Chapter 62 - Halloween & Perlawanan (2)

Malam semakin larut menuju tengah malam. Ketidakhadiran Katrina yang hampir seharian itu membuat Milena memiliki waktu cukup untuk beristirahat dan berpikir. Ia telah menyiapkan kejutan istimewa untuk penyihir cantik tapi mengerikan itu. Ia menyembunyikan cermin itu di antara dua menara tumpukan buku mantra, berpura-pura tengah tertidur sembari menunggu kepulangannya.

DING

DONG

DING

DONG

Milena terperanjat kaget. Suara jam hias bergaung memenuhi nyaris seluruh ruangan. Jam itu berdentang sebelas kali lalu suasana hening menerkam. Ia menelan ludah gugup. Ia tak mendengar bunyi apa-apa kemarin. Kenapa sekarang ada bunyi seperti itu? Beberapa menit kemudian, dari atas terdengar suara gedebuk berat dan benda jatuh.

KATRINA!

Milena berusaha bersikap seperti sedia kala. Berusaha agar tak menampakkan tindakan yang mencurigakan. Ia berpura-pura berbaring lemah di samping buku P3K miliknya yang terbuka. Suara derap kaki terdengar menuruni tangga; langkah yang ringan tapi berat, diiringi dengan sebuah hentakan, mungkin tongkat sihirnya.

"Well, well, well... "katanya dengan senyum licik di wajahnya, mata Katrina terlihat berkilat. "Lihat siapa yang ada di sini?" Katrina kini berganti pakaian. Bajunya terlihat indah mematikan; Sebuah gaun semata kaki dengan dalaman merah gelap dan luaran berupa kain transparan berjaring motif laba-laba menutupi seluruh badan (berjumbai di bagian bawah dan tangannya), hanya saja di bagian lengan ada semacam tali pengikat antara bagian siku dan lengannya, serta sebuah korset hitam melekat di dadanya yang berfungsi sebagai vest. Ia memakai tudung merah beludru yang menyapu lantai. "Trick or treat!" lanjutnya dengan nada nakal dibuat-buat.

Milena merasa mual mendengarnya!

"Huh! Kupikir kau tak akan kembali setelah melanggar perjanjian kita." Milena berusaha mengulur waktu dan mencari akal agar dia bisa menjalankan rencananya.

"Ckckck!" Katrina menggoyangkan telunjuk kanannya di udara. "Itu tak akan terjadi, karena malam ini..." dia terdiam sesaat, tersenyum mengerikan, "akan menjadi malam terakhirmu. Luar biasa!" Katanya dengan suara tawa membahana.

Si peri cantik menelan ludah gugup.

Malam ini adalah batasnya! Ia tak mempermasalahkan hal itu. Karena saat ini, ia sudah siap kapanpun penyihir itu melancarkan aksinya. Penyihir cerewet itu terlalu banyak omong! Katrina perlu mendekat padanya agar ia bisa menjalankan rencananya!

"Kau tahu? Aku habis belanja seharian untuk malam istimewa ini." Ia memutar-mutar tubuhnya, memamerkan pakaian barunya. "Aku membelinya secara tunai! Para manusia berebutan menginginkannya di saat-saat terakhir! Aku sungguh beruntung!" tambahnya dengan nada pongah.

Aku harus memancingnya! Batin Milena.

"Kau membelinya? Kenapa tak menyulapnya saja dari tongkat sihirmu? Atau merebutnya secara paksa sama seperti kau melakukan hal mengerikan padaku?" sindir Milena.

Katrina terdiam, matanya menyipit ke arah Milena. Ia berjalan cepat sambil berteriak marah, "peri kecil sepertimu tau apa soal sihir? Sihir bisa melakukan apa pun! Tapi pengorbanan untuk acara istimewa membutuhkan lebih dari sekedar sihir! Usaha! Usaha! Dan tak semua hal memerlukan sihir! Kau tahu? Nilai kepuasan seorang insani?" nada suaranya meninggi kemudian perlahan menurun diiringi nada setengah jijik.