Chereads / Me, After Losing You / Chapter 14 - I Will Hear You

Chapter 14 - I Will Hear You

Dalam perjalanan menuju apartemen Diandra, Claire tak henti-hentinya berusaha menghubungi temannya itu. Diandra yang melihat ponselnya terus berdering hanya mengabaikannya tanpa berniat untuk menjawab ataupun menolaknya.

"By the way, kamu kenal Diandra darimana?" tanya Darren berusaha menghilangkan kegelisahan Claire dengan mengajaknya berbicara.

"Di kantor." Claire hanya menjawab singkat dan masih sibuk memandangi ponselnya.

"Waktu pertama kali bertemu dengannya, kamu sama sekali tidak mengenalinya?" tanya Darren sekali lagi.

"Hmm.. aku merasa pernah melihatnya tapi tidak tau dimana dan aku mengatakannya kepada Diandra, tapi dia bilang ini adalah pertama kalinya dia kemari, jadi aku tidak pernah memikirkannya lagi."

"Tunggu dulu, kamu tau alamat dimana Diandra tinggal?" tanya Claire curiga dan dijawab Darren dengan anggukan.

Claire memiringkan tubuhnya menghadap kekasihnya seraya menatap wajahnya lekat-lekat, tampaknya ia sedang berusaha mencari ketakutan di wajah Darren.

Merasa bahwa dirinya dipandangi dengan intens, Darren mulai bersuara kembali. "Heyy.. apa yang kau pikirkan? Aku yang membantunya mencari apartemen, dia harus betah disini agar dia tidak merasa ingin kembali ke Indonesia."

"Kamu sering berkunjung kesana?" tanya Claire lagi seperti seorang yang mengintrogasi.

"Pernah, hmm.. hanya sesekali. Jangan menatapku seperti itu, aku tidak berbohong, tanyakan saja pada Dian.."

"Kalau begitu cium aku." Ucap Claire spontan.

"What??! Aku sedang mengemudi Claire jangan bercanda. Lagipula apa hubungannya?" Darren tak habis pikir dengan jalan pikiran kekasihnya ini, benar-benar tak bisa ditebak.

"Memang tidak ada hubungannya, tapi apa salahnya menciumku?"

"Tidak ada juga, tapi aku sedang mengemudi."

"Kalau begitu aku yang akan menciummu." Ucap Claire sebelum menarik leher Darren dan mencium pipinya sekilas, hanya sepersekian detik dan ia sudah merasa sangat senang.

Tiba-tiba saja Darren menghentikan mobilnya ke tepi jalan dan menarik Claire ke arahnya.

"Kau menggodaku sayang." Ucapnya sebelum mencium bibir Claire dengan dalam, menyalurkan rasa rindu yang ia pendam selama ini.

Cukup lama mereka berciuman sampai Claire mendorong bahu Darren ketika ia mulai kehabisan nafas. Darren hanya terkekeh melihat wajah kekasihnya yang sudah memerah seperti tomat, kemudian ia menyalakan mesin dan mulai melajukan Audi silver miliknya itu menuju apartemen Diandra.

Setelah sampai di depan apartemen Diandra, mereka hanya bisa menekan bel berkali-kali dan berusaha meyakinkan Diandra agar mau membuka pintu. Namun hasilnya nihil, tidak ada sahutan maupun tanda-tanda pintu akan terbuka.

"Aku rasa kita harus membiarkan ia sendiri terlebih dahulu, dia pasti butuh waktu." Ujar Darren.

"Tidak, tidak bisa. Kita harus meluruskannya sekarang!" jawab Claire dengan keras kepala.

"Kenapa hampir semua wanita keras kepala, sihh?" tanya Darren frustasi.

"Pertanyaan macam apa itu? Dengar ya, aku selalu menurutimu tapi tidak kali ini."

Darren hampir tidak percaya bahwa wanita yang ada didepannya ini adalah orang yang sama yang telah dengan berani menciumnya ketika ia sedang mengemudi. Baru saja mereka melepas rindu setelah tidak bertemu selama lebih dari satu bulan dan sekarang sepertinya perdebatan akan dimulai lagi, seperti biasa.

"Babe, kamu kok bicaranya gitu sih?" tanya Darren memastikan pendengarannya.

"Diandra!! Diandra tolong buka pintunya, please.. aku bisa jelaskan semuanya, Di!!" ucap Claire setengah berteriak, ia bahkan mengabaikan pertanyaan Darren.

"Listen, Claire." Darren manarik Claire ke hadapannya dan memegang kedua bahu kekasihnya itu dengan erat. "Walaupun sekarang kita sudah menganggap dia teman, niat awalnya aku memang ingin memanfaatkan Diandra untuk merebut hati Aldrich agar ia mau merubah membatalkan pertunangan kalian. So, biarkan dia sendiri dulu."

