Selisih kekuatan antara Carlos dan Electrix terlalu besar. Sejak kegagalan Carlos menumbangkannya dalam percoban pertama, dewi kemenangan seketika berpihak pada Electrix.
Acap kali lawan yang Electrix hadapi adalah breaker yang lemah, kriminal paling kuat yang pernah ia jumpai hanyalah Yutani. Namun, perempuan itu memiliki perhitungan yang baik akan kekuatan sehingga bila bertemu Electrix, mereka bermain kejar-kejaran belaka. Meski Electrix selalu dipecundangi, dia tidak kenal kata mundur bila menyangkut uang. Itu adalah insting bertahan hidup.
Carlos sudah tidak berdaya, nafasnya ngos-ngosan. Kulitnya yang sekokoh batu memudar kembali menjadi kulit seorang yang tirus. Dari matanya terlihat kalau tekadnya belumlah padam, meski ia harus terhuyung-huyung hanya untuk bangkit dan melawan balik.
Carlos tak kuasa menahan rasa sakit, lututnya menekuk tak kuat menahan tubuhnya sendiri.
Dia yang sebelumnya selalu memandang lemah orang lain, dia yang selalu memaksa orang lain yang tidak berdaya. Carlos tahu, memiliki mata mencarian beralaskan menebar ketakutan adalah kedurjanaan.
Dia memberi sesuatu yang buruk bagi putrinya , dan itu sekarang telah mendarah daging.
"Sial," dia memukul-mukul permukaan berkali-kali. Carlos masih bersikukuh untuk bangkit.
Seringkali di suatu kisah mengajarkan bahwa pantang menyerah adalah sesuatu yang baik, dan harus tertanam dalam diri. Kehidupan tidaklah begitu, sewaktu-waktu ada kondisi di mana memaksa tiap manusia harus menyerah, merelakan serta menerima dengan lapang dada. Kisah-kisah sendiri lebih mengandung makna ketimbang realitas dari kehidupan.
"Kau orang yang keras kepala," ujar Electrix.
Carlos membentak, "Kau tidak tahu apa-apa."
"Semua orang yang mengganggap diri mereka pantang menyerah hanyalah orang pandir yang kepalanya lebih keras dari batu." Electrix berjalan mendekati Carlos, kemudian dahinya yang sempit ia cengkram kuat-kuat. "Dengarkan baik-baik, tebuslah kejahatanmu. Tinggalah dengan damai di penjara. Jadi jangan protes."
Preman itu balas menatap Electrix tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Apa yang membuat Carlos bersikeras, itu yang Electrix pikirkan. Selama ini dirinya beranggapan Carlos adalah si pecundang yang akan menyerah dihadapan orang yang lebih kuat darinya. Carlos tahu betapa kuatnya Ben, yang bisa kapan saja menyambanginya atau kalau mau menindas bedebah seperti Carlos saat itu juga. Tapi tetap saja preman itu bersikap sok kuasa pada orang-orang.
Electrix berhenti mencengkram kepalanya, agak kurang sopan kalau dia memperlakukan orang yang lebih tua seperti itu.
Carlos tertegun agak lama, Electrix jadi ingin tahu apa yang ada di pikirannya.
Carlos pun berkata, "Untuk sekarang aku tidak bisa."
Bicaranya mendadak lirih. Electrix tidak bisa menerka apa yang dia maksud, (apakah Carlos ingin pensiun menjadi preman? kalau Carlos memang berniat berhenti mengusik kententraman orang lain, tidak ada salahnya aku mengapresiasi suatu saat nanti.)
BLAR, sekonyong-konyong suara kaca yang pecah terdengar. Asalnya dari ujung atas ruangan. Suaranya seperti ada yang jatuh dari atas, karena setelah bunyi kaca pecah tersebut diikuti oleh bunyi benda yang terbanting-banting. Di area kosong jikalau ada sebuah benda jatuh mendadak dari langit itu tidaklah masuk akal. Hal yang pertama terbenak di kepala Electrix tak lain adalah perbuatan ketiga bawahan Carlos yang nampak dungu.
Electrix sedang teralihkan, Carlos menjamin itu tanpa keraguan. Dia ingin menggunakan celah itu untuk kabur. Selagi Electrix memandang ke ujung ruangan, kulit-kulitnya kembali mengkelabu. Kekuatan serta kecepatan Carlos telah pulih, tapi itu tidak akan semaksimal sebelumnya mengingat rasa sakit di tiap otot akibat serangan petir Electrix tidak kunjung hilang.
Segera Carlos memberanikan diri, mengepalkan tangan meski terasa sakit yang bukan main. Tangannya itu dijotoskan tepat ke bagian perut Electrix dengan daya yang sanggup menghancurkan tembok.
