Chereads / MARI KITA BERSAING / Chapter 14 - Pencegatan

Chapter 14 - Pencegatan

Seperti rencana sebelumnya, Glerisya akan melakukan perjalanan ke Tokyo untuk mengunjungi rumah orang tuanya di sana. Saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju bandara, ya ada sedikit perubahan rencana yang awalnya berencana naik kereta bawah tanah harus berubah karena dia menemukan jejak pengintaian.

Glerisya diantar dengan sebuah mobil Lamborghini Veneno warna hitam dengan seorang Leonhard duduk di sampingnya ikut mengantarkannya ke Bandara. Dia salah satu teman kencan butanya yang dikirimkan oleh orang tuanya. Awalnya dia lebih baik pergi sendiri, tetapi mengingat perintah orang tua Angelisya adalah mutlak jasi tidak bisa menolak. Sepanjang jalan mereka cukup menikmati perjalanan dengan sesekali berbincang ringan, walaupun lebih seringnya Leonhard yang membawa topik.

Tiba-tiba ... mobil yang ditumpangi Glerisya itu berhenti secara mendadak, mengakibatkan Glerisya yang duduk di samping Leonhard terperanjat ke depan, untung saja Ia mengenakan Saeltbet, sehingga kepalanya tidak sampai terbentur ke kursi depan.

"Ada apa??" Glerisya menoleh pada Leonhard bergantian pada sang supir yang mengemudikan mobil.

"Ada orang yang berdiri di tengah jalan, Nona," Sang supir menjawab dengan nada tenang. Dia sedikit menoleh ke arah belakang.

"Kita harus bagaimana??" Glerisya berubah sedikit panik, menoleh ke arah Leonhard yang tampak terdiam. Sebenarnya Glerisya tidak benar-benar panik, dia hanya sedang sedikit drama saja di depan Leonhard, dia ingin tahu bagaimana pria itu mengatasi hal ini.

Sebelum Leonhard menjawab, beberapa orang bertubuh besar keluar dari persembunyiannya dan langsung datang menggedor-gedor pintu mobil mereka di kedua belah sisi dengan kasar.

Brak ... Brak ... Brak ...

"Keluar!!" teriak salah seorang dari mereka yang menggedor-gedor pintu mobil. Tampangnya menunjukkan raut ketidaksabaran dan ganas.

"Kamu tunggu disini ya? Aku yang akan menghadapi mereka," ucap Leonhard setelah beberapa detik yang lalu dia terdiam. Dia mengatakan itu dengan tenang, tetapi sorot matanya tampak khawatir dan hal itu tidak lepas dari pengamatan Glerisya.

"Tapi ... ."

"Jangan terlalu dikhawatirkan semuanya akan baik-baik saja," Leonhard meyakinkan, hal itu membuat alis runcing Glerisya sedikit mengerut. Dia tidak melihat keyakinan yang benar-benar yakin dalam diri pria itu, bagaimana dia tidak berhenti khawatir? Namun, dia tidak akan membiarkan kesempatan untuk menguji skill beladiri pria itu. Terlebih pria itu adalah calon penjaganya 'kan?

'Ini kesempatanku untuk melihat kemampuannya,' batin Glerisya, bersorak riang karena sebentar lagi dia akan melihat adegan action versi realita, sudah lama sekali dia tidak lagi menyaksikan adegan-adegan baku hantam seperti ini. Rasanya dia sangat merindukan masa-masa indah itu.

"Baiklah Berhati-hatilah!!" Glerisya menepuk pundak pria itu guna menyemangatinya.

"Baik," Leonhard menganggukkan kepalanya sebelum membuka pintu mobil, dan saat pintu terbuka, dia langsung ditarik para begal itu, diperkirakan jumlahnya lebih dari 20 orang mengeroyok Leonhard langsung mengeroyok Leonhard.

Hiya ...

Buk!

Kya ...

Swush!

Brak!

Buk ... bak ... Plak ... buk ... Plok ... bak ... buk ... Krak!

