Banyak hal yang ingin Jie diskusikan dengan Yutani, sayangnya dia pergi tergesa-gesa, itu tidaklah biasa. Jie tahu betul Yutani ingin melakukan sesuatu mengenai status dia sebagai orang yang dicari, itu alasan paling koheren dia menetap di Dulche. Bila dicermati baik-baik, laporan Yutani memang berasal dari kepolisian lokal.
Jie adalah perempuan penggemar gosip-gosip gelap, internet adalah karibnya. Tetapi gadis bartender itu tetap belum menemukan apa sebenarnya yang dikerjakan Yutani. Sejauh wawasannya, Yutani hanya seorang anggota organisasi tertentu, sebuah kelompok yang terdiri dari para breaker. Jie berpendapat kalau itu adalah kelompok yang haus kekuatan, tidak lebih tidak kurang. Saat sebuah grup terbentuk, suatu gesekan akan selalu terjadi.
Pintu masuk berderit pelan menandakan seorang tamu masuk. Dia bukanlah seorang karyawan yang mampir usai lelah bekerja. Setelannya tidak biasa, topeng bermoncong yang memiliki lensa bulat merah di sekitar mata membungkus kepalanya, badannya diselimuti jaket coklat gelap, celana yang dipenuhi saku serta sepasang sepatu boot. Dia adalah Bounty Hunter yang sering disebut Electrix.
Jie menelan ludah, pikirannya harap-harap cemas, (Oh Tuhan, semoga tamuku ini bukan seorang maniak yang gemar mengahajar orang.) Tuhan adalah tempat bernaung terbaik ketika seseorang di ambang ketidakpastian. Walaupun Jie seringkali tidak yakin adakah suatu kekuatan kosmik maha dahsyat di luar sana yang mendengarnya.
"Apakah seseorang bernama Carlos tadi ada di sini?" Tanya Electrix.
Jie menyahut gugup, "Y-ya, dia barusan minggat terburu-buru." Jie merasa lega setelah tahu apa yang Electrix cari, sosok yang ada dihadapannya itu tidak lain merupakan seorang Bounty Hunter.
Sehabis Jie menjawab, sebuah kilatan cahaya memancar sekejap bagaikan lampu flash kamera. Ketika itu sosok Electrix lenyap dari mata Jie beserta tamu yang duduk di depan counter. Breaker bukanlah sesuatu yang baru tapi tetap saja momen tersebut sering membuat manusia biasa terpana.
Carlos orang ternama di distrik 3, pastilah ada yang menyokongnya dengan sebuah informasi. Electrix menduga kalau Carlos tahu akan kedatangannya.
Setelah keluar dari gang, Electrix melihat Carlos berjalan dengan langkah cepat. Dia segera mengikuti di belakang saat Carlos menyusuri jalan yang dipenuhi sekelompok pemuda, mereka beringsut-ingsut memberi jalan. Lalu si preman belok ke kanan menjauhi jalan dan menyusuri jalan itu sampai tiba di perumahan. Karena menjauhi dari keramaian itu menimbulkan masalah bagi Electrix, dia memang berjalan cepat tetapi bila Carlos sadar hendak disergap itu akan membuat situasi semakin menyulitkan.
Setelah menyebrangi beberapa perumahan, Carlos seolah membawa Electrix melewati jalan gelap yang simpang siur, berlika-liku dengan tempat seperti didiami orang pesakitan, kulitnya pucat, matanya dikelilingi kantung yang menghitam seperti hewan panda. Makin ke dalam, tempat itu semakin kumuh, Electrix terengah-engah ketika mengejar Carlos, meskipun hidungnya berada di balik topeng, aroma tak sedap dari onggokan mayat seolah menusuk hidungnya, terkadang apa yang dilihat bisa mempengaruhi semua indra manusia. Electrix cepat-cepat fokus kembali kepada Carlos, tapi sosoknya sekarang tak nampak. Electrix kehilangan jejak.
