Chereads / Black Breaker / Chapter 7 - Chapter 07

Chapter 7 - Chapter 07

Suhu udara mulai merosot, cahaya telah temaram. Wirausawan yang menjual atau menawarkan jasanya di malam hari sudah siap untuk memulai aktifitas. Umumnya mereka terdiri dari restoran, bar, klub malam atau jasa yang bisa didapat ketika telah mencapai batas usia tertentu.

Di distrik 3 dekat wilayah kosong di distrik 4, terdapat sebuah bar kecil atau sebuah kedai minum yang menyajikan pelbagai minuman beralkohol. Letaknya tidak di dekat pusat keramaian. Namun kedai minum itu tidak kekurangan pengunjung, justru karena kesunyian tempat itu menjadi daya tarik tersendiri.

Dari luar bar bisa dilihat menyatu diantara himpitan bangunan tinggi, untuk mendapat aksesnya dari jalan lekas belok kiri memasuki gang yang cuma selebar mobil pick up. Lalu akan terpampang sebuah pintu kayu, di atasnya menempel sebuah lampu kelap kelip bertuliskan mini. Mini adalah nama kedai minuman tersebut.

Ruangan mini bar berbentuk persegi panjang. Di depan pintu masuk sepanjang counter terdapat kursi-kursi tinggi yang dapat berputar untuk santai, tamu biasanya berkomunikasi secara langsung dengan peracik minuman. Di belakang counter merupakan tempat bartender bekerja, di dalamnya terdapat wash basin kecil tempat mencuci alat-alat kotor, termasuk gelas. Di belakang bartender pada arah tembok dipasang rak yang berisi aneka minuman botol. Semua jenis minuman dari berbagai jenis dan merk disusun dengan rapi dan di sebelahnya terdapat rak tempat menyimpan gelas - gelas bersih beraneka ragam, semuanya berfungsi sebagai pajangan, disamping juga untuk melayani tamu. Lalu sebuah mesin pendingin terletak di area bartender, untuk mendinginkan minuman yang disimpan.

Ada seorang tamu yang telah duduk di kursi depan counter, Dia menata rambutnya dengan gaya mirip pony tail, tapi ia mengikatnya ke samping kanan. Busana yang dia adalah jaket hitam sepaha ketat, bergaris putih di sekitar resletingnya dan celana putih beserta sepatunya yang tanpa hak. Perempuan itu adalah Yutani.

Seorang pramutama bar atau bartender membungkuk, kedua tangannya disimpan di meja counter. Dia bertanya, "Apa yang kau lakukan akhir-akhir ini di Dulche?"

Yutani meneguk anggur putih di gelas. Kelopak matanya setengah memenutup. Bahkan dia tidak sampai melihat rupa sang peracik minuman. Tapi, Yutani hafal bahwa bartender itu bernama Jie, seorang gadis berambut coklat, bermata kecil seperti sebuah lingkaran yang ditarik secara paksa, Jie memakai kemeja putih, rompi, celana dan sepatu mengkilap yang serba hitam.

"Hei, kamu sungguh mabuk cuma dengan wine putih? Dan kau masih ingin tambah minuman lain" Jie memastikan.

Dia memegang sebuah pengocok koktail, alatnya mirip cangkir panjang yang mempunyai penutup. Koktail sendiri merupakan minuman beralkohol yang dicampur dengan minuman atau bahan-bahan lain yang beraroma. Biasanya sebelum disajikan minuman itu diaduk dan diguncang-guncang supaya bahan-bahannya tercampur.

Selanjutnya dia membisik, "Cepat jawab sebelum ada pemburu yang mengejarmu lagi."

Yutani pun mulai membuka mulut, "Pemburu? Hei sebaiknya cepat buat minuman yang aku pesan. Biar begini aku adalah pembeli di sini."

"Tapi aku penasaran sekali." Kemudian Jie menunjukan ponselnya kepada Yutani. "Lihat, kau sudah masuk daftar orang dicari dari sebulan lalu, bukan."

Meskipun Yutani tidak perlu diingatkan mengenai statusnya yang sudah menjadi buronan. Biar bagaimanapun juga belum ada yang berani menangkapnya karena selisih level yang besar. Tidak banyak orang yang selevel Yutani, terlebih di kota Dulche, populasi orang kuat di situ terbilang langka, kalau pun ada mungkin mereka menyembunyikan diri.

