Chereads / Biarkan Mata Berbicara / Chapter 18 - Jangan Pergi Mama...

Chapter 18 - Jangan Pergi Mama...

Aku Butuh Pelukan Mu...

Antoni mengajakku mencari mama di ruang UGD , satu persatu pasien yang kulihat , aku belum menemukan mama , rasanya gelap sudah mataku ini , tak kuat lagi aku menangis jiwaku meronta , aku ingin memanggil manggil mama dengan sekencang kencangnya...

" Anjani...!! " tiba tiba ku dengar suara , seseorang memanggil namaku. kulihat Oman di koridor rumah sakit . Tanpa ragu akupun berlari menghampirinya .

" Omaaan.... mama mana Maaan....? mama dimanaaa !!! luapan emosiku pun mulai tak terkendali bersamaan dengan adanya Oman di rumah sakit ini.

ku rangkul Oman dan ku tarik tarik baju Oman.

Kulihat mata Oman pun bengkak seperti habis menangis , akupun semakin menjadi jadi , hati dan jiwaku mulai kalut entah apa yang akan ku perbuat, laksana orang yang kehilangan arah aku menarik narik tangan Oman dan Antoni untuk segera mencari mama.

" Anjani .... sabar dulu ya " Antonipun marangkul tubuhku dengan erat dia dekap kepalaku dalam bahunya , rasanya aku hanya ingin berteriak teriak dan terus berteriak. memanggil manggil mama.

" Maaamaaa manaa Maaaan....Mamaaa dimana??? aku memohon mohon kepada Oman

" Antoni... mama dimanaaaa...." Isak tangisku memohon kepada mereka , aku ingin bertemu mama.

Oman pun mengusap muka ku dan berkata .

" Anjani , gue yakin lo anak yang hebat , mama lo mendidik lo menjadi anak yang kuat. jangan nangis lagi ya.. " nada Oman seolah memberiku semangat , aku semakin kehilangan kendali , karena mereka tidak ada satupun yang memberitahukan tentang mama.

Antoni terus merangkul ku dan memegangi tubuhku , mungkin jiwaku sudah gila bila tidak ada mereka,

akhirnya aku menangis lemas dan mulai pasrah.

terduduk aku dibangku tunggu yang ada di koridor Rumah Sakit , dan hanya bisa menangis pelan memanggil mama...

" Anjani mama lo lagi di ruang ICU , lo musti tenang yaa.. jaga emosi lo untuk stabil , karena sekarang mama lo butuh doa dan dukungan dari lo "

Oman pun dengan tenang berbicara padaku .

" Anjani kamu dah tenang , ayuk kita liat mama mu "

Antoni pun memapah tubuhku dengan sabar dia menuntunku , tubuhku ini rasanya sudah tak bernafsu lagi untuk hidup ,penyesalan penyesalan mulai bermunculan dalam jiwaku . pikiranku kalut dan rasanya ingin aku mengulang kembali ke kejadian awal saat aku pergi meninggalkan mama.

" Tadi memang sengaja gue didepan karena gue yakin lo pasti datang kesini " Ujar Oman kepadaku.

" Man , sakit apa tante man , sehingga dibawa keruang ICU ? " tanya Antoni kepada Oman.

Oman hanya bisa menggelengkan kepala , dan mengisyaratkan sesuatu ke Antoni .

Aku pun mulai curiga melihat tingkah laku mereka.

Tatapan mataku tajam melihat ke arah Oman karena aku yakin Oman menyimpan sesuatu dari ku tentang mama.

" Oman , gue anaknya , ngomong aja depan gue !"

bentakku kepada Oman.

Akupun berdiri dihadapan Oman dan Antoni.

" Jangan buat gue membenci kalian berdua !"

Aku memberikan Ultimatum keras terhadap Oman dan juga Antoni. karena aku benci kenapa mereka tidak bercerita tentang mama.

" Anjani gue antar lo ke tempat mama lo , tapi janji jangan berbuat yang diluar kendali ya.." Oman memegang tanganku dan berkata kepadaku .

" Iya aku janji , antar aku liat mama sekarang " sahut ku kepada Oman. Jiwaku benar benar bisa merasa tenang saat ini , tangisanku mulai berhenti dan aku mulai mengikuti Oman pergi ke ruang ICU , dimana mama sedang dirawat.

Kamipun tiba diruangan kecil dimana didalamnya terdapat ruangan lagi yang agak besar seukuran

4 x 3m , yang hanya bisa diliat dari kaca pembatas dinding antara ruangan.

" Anjani itu yang sedang terbaring disana itu Nyokap lo"

Oman memberitahuku dengan nada pelan dan tertunduk.

Antara percaya dan tidak aku terdiam kaku , mataku tajam melihat mama terbaring kaku disana , entah peralatan apa yang dipakai oleh mama , dan segala penjuru tubuh mama dimasuki oleh selang , tak satu patah katapun keluar dari mulutku.

tangan ku hanya bisa meraih kaca penghubung dan mataku tertuju pada satu mesin yang dimana di mesin itu aku bisa mengetahui mama masih dialam sadar.

Aku tepis tangan Antoni yang merangkul ku .

Ku tatap wajah Oman yang dari tadi melihatku tanpa berbicara apapun.