Electrix berlari sampai di perempatan jalan, dia tidak memiliki pentunjuk jalan mana yang Carlos lalui. Sekarang dirinya berada di tempat yang berlalu lalang orang.
Carlos ternyata berhati-hati, dia sadar kalau seorang bounty hunter berani memburu orang seperti dirinya bukanlah breaker biasa. Electrix memutuskan untuk melompat dari permukaan ke sebuah atap bagunan, (Carlos pastilah belum terlalu jauh.)
Usahanya tidaklah sia-sia, dari kejauhan seorang pria dengan rambut rancung seperti jengger ayam berbelok masuk ke gang kecil. Sebuah gang diantara himpitan bangunan yang mengarah ke area kosong di distrik 4. (Tidak mungkin kalau Carlos hendak menyergapku di sana bukan. Itu adalah tindakan bunuh diri.) Electrix girang membayangkannya, karena kalau Carlos hendak melawan, itu adalah suatu kemungkinan yang paling dia nantikan. Mengejar seseorang adalah salah satu hal yang teramat menjengkelkan, dengan kepastian hasil yang sukar diprediksi. Jika Carlos melawan, dia cuma perlu melumpuhkannya saja, dan pekerjaan beres.
Electrix akhirnya tiba di area kosong distrik 4, di depan suatu bangunan berbentuk kotak, bagian depannya berupa dinding kaca yang sudah bolong-bolong, mirip suatu tempat perbelanjaan. Di dekat pintu masuk telah bersiaga tiga individu, yang pertama kurus kering, orang kedua berpostur serba sedang, dan terakhir tinggi besar
"Bung, kau cari mati," ancam mereka. Sedangkan si badan besar cuma tertawa keras, sampai-sampai Electrix beranggapan dia orang yang tidak waras.
Tidak dia sangka Carlos mempunyai anak buah. Jika menilik dari tindak tanduknya Carlos lebih mirip serigala penyendiri. Electrix hafal ketiga orang itu tidak terdaftar sebagai orang yang dicari, berurusan dengan mereka adalah hal yang membuang waktu. Electrix berkata,
"Maaf saja kawan, aku tidak berbicara dengan orang yang tidak menghasilkan uang."
Electrix selalu mempertgas dirinya kalau dia berburu untuk uang. Bila penjahat lain atau seorang kaki tangannya sekalipun berbuat sesuatu yang melanggar aturan, Electrix tidak akan menghiraukan selama mereka tidak tercantum dalam daftar buruan. Dia bukan orang baik, maupun seorang pahlawan, dia sama seperti kapitalis lainnya yang melakukan sesuatu jika itu menguntungkan.
Electrix memelesat menerobos. Reaksi orang-orang dungu itu lamban seperti gadget bermesin kelas rendah yang dipaksa menjalan aplikasi yang berat. Dia telah berlari jauh membelakangi sebelum beberapa detik mereka melotot tercengang. Ketiga orang itu tidak bisa mengimbangi kecepatannya.
"Tidaakkk! Tuan Carlos pasti marah."
"Kalau begini kita tidak akan dapat uang lagi," ujar si badan besar agak memilukan.
Kemudian salah satu dari mereka yang cungkring yang mukanya pucat keruh berkata, "Jangan menyerah!" kedua rekannya si besar dan si sedang terkesiap. Si cungkring melanjutkan, "Menarik kembali kata-kata yang telah diucapkan bukanlah jalan nin—maksudku bukan citra seorang pria sejati."
Si sedang dan si besar berjengit-jengit lugu.
"Untuk Tuan Carlos," tegas si cungkring.
Kedua rekannya sependapat, "Untuk Tuan Carlos."
"Maju semuanya, kita kejar si pemburu bertopeng itu."
