_Kenangan tak mudah untuk aku lupakan, apalagi sampai sepenuhnya hilang dalam memori. Jadi, jika kamu tanya aku masih menyimpan semua rasa itu?
Jawabannya adalah iya, entah itu terlalu sayang untuk dibuang atau aku masih mencintanya. Yang jelas semua kenangan dan rasa masih tersimpan disini.
Disini... dihati ini, dalam memori ini dan aku merasa bahagia telah memiliki kenangan bersamanya...
Namun, aku harap semuanya berlalu seperti kenangan yang sudah berlalu. Cukup saja disana dan sampai disana.... Aku ingin memiliki hal yang baru dan semua yang baru_ Anshi03
Glerisya**
"Aku mau pulang kampung, orang tuaku sudah merindukanku"Jawab Glerisya cepat, Ia bukan gadis lambat dalam menolak dan menjawab.
"Ouh" Sahut Zen Yize malas berdebat, lalu dalam satu kali lompatan sudah pindah ke balkon apartementnya.
Glerisya sedikit mengerutkan kening untuk beberapa saat, sebelum menggeleng tidak perduli. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya.
Skip...
Ting!
Glerisya yang tengah sibuk membaca, langsung mengalihkan fokusnya ke ponsel saat suara pesan line masuk.
Dengan perlahan tangannya mengambil ponselnya, dan melihat isi pesan tersebut. Ia sedikit mengerutkan kening, saat melihat id pengirimnya. Yang tak lain adalah Arsya
'[Sya maaf, aku tidak jadi nginap di apartemenmu. Aku harus pulang ke Indonesia malam ini juga]' Itu adalah isi pesannya
Glerisya sedikit merenung, sebelum membalas pesan line tersebut dengan 'Iya tidak apa'
"Hum, setidaknya urusanku meringan satu" Gumamnya dengan helaan nafas, ia kembali menaruh ponselnya diatas meja.
***
Key Millon datang menghadap tuan mudanya dengan sedikit perasaan gentar dan was-was. Karena, takut akan membahas hal yang tadi.
"Iya Tuan?" Kata Key Millon sopan dan sedikit menunduk.
Qyieshi Zean yang sedang berdiri didepan jendela hotel, menikmati malam. Tidak sedikitpun menoleh, ia masih sibuk betah memandang jauh keluar sana.
"Besok, kamu pergi sendiri ke tempat pertemuan dengan Nona Bey Nna" Kata Qyieshi Zean to the point, nadanya biasa-biasa saja tapi tidak terbantahkan.
"Ta.. tapi tuan.. "
"Aku ada urusan, jika tuan Muda Lin Bei bertanya katakan saja Aku tidak ikut" Selanya dengan perlahan tapi pasti. Dia berbalik dan menatap Key Millon dengan tatapan tak bisa di prediksi.
Key Millon yang ditatap tuan Mudanya, dan mengira sedang tergoda olehnya sedikit salah tingkah. Dengan cepat menjawab dan mengangguk dengan bodoh "I-Iya tuan, a-ada lagi?"
Qyieshi Zean sedikit menggeleng dan kembali menikmati pemandangan malam yang terlihat dari jendela kamar hotelnya.
"Kalau begitu, saya permisi tuan" Pamit Key Millon sebelum pergi dengan perlahan.
Setelah kepergian Key Millon, Qyieshi Zean mengangkat ponselnya. Ia menatap layar ponselnya, yang menampilkan foto seorang gadis cantik.
Ia sedikit mengukir senyum miris, saat tangannya menggeser ke slide berikutnya dan foto berikutnya muncul. Disitu tampak dirinya yang sedang tersenyum kaku dan seorang gadis cantik jelita yang sama dalam rangkulannya.
Gadis itu tersenyum lepas hingga kedua matanya membentuk bulan sabit, terdapat sebuah kalung berlian perak putih dilehernya.
Itu adalah foto saat dirinya memberikan kalung keluarga turun temurun dari keluarganya, pada Glerisya. Ia dapat saat sebelum, neneknya meninggal.
Panjang ceritanya, yang jelas neneknya berpesan berikan itu kalung pada seorang gadis yang dianggapnya sangat berharga.