"Yah, beberapa minggu kemarin, ada orang yang hendak memburuku," tukas Yutani.

Jie tidak menunjukan kekhawatiran. Gadis peracik minuman itu menambahkan sebuah jus, alkhol dan minuman keras ke dalam alat pengocok, tidak lupa dia memasukan es diakhiri. Dia mulai mengocok-ngocok kurang lebih seperempat menit, dan Jie nampak bersemangat melakukannya. Mungkin itu standar kerja yang ditetapkan. Kemudian Jie bertanya,

"Yutani, mau pakai pemahit?"

Air muka Yutani menjadi masam mendengar pertanyaan temannya itu. "Kau ternyata tidak peduli," ucapnya sendu.

"Oh ya ampun, kamu bilang aku harus segera membuatkan pesananmu." Jie menandas.

Yutani menghembuskan nafas, dia mencoba mengacuhkannya. "Tiduk usah pakai pemahit," pungkasnya.

Setelah beres disajikan, Yutani meminumnya segera. Minuman beralkohol itu tandas dalam sekali teguk. Jie yang meracik minuman itu hanya mematung terkaget.

Kemudian Jie memiringkan kepala sementara kedua tangannya bersaling di pipi. Jie menyerocos gandrung, "Siapa? Siapa gerangan yang memburumu? Siapa?------"

Gadis itu mengoceh sampai telinga Yutani kesakitan. Dia dengan terpaksa menemplokan kaki gelas yang dia pegang pada bibir Jie. Itu ternyata berguna untuk membungkamnya, membuat malam jadi terdengar sunyi kembali. Yutani berucap ketus,

"Kenapa kamu selalu ribut kalau sedang penasaran."

Sementara Jie merengut-rengut tak jelas, yang terdengar hanya EEMMM,EEMMMMM. Seketika keinginan untuk bertindak lebih iseng timbul di kepala Yutani, dia menggoyang-goyangkan gelas wine tersebut.

"Aku tidak menyangka bibirmu itu lembut dan kenyal sekali ternyata," Yutani berkelakar. Ia berhenti hingga tersenyum puas.

Lalu si gadis bartender menyentuh-nyentuh bibirnya yang kemerahan. Dia menggerutu, "Oh Yutani, yang barusan itu menyebalkan."

Mereka telah lama saling kenal, oleh karena itu tidak ada rasa sungkan bila hendak saling bercanda. Tiap kali Yutani mengunjungi kota Dulche dia selalu berakhir ke sebuah bar di distrik 3, terlepas dia akan merasa jengah bila Jie mulai menggosip-gosipkan apa yang dia ketahui. Ketika pertama kali bercakap dengan Jie, Yutani terkesima dengan ketenangan gadis itu. Namun, semua berubah begitu dia mulai mengenalnya lebih jauh. Jie menjadi gadis berkepala batu ketika rasa penasaran mengisi seluruh sudut di dalam dirinya, itu karena kegemarannya dalam mencari berita gelap di internet

Jie berdiri di depan Yutani, dia bertanya, "Jadi breaker mana yang mengejarmu kali ini Yutani, levelmu tinggi bukan?"

Sebelum akan menjawab Yutani membusungkan dada sampai isinya yang bulat kencang membentuk lekukan khas dari jaketnya. "Kalau tidak salah namanya itu Electrix." dia berharaf Jie puas dengan jawaban yang diberikan.

"Electrix!" Jie termenung seperti sedang memilah-milah tiap informasi yang ada dalam memorinya. Kemudian dia berkata kembali, "Oh aku pernah mendengar seorang breaker memiliki kemampuan listrik yang seorang Bounty Hunter. Sungguh ini mendebarkan, dia sekuat itu ya sampai berani berhadapan denganmu."

"Yah, mungkin dia lebih kuat daripada aku." Yutani bergumam lirih.

Jie menyeringai seakan-akan puas melihat kenyataan yang Yutani lontarkan, dan itu membuat suasana menjadi keruh, teman macam apa yang bersuka ria ketika ditimpa suatu masalah. Meskipun tidak ada kepastian apakah Electrix memang lebih kuat dari Yutani.

