Chereads / Biarkan Mata Berbicara / Chapter 23 - Kenangan di Hatiku...

Chapter 23 - Kenangan di Hatiku...

Ibadah kebaktian terakhir mama telah selesai dilaksanakan , Aku hanya bisa terdiam di bangku yang tersedia di samping peti mama , ku pandangi wajah dan tubuh mama untuk yang terakhir kali sebelum acara tutup peti dimulai , aku hanya bisa berfikir Sekalipun airmata ini berganti menjadi air mata darah , tidak akan bisa membangunkan mama dari tidur panjangnya .

" Anjani apakah kamu tetep tidak mau memberitahukan papamu tentang kematian mamamu ini ? " Oman bertanya kepadaku , bukan hanya Oman saja yang bertanya tentang hal ini , bahkan semua pelayat , bertanya tanya tentang dimana papa , dan sanak saudara ku semua.

Aku hanya bisa terdiam dan menatap wajah mereka satu persatu , karena aku tidak mampu menjawab pertanyaan mereka semua . Aku hanya bisa berkata dalam hatiku , " biarlah aku memendam semua ini, , aku tidak perduli apa yang mereka katakan terhadapku" Aku yakin apa yang terbaik bagiku akan terbaik bagi mama juga .

" Oman , tolong bantu gue sampe penguburan mama selesai ya.." ku alihkan pertanyan Oman dengan permohonan agar dia tetep bersamaku sampe selesai semua acara pemakaman mama .

" Anjani , kamu tetep harus bilang sama papa mu , bagaimanapun kau harus bilang apa yang sudah terjadi jangan terlalu egois Anjani " Oman tetep bersikukuh menyuruhku agar aku memberitahukan kematian mama kepada papa . mendengar kata kata yang di ucapkan Oman , semakin emosi di aku di buat nya , aku tidak akan memberitahukan tentang semua ini kepada papa.

tidak ku balas kata kata Oman , aku hanya terdiam dan hanya mampu menatap mama.

" Anjani , kamu mau makan apa , aku pesenin yaa..?

Antoni datang dan memegang tanganku , hanya dia satu satunya orang yang tidak menyuruhku menemui papa , hanya Antoni yang mau mengerti isi hatiku, karena hanya dialah yang selama ini selalu ada disampingku , diriku kini sudah tidak ada harapan lagi ,

dan tidak punya mimpi mimpi lagi , kepergian mama membuat ku merasakan hilang sebagian dalam diriku , ingin rasanya aku menyusul mama , aku masih harus menyelesaikan dendamku maka aku harus bangkit dan masih tetap harus mampu menjalani hidupku ini.

" Antoni , terima kasih ...." ku pegang wajah antoni dan ku jawab pertanyaannya.

Begitu banyak pelayat yang datang , tidak ada satu family pun yang datang baik dari pihak mama ataupun papa , aku hanya bisa melihat satu persatu wajah mereka ....

" Ma , kepada siapa aku harus mengabarkan berita tentang mama ? aku tidak pernah tau saudara saudara kita ma ? " ku bertanya dalam hati kepada mama yang sedang berbaring tertidur dihadapanku .

Aku hanya bisa terdiam ketika mereka bertanya , karena aku sendiri tidak tau apa yang harus ku jawab , selama ini aku tidak mengenal sanak saudara ku , karena papa dan mama tidak pernah bercerita kepadaku dan mengenalkan ku kepada mereka , sering aku bertanya kepada mereka disaat saat liburan tiba , ingin aku berlibur kerumah saudara saudara , tetapi mereka hanya menjawab dengan senyuman , mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan kata kata....

" nanti ketika kamu dewasa kamu akan mengerti alasannya "

" Maa , kenapa kamu meninggalkan aku dengan beribu ribu tanda tanya yang harus aku selesaikan ?

Peti mulai perlahan lahan turun ke dalam tanah ,

entah sudah berapa kali diriku tak sadarkan diri dalam mengantar mama ketempat terakhir ini. aku merasa ,

air mataku sudah tidak bisa menetes lagi , suaraku untuk memanggil manggil mama pun sudah habis yang tersisa tinggal kehampaan dalam jiwaku sehingga membuat lidahku menjadi kelu dan beku .

Pelemparan tanah pertama kuberikan kepada mama , bukan dengan perasaan ikhlas melainkan dendam ,

yaa.. dendam ku kepada papa , karena papa yang membuat aku kehilangan mama , karena papa yang membuat mama pergi untuk selama lamanya..

tanah demi tanah mulai menutupi peti mama , dan kini hanya gundukan tanah yang terlihat jelas dihadapanku.

" Ma , jangan khawatir , aku akan membuat mama tidur tenang dialam sana , Ma.... papa kini sudah di penjara , aku akan buat papa lebih sengsara hingga dia menjemput ajalnya "

dengan sesungging senyum , ku berbicara dalam hati kepada mama .

Tekad ku makin membara untuk melihat papa sengsara dalam hidupnya . aku tidak lagi memperdulikan apa itu arti dosa , yang ada tinggal lah sumpah dan dendam yang harus aku jalani .

" Anjani , ayuk kita pulang "

Antoni memapah tubuhku untuk meninggalkan mama sendirian disana .

