Untuk tiba di malaka, aisyah harus menempuh jarak yang cukup jauh dan tentu ia harus tahu arah.
Oleh karena itu Ia coba memahami peta yang terbentang tak jauh dari kemudi, namun semua di luar nalar milik nya.
Jujur aisyah mulai kebingungan, ia tidak mengira jika berpergian dengan kapal akan serumit ini. Berkali-kali ia mencoba memahami peta itu namun tetap tak mengerti.
Namun satu hal yang ia mengerti, arah malaka ada di selatan, ia mengarah kan kapal itu ke arah tersebut berharap ia akan sampai ketempat tujuan. Namun laut bukan lah tempat nyaman untuk berpergian, hujan beserta badai datang menerpa dengan ganas. Kapal bergoncang hebat membuat suasana semakin teruk tak terkendali.
Aisyah mencoba segala hal untuk membuat kapal tetap seimbang di dalam badai. Namun ia hanyalah seorang perempuan tanpa awak kapal.
bagian-bagian kapal mulai terlepas di hantam ombak, menyadari hal itu ia penik bukan kepalang.
tak tahu apa yang harus ia lakukan, hingga ia berakhir bersembunyi di kabin kapal.
Suara ombak yang menderu semakin membuat teruk suasana. Aisyah hanya bisa diam memegut lutut karena takut. Tak lama kemudian kapal terasa miring, air sudah mulai masuk membanjiri kapal tak terkecuali kabin tempat aisyah berada.
Ia kemudian Naik ke atas meja yang tak jauh dari nya untuk menghindari air namun itu hanya sementara, air semakin deras membanjiri dan aisyah tak bisa apa-apa.
selang beberapa menit air sudah sampai ke leher aisyah. Aisyah sudah mulai sesak dan akhir nya kamar mulai tenggelam dengan aisyah di dalam nya.
Di dalam air ia mencoba mencari jalan keluar, ia berenang ke arah pintu kabin menendang pintu itu sekuat tenaga dan bersyukur pintu itu dapat ter buka. Aisyah berhasil keluar, ia menarik napas panjang namun ganas nya ombak mengombang ambingkan tubuh nya.
Aisyah melihat kapal nya tenggelam dan menyisah kan puing-puing kayu yang patah di hantam ombak.
Aisyah berusaha menggapai kayu tak jauh dari nya, berjuang melawan ombak yang menghanyutkan. Bersusah payah akhirnya ia mampu menggapai kayu itu.
badai terus berlangsung, entah kapan ia akan berhenti, yang pasti aisyah tetap memeluk kayu itu sekuat tenaga.
Ia terombang ambing enta kemana, hanya doa yang dapat ia ucap kan di dalam hati.