"Mampus kau bodoh," teriak Carlos seraya melayangkan pukulan.
Pukulan Carlos sukses mendarat di perut Electrix. Demi tidak tertangkap oleh polisi, dia akan melakukan apa saja. Walaupun harus membunuh seseorang, sesuatu yang tidak boleh manusia lakukan, termasuk dirinya.
Selama melakukan perbuatan tercela, Carlos tidak pernah membunuh. Karena kalau dia melakukannya, dia tidak akan pernah sanggup menampakan diri di depan anak serta istrinya. Orang mungkin akan memaafkan kalau dia hanya sering memalak mereka, orang pasti akan melupakannya bila cuma membentak serta menakuti mereka. Tapi kalau sudah membunuh, sampai kapan pun manusia itu akan ditakuti, bahkan oleh orang terdekat mereka sendiri.
CARLOS MENGHANCURKAN BATAS YANG DIA BUAT.
Electrix tidak bereaksi ketika menerima serangan. Biarpun dia lebih kuat dari Carlos, tidak ada yang menjamin dia tidak bisa dilukai.
Carlos telah merenggut nyawa seseorang, itu yang dirinya pikirkan. (Tidak, aku tidak merasakannya.) Carlos tak yakin pada akhirnya. Kedua matanya kering karena tidak mengedip sama sekali, (Electrix dia terlalu kuat.)
"Menyedihkan," gumam Electrix pelan.
Percikan-percikan petir bermunculan di sekujur tubuh Electrix, merambat ke seluruh tubuh Carlos melalui tangannya. Membuat badan preman itu bergetar terguncang-guncang.
"Aakkkkkkkkkhhhhhhhh," Carlos melolong-lolong.
Tegangan itu setara 100.000 volt, Electrix tidak berpikir Carlos akan terbunuh. Dia masihlah dalam kasta kekuatan yang tinggi. Lagi pula, tidak pernah ada perintah untuk membunuh daftar orang yang dicari. Mereka akan ditangkap terlebih dahulu, kemudian dibawa ke pengadilan untuk diadili. Sekalipun para buronan memang hendak di hukum mati, tidak terbetik di kepala Electrix untuk main hakim sendiri. Biarlah lembaga yang berwenang memutuskan. Prioritas utama tetaplah hadiah yang ditawarkan.
Kondisi Carlos selepas terkena tegangan tinggi seperti daging yang terpanggang, tubuhnya penuh kepulan asap. Kemampuannya yang aneh itu memiliki pertahanan dan serangan yang kuat, seringkali itu menyelamatkannya.
Kemudian, Electrix melayangkan tendangan tepat di kepalanya. Hantaman kakinya keras, menyeret Carlos beberapa meter sampai ujung.
(Seharusnya dia tak sadarkan diri sekarang.)
Seperti yang diperkirakan, Electrix akan mendapat 1000 gil. Malam itu terasa membahagiakan baginya, setelah sebulan tidak mendapat buruan, rezeki itu telah datang. Hidup sendirian memang penuh perjuangan, semuanya harus serba mandiri. Uang, makan, pakaian dan serba-serbi lainnya adalah resiko bagi seseorang yang terbakar hasrat akan sebuah kebebasan dalam hidup.
Electrix berjalan menuju Carlos yang terbaring. Dia mirip sekali dengan onggokan mayat yang ditemui sewaktu menyusuri jalan menuju distrik 4.
Waktu Electrix memperhatikan sekitar, dia tersentak. Di dekat tumpukan box kardus, ada seorang perempuan yang kondisinya tidaklah baik, dia duduk terluka, tangannya nampak tersayat-sayat dan mulutnya terdapat bekas darah yang telah mengering. Dia adalah perempuan yang coba ditangkapnya berkali-kali, dia adalah Yutani.
Electrix menyapanya, "Oh ternyata wanita 5000 Gil ya."
Yutani membalas, "Siapa lagi ini?"
"Sulit dipercaya, ada orang yang bisa menghajarmu rupanya. Siapa pula itu?" Electrix bertanya lirih tanpa ingin menunjukan keterkejutan.
Namun, Yutani seperti hilang semangat. Biasanya dia akan tersenyum mengejek bila bertemu, seakan-akan percaya kalau Electrix takan pernah berhasil kalau memburunya. Kini kepercayaan diri itu terlipur, dia telah melalui pertarungan hidup dan mati. Bahkan tanpa pikir panjang Yutani langsung mengangkat tangan.
"T-tidakah ini terlalu cepat Yutani?" tiap bagian tubuh Electrix bergetar tak karuan. Dia merasa gila, dalam dirinya bertanya-tanya akhlak macam apa yang telah diperbuatnya hingga ketimban emas seketika.
