ia mengepalkan kedua lengannya karena kesal luar biasa.. Katakan sejujurnya padaku, apa yang membuatmu tergila- gila padanya sahut Oli.. Namanya Eliza..Akkhhh..memang sulit berbicara dengan orang yang sedang kasmaran..Seriuslah sedikit..dadanya saja masih belum tumbuh dan bokongnya rata..
Kalau kau mau, aku bisa mencarikan puluhan wanita yang lebih cantik dan seksi Rey..Jangan begini sahutnya pelan.. Jemari tangannya mengguncang bahu sahabatnya dengan keras.. berusaha untuk menyadarkan kecerobohannya..Ia hanya mirip sedikit dengannya.. Ia sudah lama menghilang Rey..sadarlah..!! Ia hanya mirip. Serupa tapi tak sama. Ia bukan orang yang sama.
Rey membalikkan badannya dan beberapa detik ia terdiam oleh kalimat sahabatnya ini. Ia tersenyum getir, aku tau Oli.. Ini adalah kesalahan yang harus kutebus..