Kecepatan mereka begitu cepat, tanpa memberikan celah sedikitpun untuk Leonhard melawan ataupun menghindari. Di susul sang supir ikut membantu, tetapi semua itu hanya sia-sia, hal yang serupa juga menimpa sang supir. Mereka dikeroyok habis-habisan sampai babak belur. Dalam waktu kurang 10 menit Leonhard dan sang supir sudah terkapar di Aspal. Glerisya dapat memastikan keadaan mereka sudah tak sadarkan diri.

Bagaimana tidak, ternyata mereka mengeroyok Leonhard dan sang supir dengan pasukan lebih dari 30 orang dengan badan pada besar dan ilmu bela diri yang terlatih.

Glerisya hanya menatap pemandangan di luar sana dengan mata tak berkedip, ia benar-benar melihat seorang pria yang berusia 26 tahun dan 35 tahun itu bisa dikalahkan kurang dalam waktu 10 menit itu menandakan kalau kemampuannya itu hanya sebesar usia anak 6 tahun, dengan nyali 20 tahun, begitulah menurut persepsi Glerisya yang hanya menonton dari dalam mobilnya.

Kini Glerisya tidak tahu harus menangis atau tertawa?? Pemandangan itu sangat menyedihkan dan tidak seru. Dia merasa sedih karena pertarungannya cepat sekali usai.

Bruk ... bruk ... bruk!

"Buka pintunya sebelum ..."

Brak!

Tanpa aba-aba dan kasar Glerisya membuka pintu mobil yang digedor salah satu orang jahat itu, sehingga menyebabkan pria bertubuh seperti boboho itu terjungkal ke belakang karena tepat pintu mobil itu membanting wajah dan bagian depan tubuh pria itu dengan kekuatan penuh.

"Ups, sorry, Aku tidak menyangka Om berdiri di depan pintu," ujar Glerisya dengan tampang tak bersalah sama sekali.

Dengan seringaian kecil Glerisya menyilangkan kakinya di hadapan para pria bertubuh besar itu, bahkan kakinya hampir nyentuh salah satu hidung penjahat yang tadi terjungkal di dekat dengan pintu mobilnya.

Beberapa saat mereka seperti terhipnotis oleh gerakan anggun dan mengesankan yang sangat angkuh itu, sebelum salah satu diantara mereka mengecamnya.

"Sialan gadis kecil sepertimu berlagak seperti ... Jā€”"

Buk ... bak .. buk ... plak! Plak

Hanya kurang 1 menit, pria yang baru saja menyusul temannya yang kejedot pintu mobil mukanya sudah babak belur. Glerisya hanya menggerakkan satu tangan dan satu kakinya dengan posisi masih sama duduk dengan santai di kursi belakang.

Kini gadis itu duduk dengan tumpang kaki yang sedikit disilangkan, tangan kanannya masih bertumpu di pahanya dengan cantik.

Pemandangan yang tampak sangat memukau tanpa harus bergerak berlebihan, aura anggun dan berkuasanya begitu kuat.

"Sebentar-sebentar, Paman jangan terlalu terburu-buru, memangnya mau kemana? Aku belum mengecek apakah pintu mobilku rusak atau tidak akibat Om itu." Glerisya sedikit menggerakkan telapak tangannya, dia menatap satu persatu orang-orang yang ada di sana dengan tampang tak bersalah. Hal itu membuat para preman itu menatapnya semakin berang, mereka murka dengan tingkah gadis itu yang kian lama kian mempermainkannya dan itu membuat harga diri mereka sebagai pembunuh bayaran merasa terhina.

"Kurang ajar! Jalang tengik! Beraninya kamu!" teriak pria berkepala botak dengan teramat geram menerjang Glerisya, tetapi terjangannya malah membuatnya menjadi mala petaka karena gadis itu dengan sangat lihai menghindar dan balas menyerang.

Hiya ...

brugh ...

kreak ...

Argh !!

...

Di lain tempat tampak berpuluh-puluh orang menunggu kedatangan seseorang melewati jalanan tersebut, padahal mereka sudah berjaga di sana sekitar 50 menit.

"Kok belum lewat juga, Fey coba kamu tanya si bos lagi, bener ga nih tempatnya di sini?"