Chereads / Am I Normal? / Chapter 35 - Terakhir Kalinya (1)

Chapter 35 - Terakhir Kalinya (1)

Sekitar pukul 8.00 malam, setelah melewati hari yang cukup melelahkan, Haru berhenti di depan sebuah tempat perbelanjaan kecil di tengah kota. Ia menatap bangunan itu sesaat, lalu memutuskan untuk masuk membeli bahan untuk makan malamnya di tempat tersebut. Akan tetapi, sebelum ia melakukannya, seseorang yang baru saja keluar dari tempat itu membuat wajah lelahnya seketika tersenyum lebar.

"Shino! Hei! Bagaimana kabarmu?!" Seru Haru sembari menghampiri Shino yang membawa sekantong plastik di tangannya.

Setelah mendengar seseorang berseru memanggil namanya, Shino pun segera menoleh dan juga tersenyum ketika melihat Haru yang berjalan menghampiri. "Ah! Youichi! Aku baik! Bagaimana denganmu?"

Haru yang sudah berada di hadapan Shino pun berkata dengan begitu bersemangat: "Aku baik. Hmm, kau tidak sibuk, kan?... Tunggu aku. Hanya sebentar. Aku ingin kedalam untuk membeli bahan makanan".

Shino mengangguk pelan untuk menyetujui. Dan tanpa berlama-lama, Haru pun segera masuk ke dalam tempat perbelanjaan tersebut.

Setelah berada di dalam, ia segera mengambil bahan makanan yang hendak dibelinya dengan begitu terburu-buru tanpa memilah-milah terlebih dahulu.

Terlihat ia begitu bersemangat saat bertemu Shino malam ini dan tak ingin membuatnya menunggu. Tidak biasanya. Ataukah mungkin karena sudah beberapa waktu ini mereka jarang bertemu?

Kemudian, setelah merasa cukup, ia pun menuju kasir untuk membayar tagihannya. Namun, antrian panjang di setiap tempat, membuatnya mendesah kesal karena akan membuatnya lama menunggu giliran. Waktunya hanya akan dihabiskan di tempat pengantrian!

Dibelakang seorang wanita bermantel merah, ia terlihat gelisah, serasa tidak sabar ingin melangkah maju untuk mendahului banyak orang di hadapannya. Dan jika ia bukanlah seorang yang beretika dan tidak mempunyai rasa peduli, mungkin saja, ia sudah melakukannya sejak tadi.

[…] Beberapa saat kemudian, Haru pun pada gilirannya dan segera membayar tagihan, lalu keluar dengan terburu-burunya.

Setibanya diluar, ia berdiri di depan tempat perbelanjaan tersebut, dengan kedua matanya sibuk mencari Shino yang katanya hendak menunggu.

[…] "Youichi, kau sangat lama". Tanya Shino yang bersandar di bawah tiang nama dari sebuah toko yang berada tak jauh dari tempat Haru berdiri, ketika ia melihat Haru yang sudah berada di luar dan terlihat sedang mencarinya.

Sesaat, Haru menghela napas lega karena melihat Shino yang masih betah menunggu, walau perkataannya baru saja sedang mengeluh. Dan sembari menghampiri Shino, ia berkata: "Huh, antrian di dalam sana sangat panjang tadi".

Kemudian, mereka berdua pun segera berjalan beriringan, dengan Haru yang merangkul Shino untuk beberapa saat sebelum Shino menyingkirkan lengan di bahunya begitu kasar, dan membuat Haru menertawakan sikap dingin yang sama sekali tidak cocok bagi seorang Shino yang banyak bicara.

.....

"Hei, Youichi, bagaimana dengan kalian berdua?" Tanya Shino ketika tidak ada yang saling berbicara.

Haru menoleh kearah Shino yang juga sedang menatapnya saat ini. "Maksudmu, Daiki dan juga aku?"

Shino mengangguk untuk membenarkan pertanyaan darinya, lalu mengulang pertanyaan yang sama. Namun, sebelum Haru menjawab, sebuah mobil mewah berhenti dan menarik perhatian mereka berdua.

Perlahan, kaca dari mobil tersebut diturunkan hingga memperlihatkan keseluruhan wajah dari seorang wanita cantik di dalamnya, yang juga tidak terlihat ramah sama sekali, lalu dengan ketus berkata: "Youichi! Kita harus bicara! Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu!"

