"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA !!!"
Arjuna mengerjapkan matanya begitu mendengar teriakan histeris, merasa terganggu karna dirinya baru aja bisa memejamkan mata tepat saat adzan subuh. Arjuna menarik tubuhnya beberapa senti dan menyenderkannya ke kepala ranjang dengan mata masih setengah terpejam. Sebenernya sih dia gak terlalu kaget dengan reaksi Caramel yang sampe sehisteris itu. Yang membuatnya kaget cuma suara cemprengnya itu loh saat dia berteriak begitu.
Arjuna memaksa diri buat tersadar sepenuhnya dan melirik malas ke arah Caramel. Bahu istrinya itu terguncang pelan, menandakan dia menangis. Arjuna menerka-nerka sendiri apa arti tangisannya. Kecewakah? Marahkah?
"Kenapa lo setega itu, Jun?" tanya Caramel di tengah isak tangisnya. "Kenapa lo setega itu ngambil kehormatan gue dengan manfaatin posisi gue yang lagi tidur? Kenapa Jun? Kenapa?!"
Caramel menarik selimutnya lebih tinggi, berusaha menutupi tubuh atasnya hingga bahu. Tangisnya masih belum memudar meskipun dia merasakan sentuhan tangan Arjuna di bahunya dan membawa tubuhnya mendekat ke dalam pelukannya. Rasanya, sehangat apapun pelukan yang Arjuna coba tawarkan gak akan bisa melenyapkan rasa hancur dan kecewanya. Dia bener-bener gak nyangka dengan kejadian ini.
"Kenapa lo setega ini manfaatin gue, Jun? Kenapa lo ingkar janji? Kenapa, Jun?!"
Arjuna menghela nafas pelan. "Aku ..." Arjuna gak sanggup meneruskan ucapannya. Dikecupnya puncak kepala Caramel. Diam-diam Arjuna merasa bersalah. Memang gak seharusnya dia memaksakan hasratnya sendiri, tapi dosakah? Dia adalah suami sah Caramel.
Tangis Caramel pecah lagi. Dia bener-bener merasa hancur, serta merta dengan rasa percaya dengan Arjuna yang sempat berkembang. Bukan apa-apa, Caramel belom siap untuk melakukan hal itu. Entah apa jadinya kalo setelah ini rumah tangganya beneran bubar jalan.
Arjuna memeluk Caramel lebih erat lagi. Untuk sekali ini hatinya ikut mencelos pedih. Demi egonya dia buat Caramel menangis sedemikian rupa padahal dia berulang kali berjanji bakal membahagiakan dan menjaganya. Tapi apa yang udah dilakukannya?
Arjuna menghela nafas. Kejadian semalam sebenarnya bukan salahnya seratus persen. Berulang kali Caramel mengabaikannya, menganggapnya gak ada. Berulang kali Caramel mengusirnya menjauh dari sisinya. Berulang kali ... Ah entahlah! Padahal Arjuna cuma meminta haknya sebagai suami. Arjuna pengin memiliki Caramel seutuhnya. Salahkah itu?
"Maafin aku, Mel." Hanya suara lirih penuh permohonan itu akhirnya yang menyeruak.
*
Caramel merapikan barang bawaannya sambil memastikan gak ada satupun barang yang tertinggal di sini. Cukup udah dia terperosok terlalu jauh dengan kehadiran Arjuna. Ini semua di luar kendalinya. Ternyata memang membuka hati untuk cowok itu bukan sesuatu yang baik untuknya dan dia sama sekali belom siap menerima konsekuensinya di lain hari.
"Hey, udah siap?" Terdengar suara khas Arjuna dari balik punggung Caramel. Hanya sebuah anggukan kepala sebagai jawaban atas pertanyaannya barusan. Dan Arjuna gak perlu waktu lebih lama untuk membawa barang-barang Caramel turun ke parkiran kemudian dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Dan begitu semua persiapan untuk kembali pulang udah beres, Arjuna langsung menstater mesin mobilnya dan memasang sabuk pengamannya.
Arjuna menoleh ke sisi kirinya. Di sisinya, di kursi penumpang depan, Caramel udah duduk anggun dengan sabuk pengaman yang terpasang sempurna. Cuma ... Caramel sengaja memalingkan wajahnya ke arah jendela. Hanya masih terlalu terluka karna kejadian semalam. Mulutnya pun masih terlalu kelu untuk berbicara dengan si pembuat onar itu.
Tanpa aba-aba, Arjuna memasukan perseneling dan memacu gas meninggalkan tempatnya bermalam dengan Caramel. Biarlah kebisuan menjadi teman seperjalanannya nanti.
*
Please vote & comment ya guys! :)