Tepat pukul 7.00 malam, terlihat Haru yang bersandar dibawa pohon sakura beku yang terdapat pada sebuah taman tertutupi salju, di tengah kota. Ia juga terlihat begitu sibuk memainkan ponselnya dengan ibu jarinya yang begitu cekatan dalam bergerak; menekan huruf per hurufnya pada papan ketik di layar ponselnya; tanpa mempedulikan orang-orang sekitarnya, yang juga ia yakini tidak sedang mempedulikan dirinya saat ini.
Ya! Kehidupan kota yang kejam! Mungkin, jika Haru membeku di tempat ia berdiri, juga tidak akan ada yang mempedulikannya sama sekali!
Huh! Tawanya ditahan. Pemikiran itu dipikirkan oleh kepala bekunya, jadi tidak ada alasan untuk mempercayai perkataan yang tidak sedang dipikirkan oleh akal sehatnya...
Sesaat setelahnya, ia mengangkat kepalanya dan menghela napas panjang; membuang kejenuhan saat sedang menunggu seseorang, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dari jaket tebal yang dikenakannya. Kemudian, perlahan matanya bergerak; menyapu kearah sekumpulan wanita yang berada di dekat sebuah cafe kecil di seberang jalan, tepat di depan ia berdiri dan bersandar malas saat ini.
Matanya yang sayu berkedip lembut dengan pandangan yang terus tertuju kearah sekumpulan wanita yang belum menyadari sepasang mata dari seorang yang tampan seperti Haru, sedang mengamati mereka yang sesekali bergelak tawa itu. Hingga, detik itu juga, salah seorang dari sekumpulan wanita itu menyadarinya dan mulai melirik kearahnya, lalu membuat yang lainnya ikut menyadari dan melakukan hal yang sama.
Mereka tersenyum malu-malu, dengan mata mereka yang sesekali melirik kearah Haru. Namun, seorang Haru yang memang tidak mempunyai maksud tertentu, hanya sekedar membalas senyum dari para wanita itu dan membuat mereka semakin menunjukkan sikap malu-malu.
Haru bahkan tidak tahu apa yang membuat mereka bersikap seperti itu. Yang tadinya menertawakan sesuatu dan sekarang, menjadi bersikap malu-malu seperti itu.
Ia pun kembali menghela napas sembari memalingkan pandangannya; menyembunyikan wajahnya yang memerah samar-samar karena tawa yang sejak tadi ditahannya, dengan hati bergumam pelan: "Mereka pasti sedang membicarakanku saat ini. Bodohnya. Jangan berpikir macam-macam. Aku bahkan tidak tertarik dengan kalian... bahkan tidak dengan salah satu dari kalian--".
Dan tiba-tiba...
Telapak tangan menyentuh pundaknya dan mengejutkannya, lalu segera ia menoleh ke sisi lain tubuhnya. "Ah! Daiki! Kau mengejutkanku bodoh!"
Daiki yang dingin mengernyit bingung, lalu menoleh kearah pandang Haru sebelumnya dan berkata dengan suaranya yang datar: "Oh, begitu. Aku mengerti. Jadi, aku mengejutkanmu dari tingkah 'cari mukamu' itu? Sepertinya, wanita-wanita itu sudah kehilangan kendali karena tingkah cabulmu. Kau memang berengsek".
"Hah? ... huh, bisakah kau berhenti menyebutku sebagai seorang yang cabul? Aku bukan pria seperti itu. Aku pria baik-baik" Kata Haru yang tidak dapat membalas olokan dari Daiki yang begitu menyebalkan dan akan selalu menjadi menyebalkan ketika ia membuat lelucon menyakitkan seperti itu. Lalu, Haru pun menghela napas pelan; berusaha untuk tetap tenang.
"Hah? Apa katamu? Pria baik-baik?" Daiki yang mendengar hal itu pun terbahak seketika, hingga memudarkan kekakuan di wajahnya, lalu lanjut berkata: "Seorang pria baik-baik tidak akan pernah mengakui dirinya sendiri bodoh. Tapi, kau malah mencap dirimu sendiri sebagai seorang 'pria baik-baik'? Heh, jangan bodoh. Itu sama saja kau mengakui dirimu sendiri, bahwa kau memang seorang yang cabul".
Setelah mengatakan hal yang memojokkan Haru, ia pun mulai melangkah mendahuluinya dengan seringai kecil terparas dingin di wajahnya saat ini, seakan puas dengan perkataan sendiri. Sedang Haru yang malang; yang saat ini juga mengikutinya dari belakang sudah merasa semakin geram karena seakan tak berdaya. Sehingga, dorongan hati untuk membela diri sendiri pun menggerakkan tangan kanannya untuk memberi pukulan kecil di kepala seorang yang baru saja mempermainkannya!
