Chereads / Biarkan Mata Berbicara / Chapter 22 - Yang Tercinta

Chapter 22 - Yang Tercinta

Dalam perjalanan kali ini menuju RS , aku merasakan sakit di hatiku dan firasat ku Rasanya tidak enak sekali , hingga ke ulu hatiku , ku genggam tangan Antoni kencang , sekencang sakit yang kurasa di hatiku . Pikiran ku mulai kalut , dan nafasku terasa sesak sekali ...

" Anjani ! ada apa ? tiba tiba wajahmu pucat , apakah kamu sakit ?.

Antoni menarik tanganku dan bertanya kepadaku , dia menatap wajahku dengan gusar , tangannya yang hangat menyentuh keningku dan mengusap keringat yang jatuh dari dahi kepipiku .

Kurasakan keringat dingin kali ini mengucur deras di tubuhku , aku pun bertanya kepada diriku ada apa sebenarnya dengan diriku , kenapa seperti ini ? kaki ku pun terasa berat sekali , langkah demi langkahku menuju kamar mama kurasakan , langkah ini sangat berat seperti dirantai oleh batu yang berat sehingga aku harus menyeret nyeretnya , aku takut.... dan sangat sangat menjadi takut , di iringi perasaan dan firasat ku yang tidak enak , ketakutan ku semakin menjadi , baru kali ini aku mengalami seluruh tubuh ku terasa sakit dan seakan akan menjadi beku.

kulihat Antoni yang masih saja menatapi wajahku dengan sangat khawatir ,

" Tidak apa apa , cuma perasaan ku ga enak aja " ku jawab Antoni dengan senyum yang kupaksa dari bibirku.

Langkah kami terhenti ketika kami akan memasuki pintu ruangan ICU mama . Aku melihat begitu banyak perawat dan dokter disana , ingin rasanya ku berlari menghampiri mereka tapi kaki ini benar benar kaku , semakin aku mendekati kamar mama , semakin diriku tak berani melihat , kupejamkan mata ini , dan terus ku berdoa dalam hati , kulawan firasat hati ini yang semakin menjadi jadi , tak sanggup aku ungkapkan apa yang terjadi di jiwa ku saat ini.

" Ada apa dengan mama saya Dok ? "

Antonipun bertanya kepada salah satu dokter yang sedang berbicara didepan ruangan mama. Aku hanya bisa terus menggandeng tangan Antoni dengan erat , bibir ini terasa kaku , dan rasa gemetar di tubuh ku inipun semakin menjadi jadi .

" Oh ... adik ini keluarga Ibu Andini , Silahkan masuk keruangan , dilihat mama nya dulu ya.. "

ku lihat Wajah sang Dokter saat berkata kepada Antoni seakan akan diwajahnya menyiratkan sesuatu tentang mama . Ingin rasanya aku berteriak kepada Dokter itu , bertanya tentang ada apa dengan keadaan mama , tetapi mulut dan lidahku terasa kaku dan kelu .

Sebelum memasuki ruangan kamar mama , disuruhnya kami memakai pakaian steril sebelum bertemu dengan mama . dari kaki hingga kepala kamipun dibungkus oleh penutup ,kaos kaki dan pakaian steril yang telah disediakan oleh pihak RS.

Antoni menuntunku menuju tempat tidur mama ,

perlahan lahan kumulai melepaskan tanganku dari genggaman tangan Antoni , diriku mulai mendekati mama , Diatas ranjang ini , kulihat mama yang terbujur diam tanpa suara , matanya yang tertutup menampakan seakan akan dia tertidur sangat tenang , tak dapat tertahan lagi air mataku pun mulai menetes dan aku mulai meraih tangan mama , kuciumi tangan mama berulang ulang kali , lalu aku berpindah ke arah kaki mama , kuciumi kaki mama dan ku berkata dalam isak tangisan ku ,

" Maa.. bangun maa...!

" Maaa... maafin Anjani maaa... Anjani ngga akan tinggalin mama lagiii... Maaa.... banguun... !"

ku pegang kaki mama dan terus ku ciumi kakinya .

rasanya hancur hatiku melihat mama seperti ini ,

Antoni mengelus ngelus punggung ku ,berusaha untuk menenangkan ku .

ku dekati wajah mama dipipinya dan kulihat air mata mulai menetes dipipinya ,

" Antoni...! lihat mama menangis ! mama mendengar kita ada disini !"

kuraih tangan Antoni agar melihat mama juga ,

Antoni pun mendekati mama dan mencoba berbicara kepada mama..

" Tante , saya Antoni , tante tenang aja ya , saya akan selalu berusaha untuk menjaga dan melindungi Anjani Tante harus cepet sembuh ya...."