" Oman.. jawab gue jujur ! Kenapa mama bisa jadi begini !" Aku membentak Oman agar dia berkata jujur tentang mama.

" Mulanya gue juga ga ngerti kenapa ? terus gue tanya sama mba depan yang ada depan rumah lo , katanya , pada saat dia lagi bersih bersih teras , bokap lo datang tapi dia engga sendiri , di ajaknya turun dari mobil seorang cewek !"

mendengar kata kata cewek yang Oman ceritakan , Mata Antoni dan mata ku saling bertatapan.

Aku dan Antoni satu pikiran tentang cewek ini.

mungkinkah cewek yang aku temui di Mall kemarin ,itu adalah dia yang dimaksud dalam cerita Oman.

" Terus setelah itu , nyokap bokap lo kedengaran ribut besar , hingga akhirnya bokap lo membanting pintu rumah lo dan pergi neninggalkan nyokap lo , tapi nyokap lo mengejar mereka dan mengahadang mereka , dan akhirnya ....

bokap lo menabrak nyokap lo "

" APAAA !!!! " PAPA !! akupun berdiri dari dudukku.

Sontak aku terperanjat ketika mengetahui semua ini gara gara papa !

" Anjani sabar dulu..." Oman mengajak ku duduk kembali.

" Bukan masalah hanya ditabrak Anjani , tapi ketika dokter memeriksa , kata dokter sebelumnya Nyokap lo sudah minum racun serangga "

Oman berkata pelan seraya menunduk , Antoni pun terdiam tidak dapat berbicara .

Dan aku... aku hanya memulai dendam ku kepada papa semakin menjadi.

" Ma , aku bersumpah akan membuat papa membusuk di PENJARA !! dengan menatap tubuh mama yang sedang berbaring , aku berjanji kepada Mama.

Tidak ada lagi air mata yang keluar dari mataku , kini yang tersisa di darah ku dan jiwaku adalah Dendam .

" Antoni , kamu mau mengantar ku ke ke Kantor POLISI ? aku mau buat laporan untuk kejadian mama "

Tanyaku kepada Antoni , aku tidak mau lagi membuang waktu mama dengan sia sia.

" Man.. tolong jaga mama sebentar , nanti gue balik lagi , gue akan jaga mama disini " aku berkata kepada Oman.

" Anjani , sudah bener tekad lo ini ? tanya Antoni kepadaku.

" Jangan sampe ada penyesalan dalam sikap dan tujuan hidup lo ini ".

Antoni merapikan rambutku , dan menatapku .

Aku hanya bisa tersenyum sinis , dan berkata kepada Antoni.

" Anjani yang baru telah lahir , Anjani tanpa ada belas kasih "

Aku pun melangkah keluar ruangan , meninggalkan Oman dan mama disana , dengan perasaan dendam aku pun melangkah keluar dari Rumah Sakit tersebut.

" Anjani mobil ada disini , kita tunggu Mang Ali dulu ,untuk ambil kunci " Antoni memberhentikan langkahku tepat di pintu gerbang keluar RS.

seperti biasa Antoni sigap mengatasi masalah , dia tau apa yang musti dia lakukan.

" Mang seperti biasa ya " ujar Antoni kepada Mang Ali .

supir keluarga yang khusus untuk Antoni.

" Iya den , ga papa, tapi hati hati yaa dijalan " pesen Mang Ali kepada Antoni.

" Ok mang , kutinggal dulu yaa... " Antoni pun meninggalkan Mang Ali di depan gerbang RS.

dan dia mengantar ku ke Kantor POLISI .

" Anjani , kita makan dulu ya... ini sudah larut malam, gue ga mau lo jatuh sakit , kalo lo sampai sakit , semua yang sudah lo rencanain bakal berantakan , yang ada nanti penyesalan akhirnya " ku lihat Antoni tampak mengkhawatirkan diriku , tapi perut ini belum terasa lapar sebelum aku melaporkan papa , karena aku tidak mau papa bisa tidur tenang malam ini .

Kini yang bermain di pikiranku ini hanyalah dendam , entah berdosa atau tidak , yang ku tahu saat ini aku hanya ingin melihat papa tersungkur memohon ampun kepada mama. Aku ingin membuat papa menderita dari Mama.

Kutatap lampu satu persatu yang menyala disetiap pinggiran Jalan,

yang dilewati oleh Antoni , dan ku pandang Malam yang terang dan cerah .

Malam yang penuh dengan bintang , aku pun tersenyum sinis sendiri , di malam malam sebelumnya ku ukir dengan kenangan indah bersama Antoni.

tetapi mulai malam ini ....

yang ada hanyalah malam yang kelam penuh dengan ambisi ku akan dendam.

Ku lihat wajah Antoni yang sedang menyetir , kuamati wajahnya yang begitu terlihat dingin tapi hatinya seperti kapas, dia dengan sabar menemaniku , dan selalu setia berada disampingku , dia tau keadaan keluarga ku tapi tidak pernah sekalipun dia mengungkit itu di hadapanku , terbersit inisiatif di hatiku , Suatu saat nanti...

Sambil ku pegang tangan Antoni , aku berkata dan berjanji dalam hatiku.

" Antoni... jika masalah ini semua sudah selesai , aku mohon.. maafkanlah aku "

============= °°° ============