Kembali ke tempat Glerisya berada yang tampak sedang melakukan perdebatan dengan Samjie, lebih tepatnya Samjie yang lebih gencar melakukan perdebatan.
"Kenapa diam sudah puas membicarakan orangnya?" Tanya Rich Samjie Norshi yang sudah berdiri di dekat gadis itu yang tengah duduk membelakanginya dengan tangan terlipat di depan dada, membuatnya lebih mirip seperti seorang ayah yang tengah mengomeli putrinya.
Glerisya yang tidak menyadari kehadiran Samjie, dia sedikit terhenyak dan menoleh dengan cepat ke sumber suara datang. Namun, hal itu hanya bertahan sebentar. Mau tidak mau akhirnya dia menghadap pada pria itu berada. Biar bagaimana pun dia masih tahu sopan santun.
"Aku membicarakan yang benar adanya. Kenapa? Tidak suka?" Glerisya memasang wajah tanpa dosa, alisnya sedikit naik seolah-olah tengah menantang pria itu.
"Kamu sudah melukai jariku, lalu membicarakanku dan sekarang kamu masih berani berkata lantang seperti itu?" Rich Samjie Norshi berkata sembari melayangkan tatapan menuntut, selangkah lagi dia mendekati Glerisya yang tampak tak bergeming.
Glerisya yang tak suka dituntut, semakin tajam menatap pria itu, walaupun posisinya sedikit kurang mendukung karena dia duduk bersandar di atas ranjang dan Samjie yang menjulang tinggi itu berdiri sambil sedikit menunduk guna menatapnya sehingga hal itu membuatnya merasa lebih rendah.
"Kesalahanmu jauh lebih besar daripada apa yang aku lakukan."
"Kamu ..."
Mereka akhirnya saling menuntut satu sama lain, dengan tatapan sama-sama sengit andalannya masing-masing seolah-olah saling menelan satu sama lainnya.
"Apa? Kesalahan kamu itu sangat besar. Jika kamu lupa biar aku ingatkan. kamu telah menabrakku, lalu tidak membawaku ke rumah sakit dan kamu tidak sedikitpun melakukan usaha untuk mengabari orang tuaku, jika hal ini tercium pihak berwajib kamu bisa saja disangka melakukan penculikan."
"Aku tidak sengaja, siapa suruh main di tengah jalan dan sekarang kamu baik-baik saja? Jadi, jangan terlalu berlebihan walaupun kamu dari anak orang berada seharusnya tidak sealay itu terlebih kamu putri seorang jenderal?" Rich Samjie Norshi menatap Glerisya dengan tatapan seolah-olah tidak melakukan kesalahan.
"Kamu terlalu menyepelekan hal besar, ini tentang nyawa sseseorang. Kamu pikir hanya karena aku anak jendral militer aku punya nyawa sepuluh, begitu? Yang nabrak aku itu sekelas mobil, bukan mobil-mobilan, dan tidak tahu dirinya juga kamu hendak melecehkanku. " Glerisya mengatakan itu dengan tatapan bercampur emosi. Terlebih dari tadi dia sudah emosi, tetapi mengingat bagaimana pria itu hampir saja melecehkannya membuatnya kembali marah.
Rich Samjie Norshi dibuat campur aduk, antara merasa kesal sekaligus merasa bersalah. Walaupun tadi dia benar-benar hanya bercanda, tidak benar-benar ingin melecehkan gadis itu, tetapi melihat bagaimana gadis itu yang seperti tidak menganggapnya serius dia sedikit menyesal.
Belum sempat Rich Samjie menjawab, gadis itu sudah kembali melakukan aksi menuntutnya, sekarang dia merasa posisinya yang tampak berdiri tidaklah menguntungkannya, dia beralih menurunkan ke-dua tangannya dan memasukannya ke dalam saku celananya, karena sikapnya yang seolah-olah tegas tidak dihiraukan gadis itu. "Belum selesai, kamu juga melarangku untuk segera pulang, maksudnya apa? Kamu berniat melakukan hal buruk padaku?" Glerisya kembali menuntut saking merasa jengkelnya, sekalipun hadus di sana seharusnya dia mendapatkan keterangan yang jelas.
"Bukan melarang aku hanya bertanggung jawab." Kini Samjie mendudukkan diri di ujung ranjang di mana Glerisya berada.
"Ehemm, selamat pagi Nona ... Kenapa buburnya belum dimakan?" Friossan akhirnya masuki obrolan mereka untuk menengahinya, saat dia merasa arah obrolan kedua insan itu sudah ditahap panas penuh emosi. Ia menggeser kursi yang ada didekat nakas untuk ia duduki. Ia berusaha untuk melerai pertengkaran mereka, mungkin jika dibiarkan lebih lama lagi bisa-bisa mereka bukan lagi adu mulut tapi adu fisik. Sekalipun, Glerisya perempuan. Namun, Friossan bisa melihat kalau gadis itu tidak selemah yang dibayangkan.
"Biar aku suapin!" Ia mengambil mangkuk yang isinya bubur itu dari nakas samping ranjang. Glerisya tidak mencegahnya, Ia membiarkan pria itu mengambil bubur baru tentunya, tetapi belum dia sentuh.
"Namaku Glerisya," Glerisya menyebutkan namanya karena tidak nyaman dipanggil nona.
"Nama yang cantik," Puji Friossan sembari menyodorkan sendok yang berisi bubur kehadapan gadis itu.
Glerisya menatapnya sebentar, lalu berkata sebelum melahap bubur itu tanpa protes. "Kurasa begitu, makanya orang tuaku memberikan nama itu."