Tak lama setelah itu, dia pergi meninggalkan gadis itu. Tanpa keterangan yang jelas, bukan atas keinginannya. Tapi memang, ada sesuatu hal yang membuatnya harus begitu tega dan hampir membuat itu gadis mati.
"Apa kabar Shey?? Kamu pasti membenciku kan?"
"Sekarang aku sudah kembali, apapun konsekuensinya aku akan menerimanya untuk menebus semua kesalahanku" Itu adalah janji yang hampir tiap saat ia gumamkan, saat melihat-lihat foto kebersamaannya dengan Glerisya.
Disaat yang sama, pesan masuk dari seseorang yang dia percaya. 'Target yang sudah ditandai, besok sekitar pukul 10 - 12 siang akan ke negara yang sama dengan Tuan. Ada kemungkinan, menggunakan kereta bawah tanah.'
Qyieshi Zean sekilas membacanya, sebelum membalasnya 'Ok, kamu pantau dia lebih detail.'
Drt drt.. Pesan lain masuk 'Ada perkembangan tentang Nona kedua Shenzhe Yeze, Saya akan mengatakannya secara lebih detail. Saat saya bertemu dengan Tuan' Qyieshi Zean sedikit tertegun dengan isi pesan itu. Sebelum, dengan gesit membalas pesannya
'Besok temui saya disebuah Restoran terdekat stasiun kereta Api'
"Sepertinya tak salah aku meneliti Nona Shenzhe Yeze itu. Selain postur tubuh mereka yang mirip, namanya juga terdapat Shey. Ini pasti bukan kebetulan, tapi takdir."
"Seberapa dalampun kamu bersembunyi, aku akan tetap bisa menemukanmu gadisku"
"Dan, jika hal ini gagal. Aku bisa mencarimu lewat kalung leluhur keluargaku" Ia sedikit menyunggingkan senyum.
"Dan jika gagal lagi, aku bisa mengecek seluruh data warga di dunia ini. "
"Ya, pasti ketemu. Secarakan, aku belum turun tangan secara langsung. Jadi, wajar aku belum menemukannya" Gumamnya pasti dan tetap antusiasme untuk mencari gadisnya itu.
"Bila perlu aku bisa memasang CCTV disetiap rumah, gedung, dan penjuru di dunia ini"
Wah otaknya sudah benar-benar gila sekali dia, tapi dia emang Sultan yang diakui sih. Dan harta kekayaannya, yang sangat berlinpah ruah dimana-mana. Itu tidak akan membuatnya miskin.
At : Tapi sebenarnya, itu terlalu berlebihan. Daripada capek-capek+ buang-buang duit gak jelas, eh tapi bisa sedikit membantu pemerintah sih untuk mengawasi seluruh penduduknya. Mending cari aja cewek lain ya kan, dari kalangan manapun bisa ia dapat dengan mudah.
Namun, sudahlah sepertinya gantian. Dulu Glerisya yang hampir gila, karena kehilangan pria ini. Dan sekarang pria ini yang gila.
Qyieshi : "Diem Thor, saat ini kamu belum ada hak buat komentar ataupun kasih masukan"
At : "Ya elah, saranku kan baik."
Qyieshi : "serah dah"
***
Karena Glerisya mengingat akan janjinya dengan Davin Lavendra, Malam itu juga Glerisya pulang ke kediaman Shenzhe Yeze.
Pagi tiba, Glerisya sudah siap dengan Dress coklat susu selutut tanpa lengan dengan kerah tinggi.
Sepatu heels berhak 10 cm warna senada dengan dressnya dan tas selempang bermerek berwarna merah lembayung.
Rambutnya dibiarkan terurai dengan bebas dan sebuah jepit mutiara menjepit bagian rambut sebelah kirinya. Itu membuatnya terlihat elegant tapi tetap sederhana.
Ia juga mengenakan kalung mutiara dan kerabu kecil dan jam tangan sebagai aksesoris lainnya. Tapi tidak berlebihan dan tampak sederhana. Namun, berkesan berkelas.
Dan satu lagi ia juga sedikit berias tapi tidak berlebihan. Bahkan, bibirnya hanya menggunakan sedikit lipcream pink berry.