"Heh, kau kelihatannya senang sekali."

"Tentu saja. Coba kau bayangkan ada breaker berkelirian yang lebih kuat darimu. Ini akan menjadi sesuatu yang menarik. Seorang di atas level B, aku belum pernah melihatnya seumur hidupku."

Yutani mengangguk-ngangguk setuju. "Kau benar, bahkan di Dark Slate Blue sekalipun para petingginya adalah level B."

"Woah, kalau para petinggi Dark Slate Blue di level B. lalu sekuat apa sebenarnya Reander?" Jie berkata ceplas-ceplos.

Yutani terkesiap mendengarnya, dia menatap dalam-dalam Jie dan terheran. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Ngomong-ngomong dari mana pertanyaan tersebut datang?"

Jie tidak serta merta menjawab, malah menggaruk-garuk hidung, entah apa yang ia pikirkan. Tapi gadis bartender itu seolah tidak sanggup bertemu pandang dengan Yutani. Tentu saja temannya itu kurang senang dengan reaksi tersebut.

Lalu seorang pelanggan memecah keheningan, dia memanggil sang gadis bartender. "Hey Jie, aku minta sebuah minuman!"

Itu membuat perhatian Jie teralihkan. Sedangkan Yutani hanya diam duduk menungggu jawaban.

Sontak, Jie berujar singkat, "Itu hal yang umum di internet."

(Umum ya, kelihatannya banyak mata-mata di Dark Slate Blue.) Yutani tersenyum tawar, dia tidak begitu tertarik untuk memikirkannya. Masalah yang sedang dia hadapi sendiri belum usai. Sesuatu yang menyangkut kepentingan organisasi itu adalah tanggung jawab petinggi. Hal penting yang harus dia lakukan adalah mencari siapa yang membuat laporan mengenai dirinya. Mengumumkan seseorang di daftar orang yang dicari untuk alasan yang tidak jelas adalah suatu kejahatan. Itulah alasan dia berada di Dulche.

Mendadak ponselnya berdering, sebuah notifikasi pesan muncul. Dia lekas membacanya,

AKU MELIHAT DUA ORANG PEMBURU HENDAK KE TEMPAT DIRIMU SALAH SATUNYA YAITU ELECTRIX. SEGERALAH PERGI DARI SITU.

"Tch."

Yutani menyimpan bayarannya di dekat gelas. Dia tak perlu risau, lagi pula Jie sudah biasa jikalau temannya itu buru-buru.

Sementara Jie sedang melayani pelanggan tadi, dia adalah Carlos. Orang itu rupanya sering datang untuk minum. Meskipun tidak diketahui apakah dia meminta minum gratis sebagai uang keamanan atau memang murni berkunjung.

Carlos masih memikirkan kegagalan menjual obat penenang. Dalam saku jasnya yang berwarna abu tersimpan barang yang dianggap haram oleh masyarakat umum. Selama ini pelanggan setianya adalah beberapa remaja dan anggota kebaktian Dominus. Namun mendadak mereka tidak lagi membeli barang di Carlos. Alhasil dia sekarang kekurangan uang. Ditambah lagi Ben yang ikut campur membuatnya merasa kehilangan muka kalau menagih uang keamanan.

Jie telah menyajikan pesanan Carlos. Sebuah minuman tanpa alkohol, itu merupakan soft drink. Carlos meminumnya pelan.

"Tuan Carlos, sekarang koktail sedang diskon. Anda tidak ingin menerima tawaran terbatas ini?"

"Tidak, tidak. Aku sedang diet alkohol sekarang."

Jie hanya menaikan alis seolah berkata OH, sambil terkejut. Dia pergi ke wash basin meninggalkan Carlos, gelas serta peralatan yang telah digunakan ia cuci di air keran.

