Chereads / MARI KITA BERSAING / Chapter 15 - Pencegatan 2

Chapter 15 - Pencegatan 2

Di lain tempat tampak berpuluh-puluh orang menunggu kedatangan seseorang melewati jalanan tersebut, padahal mereka sudah berjaga di sana sekitar 50 menit.

"Kok belum lewat juga, Fey coba kamu tanya si bos lagi, bener ga nih tempatnya di sini?" salah satu anak buah dari geng Xander X itu merasakan keganjalan. Sosok yang dipanggil Fey itu menoleh, lalu mengambil benda pipih dari balik jaketnya berniat untuk menghubungi bosnya, tetapi belum sempat dia menekan dial panggil, panggilan lain dari wakil bosnya masuk, segera dia menjawab panggilan telepon tersebut.

"Hallo, Kak Xien?"

"...."

"Apa? Okay, aku akan segera menuju ke lokasi."

Setelah sambungan telepon terputus dia segera memberikan informasi terbaru kepada rekan-rekannya.

"Gawat, ternyata target mengambil jalan lain dan tujuannya menuju bandara."

"Kenapa bisa begitu? Mungkinkah kita ketahuan?" tanya Ley si pria berambut pirang.

"Apakah mungkin mereka punya mata-mata?" timpal yang lainnya.

"Bukan itu masalahnya, target kita di serang geng lain," kata Fey segera menyampaikan informasi yang lebih penting dari berita terbaru tersebut, karena jika sampai target mereka kenapa-kenapa nyawa mereka bisa melayang.

"Sebenarnya siapa orang itu? Sehingga banyak sekali yang mengincarnya?" tanya Louis merasa tidak masuk akal, walaupun dia tahu targetnya kali ini adalah seorang putri bungsu Shenzhe Yeze, hanya saja ini terlalu kebetulan atau bagaimana sehingga banyak sekali yang mengincar gadis itu, padahal dari pengintaian mereka dari sebulan yang lalu sebelum ini tak ada satu pun geng atau orang yang melakukan penyergapan.

"Kita bahas hal itu nanti, sekarang kita segera ke lokasi, kalau kita sampai kita terlambat, kita yang akan habis."

"Okay, let's go!" sahut mereka kompak, lalu segera menuju titik lokasi.

***

Kembali ke Glerisya ...

"Sudah aku bilang jangan terburu-buru dulu, Om." Glerisya melangkah ke luar dari mobilnya, tanpa menutup pintu mobilnya. Sejenak dirinya memperhatikan body mobilnya, dia tampak lebih perduli dengan keadaan mobil terbarunya, daripada kehadiran para preman itu. "Urusan kita tunggu dulu, aku perlu mengecek kerusakan pada mobilku terlebih dahulu," tambahnya pelan saat dirinya benar-benar memperhatikan keadaan mobilnya. Hal itu, membuat semua orang yang masih dalam keadaan sadar dibuat terbengong.

"Apa kamu kira kamu sedang melakukan negosiasi?" sang ketuanya yang lebih dahulu tersadar, lekas melemparkan pertanyaan geram. Pria dengan badan besar itu melangkah mendekati Glerisya dan yang lainnya juga mulai mengepung gadis itu. Seharusnya tidak ada lagi celah untuk gadis itu kabur.

Glerisya merasakan pergerakan mereka yang semakin ketat, segera berhenti mengecek body mobilnya, walaupun sebenarnya dia sama sekali tidak terlalu perduli dengan keadaan body mobilnya, itu hanya sebuah keisengan belaka saja untuk mengulurkan waktu. Tadi, sebelum dia membuka pintu dirinya sudah mengirimkan pesan singkat kepada bawahan keluarga Shenzhe Yeze.

Kali ini Glerisya sudah menghadap ke arah mereka, alisnya sedikit naik mendengar nada berang ketua preman itu, dilihat dari pakaiannya yang seragam Glerisya bisa memastikan bahwa mereka sebenarnya adalah Geng pembunuh bayaran.

"Tidak juga, hanya saja kalo kita bisa bicarakan semua permasalahannya dengan baik-baik kenapa harus main kekerasan?" lontarnya dengan nada kelewat santai, bahkan kini tubuhnya sedikit bersandar pada body mobil, kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Gadis edan, kami ke sini untuk menculikmu!" sahut pria berbadan besar lainnya tak kalah jengkel seraya meludah ke samping.

"Oh ..., bilang dong dari tadi, 'kan kalo dari tadi bilang kita ga harus buang-buang tenaga, siapa yang ngutus tuan-tuan ini?" Dengan ekspresi tenang, gadis itu meraih botol air mineral yang tergeletak di kursi tempatnya tadi duduk.