Di dalam bangunan kosong, Electrix tiba di depan dua buah tangga berjalan yang tidak berfungsi. Tidak hanya escalator saja yang mati, lampu-lampu penerang pun tak menyala. Sehingga sulit bila ingin menjabarkan seperti apa di dalam. Akan tetapi, karena dinding luar berupa kaca cahaya malam setidaknya menjadi pelita tersendiri, banyak ruang kosong bekas toko yang keseluruhannya dibatasi cermin. Electrix merasa tempat ini lebih cocok dijadikan wahana uji nyali daripada suatu basecamp berandalan.
Rupanya Carlos telah menunggu, dia duduk ditumpukan kardus. Barang itu nampak tidak berdebu, dan masih di solatip bersih. Dalam daftar orang dicari, Carlos didakwa karena keberadannya yang membuat masyarakat merasa tidak tentram, tidak ada dakwaan atas sesuatu seperti menimbun barang yang mencurigakan. Sejauh yang Electrix ketahui, uang keamanan yang Carlos tetapkan pada toko di distrik 3 tidaklah besar, kalau untuk hidup melajang seperti dirinya itu pastilah cukup.
"Kau cepat juga rupanya," sapa Carlos. Dia lekas berdiri, lalu menyambangi Electrix. "Mereka cuma kumpulan pecundang. Perkenalkan aku adalah Carlos yang hebat."
"Kau orang terkenal, aku sudah mengetahuinya," Electrix menyahut ketus.
"Siapa kau? Tidak sopan kalau kau tidak memperkenalkan diri sebelum menemui ajal."
"Aku adalah laki-laki yang tidak bisa hidup tanpa kejahatan, seorang pemburu."
Electrix tekesan dengan tingkat keangkuhan dalam diri Carlos. Pencapaiannya sebagai seorang pemburu tidak begitu dikenal, itu mengesalkan kalau dirasakan tapi, menguntungkan kalau dipikirkan. Presentase kemenangan cenderung meningkat bila lawan kekurangan asupan informasi atas apa yang mereka hadapi. Electrix berani menjamin kalau malam ini uang 1000 gil akan berada di tangannya, Carlos memang kuat tetapi Yutani yang beberapa kali coba ia tangkap lebih kuat lagi, serta lima kali lebih mahal dari seorang preman terkuat di distrik 3.
Carlos tertawa mendengar jawaban Electrix, itu terasa dibuat-buat. Electrix tidak berkata sedikitpun, membiarkan mangsanya tertawa sampai puas sebelum ditukar dengan uang mungkin sebanding untuk sebuah belas kasihan.
Carlos diam mendadak, kemudian ia baerkata, "Sempurna. Aku juga sedang ingin menghajar seseorang."
Carlos tiba-tiba hilang dari pandangangan, dalam sekejap dia telah dekat dengan Electrix, kemudian dia hendak memukul. BUK, suara pukulan yang Carlos layangkan. Electrix sigap menahan serangan itu, tetapi pukulan itu terlampau kuat sampai menimbulkan rasa nyeri di tangan.
Carlos kini telah dalam penampilan berbeda, seluruh kulit-kulitnya menjadi kelabu. Bukan hanya itu, ketika barusan dia menonjok, Electrix merasa seperti dibentur oleh sebuah batu. Dia tidak tahu harus merasa terkesan atau berpikir kalau kemampuan yang Carlos miliki terlihat konyol. Carlos sekarang tak lain berupa suatu mahakarya dari pematung ternama, Electrix bahkan mulai melihat peluang lain. Dari pada diserahkan kepada polisi dengan mahar 1000 gil, alangkah lebih menguntungkan kalau menjualnya kepada kolektor dengan harga yang fantastis, mungkin kalau ditaksir kurang lebih 100 sampai dengan 1000 kali harga dari bounty yang diterima. Namun, patung adalah benda yang tidak bergerak, maka untuk mencapai keuntungan tertinggi membuat benda itu mati adalah suatu keniscayaan. Membuat seni patung dari manusia sungguhan, itu lebih terdengar seorang psikopat ketimbang seniman.
