Chereads / Milena Si Peri Nakal [ Fairy Series ] - KEMBALI HIATUS! MOHON MAAF! / Chapter 56 - Keinginan Milena, Cermin Kejujuran, Dan Kalung Zamrud (3)

Chapter 56 - Keinginan Milena, Cermin Kejujuran, Dan Kalung Zamrud (3)

Tangannya terjulur menyentuh permukaan liontin itu. Sensasi aneh menghantam dirinya, seolah-olah ia terkena sengatan listrik bertegangan kecil. Milena sedikit terkejut, namun ia terkekeh senang. Ada perasaan aneh yang ia rasakan terhadap kalung itu. Seolah-olah dirinya menjadi orang lain, segala amarah yang ia rasakan semenjak menjadi harapan oleh banyak peri tolol, kini seolah-olah lenyap entah kemana. Ia bagaikan Milena yang dulu. Milena yang menghabiskan hari-harinya di perpustakaan kerajaan dan berkeliling istana membantu siapapun yang membutuhkan bantuan. Ya! Itu adalah Milena yang dulu! Sebelum dirinya diberitahu mengenai tugas dan tanggung jawab yang dirasanya mustahil bagi anak kecil berumur 9 tahun. Segala harapan tak masuk akal dibebankan padanya. Hal itulah yang membuatnya memberontak. Ia bukan boneka kerajaan. Ia memiliki hak atas hidupnya. Ia pun tak memilih untuk terlahir sebagai keturunan peri legendaris dengan segala tetek bengek harapan yang disampirkan padanya. Semua itu membuatnya merasa hampir gila!

Tanpa disadarinya, air matanya menetes.

Semua ini tak akan terjadi jika ia lahir sebagai peri pekerja biasa. Milena mulai menangis sesenggukan. Saat ini, ia merasa bukan dirinya. Meratapi nasib dan menangis sendirian saat ajal tengah menjemputnya. Ia ingin semua kembali seperti dulu, kembali pada masa-masa mengenal kebahagiaan, bukannya amarah dan dendam yang selalu bertalu-talu di hatinya. Peri cantik itu ingin menjadi peri biasa. Jika memungkinkan, ingin menjadi manusia saja, tak ada dunia peri, tak ada penyihir, tak ada hal yang menyusahkan seperti penduduk peri di desanya. Milena memeluk kalung tersebut, air matanya membasahi liontin zamrud. Dan sekali lagi, kalung itu bersinar, kali ini hanya sekejap mata. Akan tetapi, Milena tak memperhatikannya, ia sibuk menangis meratapi nasibnya dengan mata tertutup.

***

Setelah lelah menangis cukup lama. Milena memutuskan akan mengambil kalung itu. Satu-satunya benda yang membuatnya merasa damai setelah sekian lama. Entah kekuatan apa yang dimiliki kalung itu, yang jelas itu bukan kekuatan kegelapan. Milena bisa merasakan hal itu. Ia meraih kalung itu dan memasukkannya ke dalam ransel. Cukup berat. Namun, pil yang dikonsumsinya tadi membuatnya cukup mengangkat benda tiga kali dari berat tubuhnya.

"Aku akan membuatmu menyesal memperlakukanku semena-mena, Katrina!" ucap Milena dengan amarah tertahan.

Ia melirik buku mantra yang ada di sampingnya, mungkin tak harus membakar buku beserta ruangan itu. Milena memiliki ide yang lebih menarik. Ia membuka buku alkemis tadi, dan merobek halaman yang tertera gambar pentagram. Katrina akan kesulitan merapal mantra tanpa pentagram yang benar. Ia terkikik memikirkan hal itu, dilipatnya lembaran itu sekecil mungkin dan mendesaknya masuk ke dalam ransel dan buru-buru memakainya. Sebelum memikirkan pelariannya, sebaiknya ia memastikan mengambil benda-benda yang membuat penyihir sialan itu kelimpungan. Milena menutup kembali buku alkemis itu. Setidaknya itu akan membuatnya memperlambat kecurigaan Katrina. Ia berbalik melihat kotak kalung yang terbuka di sampingnya. Wajah Milena memucat. Hampir saja ia melakukan kesalahan. Ia memperbaiki semua benda sesuai posisinya semula. Tapi, tunggu, bagaimana dengan buku alkemis yang tertutup? Katrina bisa mencurigai sesuatu, pikirnya waspada.

"Sial! Ide datanglah!" umpatnya kesal. Ia menarik rambutnya, nyaris putus asa. Saat kepalanya mendongak, ia melihat jajaran buku mantra lain di atas meja sebelumnya. Mungkin saja ada buku yang memiliki gambar pentagram yang bisa membuat si penyihir itu terkecoh sesaat. Milena tersenyum licik. Berpikir bahwa ia memiliki ide jenius.