Antoni pun mencium tangan mama , dan seketika itu refleks membuat tangan mama bergerak gerak , mama mendengar semua ucapan yang di utarakan oleh Antoni . Hatiku terenyuh dan menangis melihat semua kejadian ini .

" Ma , cepet sembuh ya.... Anjani akan selalu menjaga mama , dan tidak akan meninggalkan mama "

Kucium pipi mama dan ku bisikan kata kata ditelinga mama , ku usap usap kepala mama , dan ku hapus air mata yang menetes di pipi mama.

ada secercah harapan dan keyakinan ku akan mama , di dalam bathin ku aku percaya , mama akan sembuh .

Kami hanya di beri waktu 10 menit untuk melihat mama , ku gunakan waktu itu sebaik baiknya , ku pegangi terus tangan mama sambil ku bercerita yang indah indah saat saat bersama mama.

Antoni pun dengan sabar mendengar dan menunggui.

Waktu yang diberikan oleh Dokter untuk melihat mama sudah habis , tak ingin rasanya aku meninggalkan mama , tetap ku pegang tangan mama , dan kurasakan

mama pun menggenggam tanganku ,walau lemah aku tau mama juga tak mau berpisah dengan ku .

tapi semua ini untuk kesembuhan mama , akhirnya aku membisikan kata kata ditelinga mama ..

" Ma , Anjani tetap jagain mama , Anjani ada diruangan sebelah , mama nanti lihat Anjani ya ma..."

lalu perlahan lahan ku mulai melepas tangan mama , belum sempat terlepas rasa nya jari jari ini menjauh dari tangan mama , tiba tiba aku mendengar bunyi mesin alat pacu jantung mama...

" Nuuuuuuuuuuutt.....panjang dan datar..."

sontak mata ku melotot dan mulut ku pun berteriak ..

" Dokteeerr ....tolooong mamaaaa !! "

" Suster...suster...tolong ....tolong mama saya !!! " teriak Antoni kepada suster yang berjaga jaga didepan pintu kamar mama.

Dokter dan suster pun sigap melakukan pertolongan kepada mama , entah alat alat apa saja yang di berikan kepada mama , aku hanya bisa melihat mereka sambil menangis dan meratap dalam pelukan Antoni .

" Lakukan yang terbaik buat mama saya Dok ..! "

Antoni berkata kepada semua Dokter yang melakukan pertolongan kepada mama. selama kurang lebih 40 menit para dokter berpacu untuk menolong mama.

tetapi.....semua sia sia.... aku melihat dokter mulai mencabut satu persatu selang dan semua alat yang ada di tubuh mama ...

aku mulai merasakan mataku gelap dan tubuhku menjadi lemas. akupun terjatuh dan tidak ingat apa apa lagi.

" Anjani ... kamu sudah sadar " perlahan ku dengar suara dan ku mulai membuka mataku , ku lihat Oman yang duduk di sebelah ku . ternyata aku terbaring diruang tunggu dan Oman yang menjagaku.

" Oman.... Mama gimana !!! "

dengan cepat aku terbangun dan duduk lalu bertanya kepada Oman. mendengar pertanyaanku kepadanya ,

Oman hanya bisa menatap wajahku dan tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutnya. tiba tiba Akupun teringat akan Antoni lalu akupun bangkit dan berlari meninggalkan Oman .

" Antoni....aku harus cari Antoni ?" kata ku dalam hati.

Aku berlari menuju ruangan mama , disana aku tidak melihat mama ataupun Antoni , lalu ku berlari keruang perawat untuk menanyakan dimana mama berada...

" suster mama saya ada dimana..!? mama saya di bawa kemana...?!?" dengan nada serak dan air mata yang mengalir dipipiku aku bertanya kesana kesini , ku bertanya kepada semua orang yang aku lihat dan aku temui . aku merasakan jiwa ku sudah menjadi gila dan haus akan informasi tentang mama..

" Anjani.... sudah jangan begini , sabar sayang.. sabaar.." Antoni mengejarku dan merangkul tubuhku , didekapnya erat tubuhku tanpa menyisakan gerak bagiku agar bisa terlepas dan terus berlari mencari mama.

" Antoni.... mama dimanaa...??? " ku pukul pukul punggung Antoni dan aku pun menangis dipelukannya.

" Anjani , semua sudah rencana Tuhan dan mungkin ini yang terbaik " Suara Oman membuat tubuhku semakin lemas dan hanya isak tangis yang bisa mengungkap kan isi hatiku saat ini.

Aku benar benar merasa rapuh dan hampa, pertemuanku hanya 10 menit dengan mama , secepat itu , dan hanya tersedia waktu selama itu...

aku menangis memanggil manggil mama hingga akhirnya aku pun mulai merasakan mataku menjadi gelap dan lemas akhirnya akupun terjatuh dalam pelukan Antoni.

============ °°° ============