"Kamu sudah sarapan?" Tegur Zeyuehan saat melihat adiknya melewatinya dengan mata dan tangan sibuk dengan ponselnya. Ia sedang duduk santai, sembari membaca koran pagi. Tapi, adiknya sama sekali tak melihatnya. Sungguh tidak enak, ada tapi tidak dianggap.
Ia menghentikan aktivitas membacanya, saat adiknya lewat tanpa menyapanya.
Gadis itu menoleh dan menghampiri Zeyuehan "Sudah Oppa, oh ya aku pergi dulu kencan buta"
Zeyuehan sedikit mengerutkan kening mendengar penuturan Glerisya yang ia ketahui adalah Angelisya adiknya. "Kemarin?" Tanyanya, matanya sedikit menyipit. Ia memperhatikan air muka, adiknya itu dengan teliti.
"Oh iya, aku lupa. Sekarang aku harus menemaninya untuk menemui seseorang" Glerisya sedikit terhenyak dan menepuk pelan jidatnya.
"Zen Yize Xuan Alvarez?" Terka Zeyuehan, matanya masih tertuju pada air muka adiknya. Dan kadang-kadang, matanya memperhatikan setiap pergerakan gadis itu.
Entah kenapa, lama kelamaan Ia merasa adiknya itu terasa semakin berbeda. Sebenarnya tidak ada terlalu berbeda dengan adik yang dikenalnya, hanya saja rasanya terasa seperti dekat dengan orang asing.
"Iya, Eh nanti setelah aku selesai urusan dengan Tuan Davin. Aku akan langsung pergi ke Jepang" Izin Glerisya, lebih tepatnya memberitahukan agendanya. Ia tidak perlu meminta izin ataupun izin dari kakak laki-laki temannya itu.
Zeyuehan, kembali menyipitkan matanya sejenak. Ia membuang nafas, dan kembali bertanya dengan nada lebih overprotective tapi tidak keras ataupun rendah.
"Mau apa?"
"Ya ada urusan. Dan ya, Oppa dan Eonnie jangan dulu menyuruh orang untuk memantauku" Jelas dan pinta Glerisya sedikit menegaskan, tapi nadanya tetap sopan. Sebagai mana seorang adik berbicara kepada kakaknya.
Ini tidak aneh bagi Zeyuehan, karena Adiknya itu suka sekali pergi ke negara sakura itu. Namun, kali ini Ia merasa terasa ada yang aneh dengan adiknya itu. Soalnya, Adiknya suka mengajak kakak perempuannya atau dirinya untuk berlibur kesana. Tapi...
"Kenapa? Semua itu untuk kebaikanmu" Zeyuehan menaruh korannya di meja, dan matanya menatap adiknya intens.
Glerisya sedikit merasa takut, dan bingung harus berdalih apa lagi. Tapi, Ia tetap memaksakan otaknya untuk berpikir kritis. "Iya, itu memang untuk kebaikanku. Tapi, aku ingin lebih mandiri"
"Berapa lama?"
"2 hari, seninnya kan aku harus kuliah" Jawab Glerisya cepat
"Ok, hati-hati dan jangan matikan ponselmu" Pesan Zeyuehan dalam
Glerisya mengangguk patuh dan pamit pergi setelahnya.
Dengan perlahan Glerisya keluar dari kediaman Utama Shenzhe Yeze , dan diluar gerbang kediaman Shenzhe Yeze sudah ada Mobil Davin menunggunya disana.
Pria itu sudah berdiri di luar mobilnya menyambut, Glerisya. Bukan apa-apa Ia tidak masuk kedalam, Glerisya memang melarangnya.
"Silakan Masuk Nona muda Shenzhe Yeze" Sambut Davin ala-ala pangeran seraya membukakan pintu mobil untuk Glerisya.
"Terimakasih, Tuan Muda Lavendra" Balas Glerisya sopan sembari masuk kedalam mobil.
Setelah Davin menutup pintu mobil yang dibukakan untuk Glerisya Ia segera menyusul masuk dan segala melajukan Mobilnya keluar menjauhi kediaman Utama Shenzhe Yeze.
Sepanjang perjalanan, mereka diam membisu. Davin serius dengan setir dan pandangan kedepan, sementara Glerisya sibuk merenung.
