"Assalamu'alaikum ma Lisa pulang" sambil memasuki rumah.
Aku kaget di rumah sedang ramai sekali, "ada acara apa sihh kok rumahnya ramai sekali" tanyaku bingung sambil melamun.
"permisi mbak" sapa seorang pekerja di rumah ku.
"mas2, ada acara apa yaa di rumah saya kok rame2 gini, mas nya ngapain ngendekor rumah saya" tanya ku bingung menghampiri salah satu pekerja yg sibuk mendekorasi rumahku.
"ehh iyaa mbak anaknya pemilik rumah ini mau tunangan" jawab pekerja itu padaku.
"ohh makasih mas yaa maaf saya ganggu tadi" kataku sambil memcari mama karena dari tadi tidak keliatan.
"apa kakak yg mau tunangan yaa, tapi kan kakak belum mengenalkan kak Indah sama mama papa" gumam ku bingung.
"sayang kamu udah pulang" sapa mama tiba2 di belakang ku.
"Assalamu'alaikum ma" sambil menyium telapak tangan mama.
"waalaikumsalam sayang" jawab mama sambil mengecup pipiku.
"ma ada apa kok rame2 gini, kak Dimas mau tunangan yaa ma" tanyaku bingung pada mama.
"loohh kok kakak sihh dek, kamu yg mau tunangan kok bawa2 kakak sihh" jawab kak Dimas yg langsung membuatku kaget tidak percaya.
"looh mama apa benar yg dikatakan kakak, mama kok gak ngomong2 sama Lisa sihh ma" kataku kesal pada mereka berdua.
"sayang sekarang kan kamu sudah tau, besok acara tunangan kamu sama Revan, mama harap kamu ngerti sayang" ujar mama.
Tak lama kemudian, aku langsung menuju ke kamar ku membaringkan diri ke kasur, hari ini sangat lelah. Pulang2 langsung di sambut dengan hal mengejutkan ku.
"ahhh kenapa tidak ada satupun yg berpihak padaku, apa aku harus menikah dengan Revan, apa ini yaa jalan hidupku, dosa apa bisa sesial ini Ya Allah" teriakku tak sadar meneteskan air mata.
Keesokan harinya.
"ma, keluarga Om Miswar udah mau nyampe, Lisa udah siap belum ma" tanya kak Dimas pada mama.
"kamu ngurusin tamunya dulu yaa sayang, mama ke kamarnya Lisa liatin dia udah siap apa belum" kata mama sambil menepuk bahu kakak.
"baik mama" ujar kak Dimas sambil berjalan ke arah ruang tamu.
Di kamar aku sedang di dandani oleh perias kenalan mamaku, hanya aku yg tidak tau apa2, tiba2 saja aku tunangan dengan Revan. Orang yg paling ku benci "oohh Tuhan mengapa kau hadirkan dia untukku, apa salahku" hati terus menerus menggerutu kesal dan sedih. Tiba2 aku tersadar dari lamunanku karena mama menepuk bahu ku seraya memanggiku dari tadi.
"Lisa nak, apa kamu baik2 saja, kamu sudah makan kan nak, sebentar lagi keluarga Revan akan sampai, mama harap kamu siap yaa nak, mama sangat menyayangi kamu, mama sudah mengenal Revan dengan baik jadi tidak mungkin mama menjodohkan mu dengan orang yg salah sayang" kata mama menatap wajah sedihku.
Mendengar mama berbicara seperti itu, air mata ku pun menetes dengan sendirinya.
"maafin Lisa ma, dari kecil sampe sekarang Lisa selalu merepotkan mama, bahkan Lisa belum bisa jadi anak yg baik buat mama papa" kataku sambil memeluk mama erat.
"iyaa sayang mama ngerti, kamu gak pernah merepotkan mama, maafkan mama yg sudah memaksa mu utk tunangan dengan Revan yaa nak, mama sangat menyayangimu sayang" ujar mama sambil mencium2 pipi ku, mama pun juga ikut meneteskan air mata nya.
"udahh dong jangan nangis2 gitu nanti anak papa yg cantik ini jadi jelek lagii, dandannya nanti hilang lohh kasian mbaknya capek dandanin kamu terus" ujar papa tiba2 menghampiri kami berdua.
"Lisa sayang mama papa, Lisa gak mau pisah sama mama papa" kataku sambil memeluk mereka berdua.
"pa, ma rombongan nya Om Miswar sudah sampe" kata kakak pada mama papa.
"Dimas ikutan juga dong masa yg di peluk Lisa aja" kata kak Dimas sambil memeluk kami bertiga.
Saat itu adalah hal yang paling terindah yg ku rasakan. Aku berharap bisa terus seperti ini, tapi bagaimana pun aku harus melanjutkan tunangan ku dengan Revan karena aku tidak ingin menyakiti hati orang tuaku. Mau tidak mau aku harus menerima nya.
nantikan kelanjutannya yaa, insya Allah akan up besok