"Tapi itu cuma kamu, aku sama sekali tidak berniat seperti itu."

"Kalau kamu tau dia siapa pasti kamu akan berniat begitu juga."

"Tetap saja untuk saat aku tidak terlibat."

"Sudah jelas kamu otomatis terlibat karena ini juga menyangkut hubungan kita." Jelas Darren berusaha sabar menghadapi kekasihnya yang mendadak keras kepala.

"Tapi setidaknya kita harus bicara dengannya agar dia tidak berpikir buruk tentang kita." Bantah Claire sekali lagi.

Tidak kehabisan akal, Darren berkata lagi, "Kaki kamu masih sakit, jadi kita harus pulang." Kemudian ia mengangkat Claire secara paksa ke atas bahunya,

"Kyaa…!!" pekik Claire yang kaget ketika tubuhnya melayang di udara. "Turunkan aku!" teriaknya sekali lagi sebelum pintu unit apartemen Diandra terbuka.

Mendengar pintu terbuka, Darren dengan segera menurunkan Claire yang langsung berlari menghampiri Diandra.

"Jangan berlari Claire!" Ucap Darren memperingatkan.

"Dian.."

"Aku hanya akan berbicara denganmu." Potong Diandra singkat, padat dan jelas kemudian ia masuk ke dalam tanpa menutup pintu.

Setelah ia memikirkannya dengan kepala jernih, ia rasa setiap orang berhak untuk memberi penjelasan. Terlebih lagi saat ia bisa melihat bahwa Claire benar-benar tidak ingat perihal foto tersebut, maka ia memutuskan untuk mendengarkan penjelasan Claire, hanya Claire saja.

Dilihat dari sisi manapun, pertemuannya dengan Darren di bandara tidaklah terkesan kebetulan. Sekalipun mereka benar-benar bertemu secara tidak sengaja, seharusnya Darren tidak begitu mudahnya memberinya bantuan di tengah malam. Ini seperti Darren telah menunggu kehadirannya di bandara, kan?

"Darren, kamu pergi saja ya." Ucapa Claire tanpa basa-basi.

"Aku tunggu di mobil."

"Tidak perlu, mungkin aku akan disini sampai malam hari."

"Mengapa kau begitu yakin Diandra akan menerimamu disini sampai malam hari?"

"Dia wanita yang baik, tidak perlu diragukan lagi."

"Tapi kau.."

"Nanti aku akan menghubungimu dan kau bisa menjemputku, setelah itu kita ke apartemen kamu, oke?" bujuk Claire.

Darren hanya mendengus dan terlihat pasrah. Bagaimanapun, saat ini yang terpenting adalah meluruskan kesalahpaham yang terjadi di antara mereka berdua dan Diandra, walau tidak sepenuhnya adalah salah paham. Darren hanya mengangguk sebagai jawaban.

"See you." Ucap Claire lalu berjinjit untuk mencium kedua pipi Darren kemudian melangkahkan kaki ke dalam unit apartemen Diandra dan menutup pintu.

"Diandra." Hanya itu yang bisa ia ucapkan saat melihat Diandra yang sedang duduk dengan tanpa ekspresi. Kali ini, ia benar-benar gugup. Ia bahkan tidak tau harus memulai darimana.

Hal pertama yang bisa ia lakukan adalah duduk tepat di samping Diandra. Ia berniat memegang tangan Diandra tapi ia urungkan karena takut Diandra akan menolaknya mentah-mentah.

"Aku.. aku tidak tau kau mau dengar mulai dari bagian mana, tapi.. tapi aku akan memulainya."

Diandra yang melihat kegugupan Claire hampir saja tertawa jika ia tidak mengingat bahwa mereka sedang berada dalam percakapan serius. Ia mulai angkat suara untuk membuat Claire tenang.

"Bicaralah, aku akan mendengarkanmu." Ucapnya ringan.

Mendengar ini, kegugupan Claire sebelumnya mendadak hilang entah kemana.

"Kalau begitu kau harus tau semuanya. Maukah kau mendengarkan kisahku terlebih dahulu?" tanya Claire setengah berharap, ia tidak yakin Diandra akan mau repot-repot mendengarkan ceritanya dari awal, sampai ia mendapatkan jawaban yang diluar dugaannya.

"Tentu saja, kau harus menceritakan semuanya agar aku bisa mencoba mengerti." Diandra bahkan tersenyum tulus demi meyakinkan Claire, orang yang sudah dianggapnya sebagai sahabat.