" .... " Friossan diam seribu bahasa mendengar Jawaban gadis itu. Jawabannya benar-benar jauh dari nalar. Tangannya kembali menyuapi Glerisya. Gadis tampak patuh menerima setiap suapan yang diberikan oleh Friossan. Hal, itu membuat emosi seseorang tersulut melihat gadis itu begitu menjadi penurut terhadap Friossan. Siapa lagi, orang itu selain Rich Samjie Norshi. Seketika, aura di kamar itu menurun beberapa derajat celcius lebih rendah. Namun, keduanya tampak tidak memedulikan suasana di ruangan itu.
"Kamu ditinggal dimana?" tanya Friossan setelah beberapa saat hening, itu hanya basa-basi saja untuk mencairkan suasana. Glerisya langsung menatapnya, sepersekian detik dia mempertahankan atensinya, dia juga bingung harus bilang apa.
"Di Seoul, aku ke sini karena ingin berkunjung ke rumah." Friossan hanya mengangguk saja tidak mau ambil pusing, berbeda dengan Samjie yang tampak kebingungan, tetapi dia memilih diam.
"Sendiri?"
Glerisya sedikit terdiam sejenak, sebelum menjawabnya asal. " Tidak, aku tinggal bersama Wei Shimzie "
" Dia? "
"Pengasuhku, makanya tolong kembalikan ponselku dia pasti sangat khawatir dan akan mencariku " Glerisya menjelaskan dengan nada tenang. Ia sudah melupakan kehadiran Rich Samjie Norshi yang hampir membuatnya berkelahi
" Buat aku senang dulu, baru... " Tiba-tiba Rich Samjie Norshi ikut lagi berbicara. Glerisya yang sudah tenang kembali naik darah
" Kalau gitu ambil saja. Lagipula orang-orangku tidak akan tinggal diam mendapati Nona kecilnya tidak ada " Potong Glerisya tanpa permisi.
" Oh iya, Garlie segera kamu hapus rekaman CCTV dihari terjadi kecelakaan itu " Bisik Rich Samjie Norshi kepada Garlie hanya mereka yang dapat mendengar. Garlie mengangguk lalu pergi
Sepertinya kata-kata Glerisya barusan menyadarkan Rich Samjie Norshi tentang CCTV. Setelah itu ia kembali lagi berkata kepada Glerisya dengan wajah tak perduli
" Baguslah, kalau mereka cepat menemukanmu. Aku tidak perlu untuk mengantarkanmu pulang " Rich Samjie Norshi menjawab dengan malas. Ia berjalan kesofa dan langsung duduk disana seperti seorang raja
" Nona Gle, sebaiknya kamu minum obat dulu " Friossan sengaja menyela obrolan mereka agar tidak terjadi pertengkaran lagi.
Glerisya menoleh kearah Friossan berada, lalu menoleh kemangkuk bubur yang masih tersisa banyak.
" Aku baru saja makan bubur beberapa suap "
" Baiklah, baiklah ayo makan lagi " Friossan tertawa kecil, Ia merasa tengah berbicara dengan gadis yang baru berusia 5 tahun
Ia kembali menyuapi Glerisya sampai bubur itu habis.
Glerisya meminum teh manisnya dengan anggun. Tanpa, Ia sadari dirinya menjadi perhatian kedua orang yang ada disana.
" Nah sekarang, makan obatnya ya? " Friossan menyodorkan segelas air mineral dengan beberapa buah obat yang sudah dibukanya.
Glerisya menatapnya dengan tatapan enggan " Setelah makan obat, apa aku sudah boleh pulang? " Glerisya bertanya pada Friossan dengan penuh harap, tapi malah dijawab oleh orang yang bikin darahnya naik
" Iya. Tapi, tidak untuk sekarang "
" Ya, sudah kalau gitu aku juga tidak mau minum obatnya " Ucap Glerisya keras kepala
Friossan menatap temannya dengan tatapan kesal, lalu menatap Glerisya dengan lembut
" Glen, minum obatnya ya? Kalau sudah sembuhkan kamu bisa pulang " Bujuk Friossan dengan sabar dan lembut. Seolah-olah ia tengah membujuk seorang gadis yang baru berusia 6 tahun
" Namaku Glerisya bukan Glen " Tegas Glerisya membenarkan namanya
" Oh iya maaf. Gless " Friossan tersenyum dan meminta maaf dan mengulanginya dan salah lagi
" Kalau memang susah, panggil saja Risya " Ucap Glerisya menyerah untuk tidak mempermasalahkan lagi panggil pria itu kepadanya. Toh, pria ini juga baik.
" Baiklah, itu juga bagus " Respon Rich Samjie Norshi menyetujui saran gadis itu
Dengan cepat Glerisya memakan obatnya
" Gadis baik, coba aku lihat tanganmu yang terluka itu. " Friossan menepuk kepala Glerisya dengan lembut lalu mengulurkan tangannya
Dengan waswas Glerisya mengulurkan tangan kirinya yang terluka.
" Tanganmu melepuh dan sedikit terluka. Kenapa.. Ada bekas gigitan? " Friossan bertanya dengan nada dibuat heran. Lalu mengeluarkan sebuah salep untuk penyembuh luka bakar yang sekaligus untuk menghilangkan bekasnya.
" Ini karena seseorang salah mengira jariku sebagai ayam bakar atau ayam goreng. Sehingga menggigit jariku " Ketika mengatakan kalimat itu matanya menatap tajam Rich Samjie Norshi
Rich Samjie Norshi " 😤😡 "
🌺🌺🌺