Sejenak mereka saling pandang satu sama lainnya, mereka merasa otak gadis ini tidak beres. Karena bukan respon dan reaksi seperti itu yang akan orang lain tunjukkan. Reaksi seperti ini terlalu santai untuk ukuran orang yang dalam bahaya.

"Sinting!" celetuk salah satu preman itu.

Gadis itu malah mengangguk pelan tanpa menunjukkan ekspresi apapun, lalu tanpa banyak kata meneguk air mineral itu dengan sangat elegan.

Setiap tegukan yang dia lakukan membuat para pria dewasa di sana ikut meneguk ludahnya, seolah terhipnotis oleh makhluk yang tampak anggun itu mereka malah terbengong dan menurunkan kewaspadaannya, saking mempesonanya.

Tanpa mereka sadari, ada orang yang menyaksikan semua itu tidak jauh dari sana dengan tatapan tidak percaya bercampur ngeri.

"Gila, ini cewek baday banget!" celetuk Ley orang yang paling terkenal dengan mata keranjang.

"Si bos ga akan akan pernah mau buang-buang uang kalo gadis itu jelek," respon JP yang biasanya diam ikut nimbrung, pandangannya fokus ke depan. Daya tarik seorang Glerisya memang tidak main-main, seorang JP yang terkenal tidak pernah perduli dengan sosok perempuan kali ini dia sedikit tertarik untuk ikut berpendapat dan saat ini yang lainnya tidak sadar.

"Iya juga sih, damagenya ga tanggung-tanggung."

"Yoi, tapi kenapa suasananya jauh dari perkiraan ya? Gadis itu ga tampak ketakutan bahkan dengan polosnya minum di hadapan preman?"

"Polos matamu! Noh liat, mereka tumbang karena apa? Babi yang berubah jadi meong?" ujar Fey sembari menoyor kepala Ley dari tadi tidak mau diam, walaupun dengan nada yang sangat pelan.

"Iya juga sih, kalo gini caranya kita akan sulit mengambil kesempatan buat bawa dia ke hadapan si Bos."

"Kita manfaatin saja ... "

Di saat yang sama, berpuluh-puluh pasukan motor dan mobil hitam berdatangan. Itu adalah penjaga keluarga Shenzhe Yeze, mereka adalah orang-orang terlatih di mana pelatihan dan kemampuan mereka itu setara dengan Tentara tingkat paling atas.

"Tidak ada kesempatan lagi, langsung cabut!" komando Fey, dia segera berdiri berbalik pergi dari persembunyiannya. Berpuluh-puluh anggota pun tidak ada yang membantah karena memang apa yang dikatakan ketua lapangan (ketua yang turun bertempur) itu memang benar adanya.

Kembali ke situasi Glerisya kali ini yang sudah kembali berseteru dengan para geng.

"Gadis sialan, jadi kamu menipu kami?!" teriak ketuanya tersadar dari tingkah bodohnya yang beberapa waktu lalu ikut terhanyut dengan hal sederhana yang gadis itu lakukan. Kini pasukan penjaga keluarga Shenzhe Yeze sudah mengepung para preman itu.

Pertarungan pun tidak bisa dihindari lagi. Devinde selaku ketuanya segera menghampir Glerisya.

"Mohon maaf tuan putri, karena terlambat, saya siap menerima konsekuensi." Pria itu membungkukkan tubuhnya 90°.

"Sudahlah, aku juga tidak apa-apa lain kali jangan diulangi, antarkan aku ke Bandara." Glerisya kembali masuk ke dalam mobilnya setelah melirik waktu di jam tangannya.

"Baik, Tuan Putri, Yunzi akan mengantarkan anda, karena saya membereskan semua permasalahan ini," jelas Devinde dengan nada hormat, tidak keras ataupun pelan.

"Iya tidak apa, kalau oppa bertanya aku baik-baik saja. Terima kasih, Paman," kata Glerisya sebelum menutup pintu mobil.

Pria yang bernama Yunzi itu segera datang, setelah mendapatkan isyarat perintah dari Devinde dan tanpa banyak kata langsung mengambil alih kemudi. Setelahnya mobil itu kembali melaju membelah jalanan yang cukup lenggang.

Glerisya hanya melirik sekilas tempat di mana Ia di sergap yang kini posisinya sudah berbanding balik, merekalah yang kini menjadi tahanan bawahan keluarga Shenzhe Yeze. Setelahnya gadis itu memejamkan matanya menunggu sampai ke Bandara.

...

"Sudah 'ku duga, ternyata kamu ... "