Meskipun merasa tidak nyaman juga dengan provokasi Ze Ai Zima, Pangeran Hijau tau apa yang harus ia perbuat. Untuk pertama kalinya, ia tersenyum kepada Ze Ai Zima. Senyuman yang terlalu manis karena membuat raut wajahnya tampak lebih baik daripada Pangeran lainnya.
Sejak tadi, Pangeran Hijau tidak berkutik apapun, ia adalah jenis penonton yang lebih pasif dari Pangeran Biru dan Kuning. Ia hanya akan berpartisipasi ketika suatu masalah menyangkut nama baiknya.
Ketika Ze Ai Zima bertanya mengenai siapa mereka, hal itu tentu saja berhubungan dengan nama baik Pangeran Pelangi dan nama baik dirinya, itulah sebabnya ia merasa dirinya harus menjelaskan hal ini.
"Saat itu kami masih labil, kami hanya memaksa Dewa Pelangi untuk membuat pelangi hingga menyentuh tanah, dan Malaikat Atalya marah karena hal itu melanggar aturan King Lordest" jelas Pangeran Hijau.
"Benarkah!" tanya Ze Ai Zima dengan nada tak percaya "Bagaimana dengan catatan sejarah, yang menyebutkan bahwa dimasa pemerintahan Kaisar Ze-4, tujuh putera Kaisar tumbuh menjadi pemuda yang mesum akut. Yang meniduri gadis-gadis perawan lalu membunuhnya. Apakah itu ada hubungannya dengan kalian?" tuding Ze Ai Zima dengan sarkasme, mengejutkan Pangeran Hijau yang tidak senang 'masa lalu'nya terungkit.
"Memang tidak dicatat siapa nama ketujuh pangeran itu, tapi jelas disana tertulis, akibat dari kejahatan mereka, King Lordest murka dan tidak pernah lagi mengizinkan hubungan antara dewa dan manusia. Dia bahkan mengutuk dewa dan dewinya yang melanggar hukum itu, dengan tidak mengaruniai mereka seorang anak".
Perkataan terus terang yang Ze Ai Zima lontarkan benar-benar sangat mengejutkan Pangeran Pelangi. Ia sendiri puas melihat ekspresi keterkejutan itu. Terbongkar sudah kodok mereka.
Namun diluar dugaan Ze Ai Zima, mereka sebenarnya tidak terkejut karena kodoknya terbongkar, melainkan karena kalimat terakhir yang Ze Ai Zima katakan.
Karena Ze Ai Zima tidak menyadari kesalahannya, ia pun tetap melanjutkan serangannya tanpa ragu.
"Bukankah itu adalah kalian, betapa buruknya dosa yang kalian perbuat, mempermalukan dewa dan manusia saja"
Mendengar hal itu, Pangeran Hitam yang sedari tadi hanya diam memperhatikan Ze Ai Zima pun tiba-tiba menepuk tangan seraya berjalan mendekatinya.
Setelah Pangeran Hitam berdiri didepan Ze Ai Zima hingga Pangeran Jingga dan Pangeran Ungu harus menepi.
Ia kemudian dengan sangat bangga mengatakan, "Sepertinya kamu adalah seorang Puteri yang senang membaca. Aku bangga mengetahui cicitku punya pengetahuan yang baik. Memang benar semua yang kamu baca itu, nafsu kami akan gadis-gadis perawan sangat lah besar, kami berkompetisi mencari gadis mana yang bisa memuaskan kami, sayangnya mereka semua lemah, tidak berguna dan membosankan. Seandainya 500 tahun yang lalu kamu sudah lahir, maka kamu akan menjadi budak nafsu kami!"
Budak nafsu?
Sungguh perkataan yang tidak sopan.
Ze Ai Zima sangat kesal dengan perkataan tersebut, sama sekali tidak ada hormat dan sopan santun. Ia bahkan bertingkah seolah baru saja mengumbar prestasi besar.
Tidak tahu situasi. Ze Ai Zima ingin marah.
Namun dibandingkan dengan rasa kesal tersebut, Ze Ai Zima justru lebih merasa tersayat dengan tatapan Pangeran Hitam yang lebih dingin dari es dan lebih tajam dari pedang. Tak bisa dipungkiri, tatapan Pangeran Hitam jauh lebih menyayat daripada siapapun. Ia mampu membuat orang yang ditatapnya merasa lebih baik digiling kedalam mesin penggiling kayu daripada berlama-lama dilihat seperti itu. Wajar saja, Pangeran Pelangi tidak berani kepadanya.
"Tindakan kami adalah tindakan yang merusak citra dewa dan menyakiti manusia. Malaikat Gozel tidak senang dengan perbuatan kami, sehingga ia menghukum kami didalam ruang hampa dan memindahkan jiwa Dewa Pelangi kedalam jubah kami"
Pangeran Hitam mengatakan hal itu dengan sangat santai namun tetap saja ia mengeluarkan seluruh aura dinginnya yang terasa sangat mengancam siapa saja yang ada disekitarnya.
Ia seperti malaikat kematian yang datang membawa ancaman dan pergi membawa nyawa. Seperti cobra liar yang mengancam akan mematukmu hingga mati, kapan saja kamu salah ambil gerakan.