Carlos memang sedang kekurangan finansial tapi dia masih bisa berhemat tanpa minum yang mahal-mahal. Ada sedikit asa agar dengan meminum sesuatu di bar, dia bisa memalingkan diri dari masalah hidup. Terlebih lagi Carlos tidak bisa berbuat apa-apa juga. Di Minggu ini karena surutnya penghasilan dia tidak bisa pulang ke rumah, seorang penjahat memiliki rumah itu biasa, apa yang membuatnya istimewa adalah rumah merupakan tempat kembali. Di sanalah anak dan istrinya tinggal, mereka menjalani hidup normal. Dan Carlos tidak tega kalau sempat membuat mereka khawatir, baginya memikirkan cara mendapatkan uang adalah masalah dia, bukan beban yang harus ditanggung anak serta istrinya.

Guna memastikan keadaannya, Carlos memutuskan untuk menghubungi mereka. Dia memilah-milah daftar kontak di ponselnya, lekas ia melakukan panggilan.

"Halo," sapa Carlos.

Tanpa menunggu lama seseorang mengangkat. "Wah, ayah." Jawab seorang anak, dia adalah putri Carlos bernama Nina.

"Nina, apa Mallory ada?"

"Marrroori?" Nina kesulitan mengeja nama ibunya.

"Ah maaf, maksudnya ibu." Carlos merasa tak enak menyebut nama istrinya pada Nina.

"Emm. Ada sedang mencuci piring," Nina menjawabnya penuh semangat.

"Lo, kamu gak bantuin ibu?"

"Enggak. Kata Ibu karena aku sudah dapat nilai bagus di sekolah ibu buatin kue. Katanya aku boleh malas-malasan seharian ini."

Carlos terkejut mendengarnya, kata malas-malasan itu kurang cocok. Tapi dia tidak ingin menyela apa yang istrinya didik terhadap Nina. Satu yang pasti hatinya berbahagia, mendengar kalau mereka baik-baik saja rasanya hidup terasa ringan. Tidak ada yang menyangka Carlos yang biasanya selalu ketus dan terkesan siap menggigit siapa pun, mukanya yang selalu nampak keruh kini terasa bagai pria yang khidmat.

Tiba-tiba Jie menyambanginya di saat momen langka tersebut, Carlos terkejut. Mukanya mendadak keruh.

"Tuan Carlos, apa Anda ingin tambah minum lagi?"

Di saat bersamaan putrinya memanggil-manggil. "Halo, ayah."

Carlos tersentak. "Oh, ya Nina."

"Siapa wanita ter---"

Setelah itu tidak ada jawaban dari Nina, kata yang dia dengar bukan suara imut dari putri kecilnya. Suara itu menjadi lebih menyentak dan nyaring. "Ekhem, Carlos."

"M-Malorry. Apa Nina baik-baik saja?" lidah Carlos tergagap, sedangkan hatinya merasa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.

"Siapa wanita yang bersamamu?" Malorry berbicara dengan nada yang meninggi.

"Aku sedang di bar. Dia bartender cewek itu, yang bernama Jie."

"Ah gadis itu ya." Malorry melirih. Carlos bingung dengan perubahan suasana yang terbolak-balik dengan cepat. Mallory bertanya, "Carlos, apa kau baik-baik saja?" sekarang dia terdengar cemas.

Carlos tidak tahu harus berkata apa akan tetapi, lebih baik dikatakan supaya tidak menimbulkan rasa ketidakpastian. Karena perihal yang menggantung itu adalah hal yang bisa membuat seseorang terjaga semalam suntuk. Dia menghirup nafas panjang, kemudian berkata,

"Mallory, minggu ini aku tidak bisa pulang."

*

**

***

**

*

CARLOS SEDANG BERADA DI BAR DISTRIK 3. KALAU KAU INGIN MENANGKAPNYA LEBIH BAIK LAKUKAN SEKARANG.

Dean membaca isi pesan dari orang yang biasa menjadi informan dalam kegiatan berburu penjahat. Sang informan tidak menyediakan informasi secara gratis, mereka sering berbagi hasil, 70% : 30%. Meskipun tergantung dari tingkat kesusahan dalam mengumpulkan informasi itu sendiri. Dean tidak keberatan. Saat pertama kali memulai pekerjaannya, dia sudah sering bekerja dengan informan yang menyebut dirinya Valco.

Segera setelah itu, Dean mulai akan melakukan aksi. Profesi dia yang sesungguhnya, perburuan pun dimulai.