"Mampus kau, rasanya sakit bukan." Carlos menyeringai.
Electrix merasa keangkuhan Carlos adalah suatu kebodohan, dia mencoba meredam kepercayaan diri Carlos dengan melakukan gerakan sama yang lebih kuat. "Heh, aku beritahu kau kalau ini yang namanya memukul."
Electrix menghujamkan pukulan listrik. Dengan tubuh Carlos yang mirip batu bernyawa, Electrix tidak berpikir itu cukup untuk melumpuhkannya, bila dia terlalu main-main hasilnya akan lebih lama. Oleh karena itu, dia memperkuat aliran listrik yang dikeluarkan.
Pukulan Electrix berhasil mendarat diantara perut dan dada Carlos. Preman itu terdorong ke belakang. Kemudian Electrix terbang sembari mengumpulkan listrik di tangan, BLITZAGA. Sementara Carlos bersusah payah menyeimbangkan diri, sayangnya lusinan listrik langsung melecut-lecut sekujur tububnya seperti dicambuk. Listriknya biru menyala-nyala membuat ruangan berkemerlap.
Carlos tidak mengerti, dia awalnya berniat membereskan Electrix dalam sekali pukul. Sekarang petirnya menyengat-nyegat menembus sel-sel kulitnya yang telah mengkukuh. Kepercayaan diri Electrix bukanlah tanpa alasan, pemburu itu berada di level berbeda dengan dirinya. Orang sekuat Electrix bersembunyi di distrik 3, Carlos tak membayangkan hal demikian.
Serangan Electrix berangsur-angsur melemahkan tiap otot di tubuh Carlos, rasa sakitnya seperti menggigit-gigit.
"Sebuah Blitzaga cukup untuk menumbangkan mu. Apa kau tidak mau menyerah?" Electrix menawari.
Alis Carlos terpejam, sebelum pertarungan usai dia dikalahkan. Lawannya ini bahkan nampak tidak serius bertarung. Carlos menggempur dengan niat membunuh, sementara Electrix bertujuan untuk menumbangkannya saja. Seharusnya itu menjadi sebuah peluang. Tapi Carlos gemetaran, perasaan yang sama ketika dia kala itu dihajar habis-habisan oleh Ben, tak satupun dia berasil melayangkan pukulan padanya. Carlos bertanya memastikan,
"Apa kau Ben dari Bro'z Bakery?"
"Ben?" Electrix terpikur sesaat. Tidak ada yang bisa memastikan seperti apa ekspresinya. Dia berkata, "Bukan, bukan. Kau bisa tahu kan kalau kemampuan kami berbeda?"
Carlos tidak yakin, dulu Ben menghajarnya bahkan tanpa kekuatan. Dan itu sudah cukup untuk menunjukan perbedaan kekuatan mereka.
Electrix mulai merasa Carlos sama dungunya dengan ketiga begundal tadi. Ben dan Electrix dari postur saja sudah bisa dibedakan mereka bukan orang yang sama, dia sungguh tidak faham. Electrix memperkirakan bahwa Carlos tidak tahu menahu soal kemampuan Ben.
"Aku peringatkan sedikit Carlos. Kau bukanlah orang yang kuat di Dulche. Terlalu jauh bagimu untuk disebut sebagai orang yang ditakuti."
"Kau salah sangka bodoh. Aku tahu betul batasku sampai mana," tukas Carlos kesal.
Dia sadar benar akan hal itu ketika menghadapi Ben, kejadian yang akan selalu dia ingat dalam hidupnya. Namun, Carlos tak mau menerima, kalau yang lebih kuat darinya hanya Ben seorang itu bukanlah masalah. Tapi bila terdapat keberadaan lain, Carlos tidak mampu berbuat banyak kalau wilayah yang menjadi ladang mata pencariannya sewaktu-waktu terlipur.
Dulu Ben, sekarang Electrix. Kelak siapa lagi yang akan naik ke panggung memamerkan diri?