Kepalanya bergerak sendiri, tak henti-henti menoleh ke arah Carlos dan Yutani. "Wow, apa-apaan ini?" kemudian dia berjengit-jengit sambil memegang dagu. "5000 dan 1000 jadi 6000 Gil."
"Kau menggapku seolah barang jualan saja, manusia macam apa kau ini?" Yutani berkata tak senang. Dia melanjutkan, "Electrix!"
"Apa?" Jawabnya.
"Mari buat kesepakatan!"
Electrix telah dua kali gagal menangkapnya, Yutani selalu berhasil kabur. Sekarang dia mengajak untuk membuat kesepakatan. Orang macam apa yang sudi menginjak lubang untuk ketiga kalinya.
Percikan-percikan listrik muncul dari tangan Electrix, tanpa rasa sungkan bibir yutani yang kemerahan itu dia bungkam dengan cengkramaman yang kuat seraya berkata,
"Dengar, hari ini kau milikku."
Mata Yutani terbuka sangat lebar dan tatapannya tertahan tepat di depan wajah Electrix yang terbungkus topeng. Itu adalah reaksi yang berlebihan. Lantas Electrix berdiri kembali kemudian bergumam ria, "Aku senang pekerjaanku jadi lebih mudah, mendapat dua bounty sekaligus. Ah sial, nikmat mana lagi yang hendak aku dustakan."
Mendengar penyataan barusan, kedua alis Yutani sontak menajam. Matanya menyorot serius, ia berujar, "Dengar baik-baik, aku lebih setuju ditangkap oleh dirimu daripada seorang maniak. Orang tu masih akan mengejarku, dan kau tidak akan mendapatkan hasil apapun bila itu terjadi."
Apa yang Yutani lontarkan terdengar omong kosong bagi Electrix. Dirinya butuh uang, untuk hidup. Tapi, Electrix tidaklah culas, tak masalah kalau harus berbagi toh yang mengalahkan Yutani bukanlah dirinya. Peran yang dia jalani sebatas menahan perempuan itu supaya tidak kabur.
Agar menghemat waktu, Electrix melakukan sesuatu yang lain. Kali ini dia yakin sekali Yutani tidak bisa kabur.
Dia mengikat Carlos dengan sebuah kawat khusus di bagian perut dan tangan. Kawat itu mengalirkan kekuatan listrik, dan bila sewaktu-waktu Carlos berniat melepaskannya. Kawat itu akan menyengat dia sampai pingsan.
"Siapa dia? Penjahat kelas rendahan lagi," tanya Yutani.
"Kau jangan melihat dari penampilannya, ia memiliki level yang sama denganmu."
"Kalau dia kuat, seharusnya dia ada dalam dataku."
"Dia cuma preman yang senang memalak. Bahkan aku dengar ia mencoba memalak seorang pendeta Dominus."
Saat membicarakan Carlos, Electrix jadi teringat sebenarnya ke mana tiga orang kaki tangannya. Seharusnya mereka mengejar dan menyelamatkan tuannya. Sejauh ini semua orang tahu kalau Carlos adalah breaker terkuat di Dulche, mereka pastilah takut dengan kedigdayaan Carlos . Dengan anggapan demikian mereka setidaknya optimis kalau Carlos tidak akan tertangkap.(Mereka berkhianat?)
Ketika Electrix berbincang dengan perempuan itu, tak jauh dari lorong samping kanan terdengar suatu derap. Yang semakin lama semakin terngiang jelas di telinga mereka. Bunyi yang terdengar seperti kaki yang dialasi dengan permukaan yang keras, Electrix dan Yutani cuma bisa melongo. Terutama perempuan yang nilainya setara sebuah motor sport kelas bawah, yah setidaknya itu yang Electrix terka. Kedua alisnya yang seperti permen gula kapas saling menyudut berdekatan. Dia tentu saja menduga bahwa itu pastilah orang yang membuat Yutani bonyok.
Dan orang itu muncul si Algojo Tuhan, mengenakan kain hitam yang elastis dan dilapisi sesuatu yang kokoh mengkilap. Suatu kostum yang unik, menurut kesan Electrix Algojo Tuhan seperti kesatria suci di sebuah dunia fantasi. Untuk beberapa alasan itu membuatnya bersemangat, tapi Algojo Tuhan tidak akan tahu betapa gandrungnya Electrix. Itu membuatnya ingin kenal siapa di balik zirah tersebut. Tapi di kedua tangan orang itu Electrix melihat suatu warna kemerahan seperti bekas suatu cairan,
(Apa yang sebelumnya dia perbuat sebelum tiba di sini?)