Bagaikan tersayat sayat rasa hati ini jika melihat gundukan tanah itu , tidak terima , tidak ikhlas , dan ingin ku bongkar kembali , tapi kenyataan ini harus aku hadapi , aku kini sendiri dan harus mampu menjalani semua ini .

Kini aku hanya memiliki Antoni , hanya dia yang bisa mengerti tentang kemauanku saat ini ,

Aku menyadari kemauannya untuk melindungiku begitu besar , sedetik pun dia selalu berusaha untuk selalu ada disampingku .

Mama dan Antoni adalah 2 orang yang terpatri indah didalam jiwaku .

" Anjani , gue balik dulu ya , kalo lo perlu bantuan gue , lo telpon aja , nyokap bokap gue juga selalu ada buat lo kalo lo perlu mereka "

Oman memegang tanganku dan berpamitan , bagiku Oman lebih dari saudara , dia dan keluarganya adalah seperti orang tua keduaku .

" Man , terima kasih untuk semuanya , gue belom sempat bicara banyak ama nyokap bokaplo , besok gue kerumah lo ya ..... sekarang gue lelah banget "

dengan nada pelan dan lirih ku menjawab Oman .

" Yaa.... lo istirahat aja deh , Antoni , Lo jagain Anjani ya , gue percaya lo ngga akan buat die sedih "

Oman merangkul Antoni , dia mempercayakan Antoni untuk selalu menjagaku .

Kulihat wajah Antoni yang begitu bersemangat mendengar kata kata yang keluar dari mulut Oman , ada kebanggaan yang tersirat dalam raut wajahnya , dia ingin membuktikan akan arti kepercayaan yang di berikan Oman kepadanya.

" Man , gue akan selalu menjaganya , sampai napas terakhir gue , dan gue mohon lo selalu ingetin gue ya, kalo sewaktu waktu gue lupa akan janji gue "

Mereka berdua membuat janji akan diriku , aku hanya bisa memandangi mereka dan sambil tersenyum bahagia , yaa...senyum pertama ku saat kepergian mama , aku bersyukur memiliki mereka saat ini , karena mereka selalu menyemangati hidup ku ,dan membuat ku melihat akan ada hari esok yang bisa kuraih lebih baik dari hari ini .

Kulihat langit yang mulai menampakan lembayung senjanya , membawa semua kenangan tentang mama ,

" Ma.... terima kasih telah melahirkan ku " ucapku dalam hati . Kurasakan tangan Antoni yang selalu menggemgam tanganku dan merangkul tubuhku .

Kusandarkan kepala ini di pundaknya , dia membuat ku merasakan ketenangan dan rasa nyaman untukku.

" Antoni , apakah aku harus melihat papa ? " tanpa kusadari mulut ini bertanya tentang papa kepada Antoni , dan Antoni pun terkejut mendengar pertanyaanku .

" Apa ...? beneran lo mau liat bokap lo ? kalo mau ya gue antar sekarang juga ...."

jawaban Antoni yang begitu bersemangat membuatku menjadi salah kaprah akan pertanyaanku sendiri .

" Neng Anjani , maaf nih.. Pak Ali bukannya mau ikut campur , tapi memang seharusnya Neng Anjani melihat papanya , dan cerita sama papanya , karena bagaimana pun neng Anjani adalah anaknya , dan mama nya Neng adalah istrinya..."

mendengar kata kata yang diucapkan pak Ali kepadaku , membuat ku sadar akan kesalahan yang telah aku lakukan . tetapi jika aku teringat mama jadi seperti ini karena papa , aku semakin membencinya.

" Tapi pak ..... mama pergi ini semua karena papa ?!?

haruskah saya memberitahukannya , saya malah takut jika papa mendengar tentang mama dia malah tertawa bahagia bukan menangis dan menyesalinya "

aku pun mulai berdebat dengan pak Ali .

" Anjani , gue tau rasanya kehilangan , karena gue juga pernah keilangan mama , dan sampai saat inipun gue masih tidak mau terima mama tergantikan , tapi seiring bersama waktu , gue harus melihat kenyataan bahwa gue harus menerima dan harus menjalaninya "

Antoni pun mulai ikut dalam perdebatan ku bersama pak Ali .

Aku hanya bisa terdiam dan menyimak kata kata dan maksud mereka berdua . Ku alihkan pandanganku dari mereka , Ku tatap kembali langit yang mulai berwarna . Seakan akan menggambarkan mama yang sedang melihatku dari sana .

" Ma , haruskah aku melihat papa ? " kutanya kepada mama dari dalam hatiku .

Kulihat kembali Pak Ali yang serius dalam tugasnya , lalu ku lihat Antoni yang begitu sabar mendampingiku .

" Pak Ali , tolong antar aku melihat papa ! "

akhirnya hati ini pun telah membuat keputusan .

" Oh... baik Neng ,siaaap " dengan Nada menghibur pak

Ali menjawab ku .

" Anjani , gue tau... lo itu anak yang berbakti "

Antoni memeluk dan mencium keningku , aku jadi bingung dengan tatapan mereka melihatku.

kenapa mereka bahagia mendengar keputusan ku ini.

padahal aku sendiri masih agak ragu dengan keputusan ku ini . tapi sudahlah...ini semua memang harus terjadi ...seperti kata Antoni..

" Ini semua memang harus aku hadapi "

=========== °°° ==========