"Aw! Apa yang kau lakukan?! Dasar bodoh!" Kata Daiki sembari menyentuh kepalanya dan mengelus-elusnya, dengan langkah kaki yang juga dihentikannya. Ia lalu menoleh kebelakang; menghadap Haru yang juga sedang berhenti di belakangnya.
Haru menatap mata Daiki yang sedang menunjukkan rasa kesalnya, lalu menyipitkan matanya dan berkata dengan lembut, juga berat: "Itu balasan untuk perkataanmu yang menyebutku sebagai seorang yang bodoh... dan ini..." Sebelum melanjutkan perkataannya, tangan kanannya bergerak perlahan untuk menutupi bibir Daiki yang tipis dan juga dingin, lalu mendekatkan wajahnya, dengan bibir yang sudah menyentuh punggung tangannya sendiri di bibir Daiki. Seperti sebuah ciuman kecil, tetapi tidak sampai membuat sentuhan lembut di bibir masing-masing. Kemudian, ia lanjut berkata dengan suara lembut, dan dengan wajahnya yang masih beberapa sentimeter dari wajah Daiki yang kaku: "... Ini untuk perkataanmu yang menyebutku sebagai seorang yang cabul..."
Daiki yang tadinya terpaku sesaat pun segera tersadar dan mendorong Haru agar menjauh selangkah darinya, lalu menatapnya dengan mata sipitnya yang dipaksa melebar karena rasa terkejut!
Namun, Haru tidak keberatan dengan Daiki yang mendorongnya seperti itu dan hanya tersenyum tipis menanggapinya. Ia lalu kembali melangkah maju dan berbisik lembut di telinga Daiki, yang saat ini kembali terpaku: "Jika kau menyebutku sebagai seorang yang cabul lagi, maka aku juga tidak akan menggunakan tanganku lagi".
Daiki terlihat semakin terkejut setelah Haru mengatakan hal itu. Dan Haru yang saat ini sedang berusaha keras agar tidak tertawa pun, akhirnya meledak begitu saja ketika melihat Daiki yang terpaku karena rasa terkejut! Sampai, setitik air mata di sudut matanya hampir menetes sebelum ia mengusapnya. Lalu, sembari menepuk-nepuk punggung Daiki yang terlihat bodoh saat ini, ia berkata: "Hahaha... aku bercanda... aku bercanda. Jangan terlalu serius. Aku tidak akan melakukan hal seperti itu... hahaha".
Mana mungkin?! Dan jika pun ia melakukannya, itu sama saja dengan ia mengakhiri kedekatan mereka!
"Bo-bodoh! Haru kau bo-bodoh! Ini tempat umum bodoh!" Daiki yang sudah sangat kesal, dibuat terbata-bata karena perasaan sendiri.
Akan tetapi, bukannya merasa bersalah, Haru dengan polosnya berkata dan penuh semangat: "Wah! Jadi, aku boleh melakukannya saat kita berada di tempat--".
"Argh! Berhenti! Bukan begitu maksudku bodoh!" Daiki tidak ingin Haru melanjutkan perkataan yang akan membuatnya semakin frustasi, lalu perlahan ia menarik napas walau dengan susah payah dan menatap Haru dengan sinisnya!
Sepertinya, sikap Haru yang memelas, seperti seekor anjing yang lucu sedang menggerak-gerakkan ekornya dengan mata yang berbinar-binar, tidak dapat meluluhkan Daiki yang sudah memerah wajahnya. Ia bahkan semakin membawang dan brutal dengan menendang; menginjak kedua kakinya yang tidak tahu apa-apa sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
"Hahaha. Serius sekali. Aku hanya bercanda mengatakan hal itu" Kata Haru yang saat ini sudah berada di posisi merangkul tubuh Daiki, yang wajahnya juga masih terlihat sekesal seperti sebelumnya.
Daiki tidak berkata apa-apa dan tetap berjalan. Namun, jika ia tidak senang ataupun sedang merasa marah, ia bisa saja menyingkirkan rangkulan Haru dari tubuhnya, memukul wajahnya, dan mendorongnya untuk menjauh. Dan nyatanya, tidak!
Ia tidak melakukan semua hal itu!
Haru bahkan merasa bahwa malam ini mereka 'seperti sepasang kekasih'.
Benar-benar 'seperti sepasang kekasih'! Dan membuat kehangatan di malam yang dingin!
*****