Berbagai banyak pertanyaan dan perkiraan yang akan terjadi, dalam benaknya terus mengalir begitu saja tanpa bisa ia cegah.
'Sampai kapan, Aku akan terus membohongi mereka?'
'Jika suatu saat semuanya terbongkar, apa yang akan keluarga Shenzhe Yeze lakukan terhadapku?'
'Akan sangat beruntung sekali, jika nyawaku dan keluargaku masih hidup' Ia menggeleng pelan dan sebelum banyak lagi Ia berpikiran negatif.
Mereka sudah sampai, disebuah Restoran yang ada Di Mall Shenzhe's Group. Tempat temu janji, dengan Zen Yize Xuan Alvarez.
***
Arsya yang sudah sampai di Indonesia, langsung menemui Raisya di sebuah restoran Padang. Tanpa banyak menunggu lebih lama lagi.
Raisya yang note benenya seorang gadis lemah lembut dan stylish, masih tetap sama. Tapi sayang, dia bermuka dua.
Sebenarnya dia tidak jahat, hanya saja dia salah langkah dan kurang bijak untuk menggapai keinginannya.
Seperti biasa ia selalu tampil memukau dengan, aura lemah lembutnya. Ia tersenyum, saat Arsya sudah sampai dan duduk dihadapannya.
"Loe udah lama?" Basa-basi Arsya, saat mendudukkan diri dikursi dihadapan Raisya. Ini Indonesia guys, dan logat serta bahasa mereka sesama orang Indonesia. Menggunakan bahasa keren Indonesia.
"Belum lama kok, gue baru aja pesen." Jawab Raisya lembut
"Hmm, bagus deh. Gue ada banyak urusan, jadi langsung to the point aja." Arsya bertutur dengan nada biasa-biasa saja, dia emang orang yang tipikal. Dibilang ramah banget tidak, dibilang dingin banget tidak, dibilang cuek tidak. Tapi, dia bisa melakukan semuanya saat diwaktu tertentu.
Dia juga bukan tipe orang yang mudah marah dan dia santai-santai saja orangnya. Asyik juga kalo udah, pada orang yang dikiranya cocok. Tapi, bukan berarti dia gak bisa tegas ya. Dia juga cerdas orangnya, dan tajir melintir pasti dah tau kan.
"Tidak bisa kita makan dulu? Gue lapar banget" Nego Raisya dengan nada yang memelas.
"Kan makanannya belum datang, jadi sebelum datang. Loe bisa langsung mengatakannya sambil menunggu makanannya dateng" Tutur Arsya sedikit panjang, entah kenapa kesannya itu. Setelah 5 tahun yang lalu, dia sedikit tidak enak terlalu lama berdekatan dengan Raisya.
"Ok baiklah, gue hanya mau memberitahukan bahwa Angelisya itu palsu." Tutur Raisya memulai ceritanya
Arsya yang mendengar penuturan Raisya, yang menurutnya mengada-ngada langsung bertanya "Maksud loe apaan?"
"Iya, kalo Angelisya yang ada di Seoul itu palsu" Jawab Raisya antusiasme
"Hah, loe salah makan obat ya Rai? Gue jauh-jauh datang dari Seoul, bahkan malam-malam gue kemari. Buat denger omong kosong loe?" Respon Arsya sedikit mencibir, Ia sudah tau gimana sifat aslinya gadis ini sekarang.
"Gue Serius Ars, kemarin weekend kemarin gue liburan ke Singapore"
"Terus kalo loe abis, holiday dari Singapore. Ngapain laporan ke gue?" Tanya Arsya semakin tidak mengerti, dengan alur pembicaraan Raisya.
"Dengerin dulu, napa sih?" Tegur Raisya sedikit jengkel dan melupakan sikap lah lembutnya, dan itu tidak mengherankan untuk Arsya. "Gue tuh, saat di Singapore tanpa sengaja liat Angelisya sedang makan bersama Om Arga disebuah restoran past food. Bahkan sempat gue foto" Tutur Raisya dengan lancar dan serius.
Buat Readers yang udah kasih masukan dan komentar serta vote, juga yang nunggu terimakasih ya. Dan maaf sudah seabad gak up, aku sibuk sama tugas sekolah. Maaf banget. Dan maa juga tidak membalas komentar kalian, maaf ya.đđ