Haru menghela napas, lalu menghampiri seorang wanita yang tampak enggan keluar dari mobil mewahnya tersebut.

Setelah berada tepat di samping mobil wanita itu, Haru sedikit membungkuk, lalu berkata dengan suara kecil: "Hei, Reina, jika aku sedang bersama temanku, bersikap ramahlah. Jangan tunjukkan sikap manjamu itu. Jangan membuatku malu".

Seketika wajah cantiknya berubah kusut setelah mendengar Haru berbicara seperti itu; seperti sedang menyalahkannya. Ia hendak membalas perkataan itu, tetapi Haru segera kembali berbicara sembari mencubit pipinya yang memang terlihat menggemaskan dengan warna kemerahannya, lalu tersenyum sebegitu manisnya. "Kau benar. Kita memang perlu bicara. Tunggu aku di tempatku". Lalu, ia memberikan sebuah kunci kepada Reina yang sudah kembali cerah wajahnya.

Reina menatapnya sesaat sembari mengambil kunci di tangan Haru, lalu bertanya: "Kau janji? Kau tidak akan lama?"

Haru mengangguk. "Ya. Aku tidak akan lama dan--ah! ini..." Haru memasukkan sekantong plastik yang dibawanya kedalam mobil dengan sikap seenaknya saja. "Aku menitip itu".

Ia kembali menegakkan tubuh dan tersenyum lebar kepada Reina yang menunjukkan raut wajah kecut, karena sekantong plastik yang baru saja dimasukkan kedalam mobilnya tanpa seizinnya. Namun, ia hanya menghela napas berat dan pergi tanpa berkata apa-apa untuk mengeluhkan perasaan tidak terimanya.

Sedang Haru yang masih memaraskan senyum lebarnya pun melambaikan tangan kepada Reina yang sudah melaju, hingga mobil yang dikendarainya menghilang dari pandangannya. Kemudian, ia kembali menghampiri Shino yang sesaat terpaku dengan kening berkerut.

"Hei, Youichi? Ada apa denganmu? Kau aneh". Pandangan Shino seperti seorang yang sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Haru mengernyit bingung sebelum ia menertawakan pertanyaan Shino beberapa saat. Kemudian, ia menghela napas untuk meredakan tawanya agar tidak berkepanjangan, lalu berkata: "Shino, kau yang aneh dengan menanyakan hal itu". Ia lalu melanjutkan langkahnya, dengan Shino dibelakangnya.

"Aku serius. Seperti ada yang berbeda denganmu... maksudku... tadi, saat kau berbicara dengan Reina. Tidak biasanya. Biasanya, kau lebih... hmm..." Kata Shino yang terus menatap Haru disampingnya, tetapi tidak melanjutkan perkataan yang tidak dapat ia jelaskan.

Haru berhenti, lalu mendesah pelan. "Aku mengerti". Ia kemudian menatap Shino seraya tersenyum. "Aku akan mengakhiri hubunganku dengannya".

Shino yang tadinya dengan raut wajah penuh rasa ingin tahu pun seketika menjadi terkejut, dan segera merangkul Haru untuk membawanya ke tempat yang lebih sepi.

"Apa kau serius?!" Bisik Shino seperti ingin berteriak, tetapi dengan suara yang ditahan.

Haru menyingkirkan tangan Shino, lalu berkata: "Apa aku terlihat seperti sedang bercanda saat ini?... Aku serius. Ini juga akan menjadi terakhir kalinya..."

"Terakhir kalinya...? Maksudmu?" Shino menatap Haru sesaat dengan perasaan tidak percaya sebelum berkata: "Sudah kuduga. Ada yang terjadi diantara kalian berdua".

"Huh... tadinya, aku ingin membicarakan banyak hal denganmu. Tapi, Reina datang dan sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan kami". Haru menepuk-nepuk pundak Shino dengan senyum percaya diri, lalu lanjut berkata: "Aku harus pergi. Doakan aku! Aku akan mengabarimu setelah aku melakukannya"

Setelah mengatakan hal itu, Haru pun segera pergi dengan langkah yang dipercepat, karena rasa tak sabar untuk mengakhiri hubungan yang selama ini hanya mempermainkan wanita itu dan untuk mengakhiri sandiwaranya selama ini.

malam ini akan menjadi yang terakhir kalinya... dan Reina datang pada waktu yang tepat!

*****