Chereads / The Second Throne / Chapter 39 - Silver Arrow (5)

Chapter 39 - Silver Arrow (5)

Panah Perak__5th Part

Seorang pria bermahkota dengan jubah suteranya yang berwarna perak duduk di balik tirai putih dalam sebuah ruangan. Hanya ada Penasehat Agung Frederick Rainar dan Raja-Muda Devian Argus di hadapannya. Mereka berlutut, bahkan nyaris bersujud untuk menyembah pria bermahkota tersebut. Rambut pirangnya yang panjang terurai sampai ke bagian punggung, sedangkan kedua siluet biru matanya adalah warna yang diwariskan secara turun-temurun dalam silsilah keluarga Kerajaan-Tertinggi Axton. Pada dahinya, terdapat lukisan burung api berwarna kemerahan, sama seperti milik Luce. Kedua tangannya yang dihiasi oleh perhiasan zamrud dibiarkan terbuka di atas kedua kakinya yang sedang duduk bersila. Pria itu adalah ayahanda Devian, Raja-Tertinggi Axton, Eginhard Idylla yang sedang mencemaskan keponakannya, Luce.

Eginhard menyibakkan tirai yang menutupi dirinya kemudian berjalan keluar untuk menemui Rick dan Devian yang masih menundukkan kepala. "Yang Mulia, anda tidak perlu sampai turun dari singgasana seperti ini," ucap Rick.

"Kalau aku berhenti bertapa sejak dulu, mungkin Pangeran Lucas tidak akan sampai menghilang seperti ini," jawab sang Raja sambil menyilangkan kedua tangan di punggung. "Susah payah kita menjaganya dalam waktu sepuluh tahun, kalau ternyata berakhir seperti ini, aku tidak bisa tinggal diam. Putra Mahkota Alcander sepertinya memang berniat menyelesaikannya dengan cara perang."

"Saya rasa Yang Mulia terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan," ucap Rick kemudian berdiri disusul oleh Devian. "Pangeran Illarion hanya berusaha mengembalikan status dan semua hak milik Pangeran Lucas. Kalaupun Pangeran Lucas sampai menghilang seperti ini, itu bukan karena kemauan Pangeran Illarion. Saya yakin ada seseorang yang juga menginginkan kekuatan milik Pangeran Lucas."

"Aku sudah tidak peduli lagi sekarang," Eginhard melepas mahkotanya yang dipenuhi berlian dan meletakkannya pada sebuah nakas di dekat jendela yang terbuka. Pemandangan Ibukota Estefania terlihat begitu kecil dari sana. Pria itu kemudian melepas jubah sutera yang dikenakannya dan mengikat rambutnya erat-erat. "Mereka telah membunuh adikku, Putri Ireene el Idylla," lanjutnya sambil menghela napas panjang. "Aku pikir dengan mengorbankan Pangeran Jean, aku bisa mengambil alih kekuatan itu lagi dan menyelamatkan Luce. Tapi sepertinya Pangeran Jean sudah mengetahui tentang perjanjian darah dari seseorang. Kalau begini caranya, kekuatan yang terkumpul dalam diri Luce sekarang hanya akan tunduk pada Pangeran Jean dan jika Pangeran Jean benar-benar dibunuh, maka aku juga akan kehilangan Luce."

"Ayahanda," Devian tiba-tiba angkat bicara. "Kenapa ayahanda kelihatannya lebih menyayangi adik ipar daripada Pangeran Jean? Bukankah mereka berdua sama-sama sepupuku?"

"Kenapa ya?" Eginhard tersenyum. "Mungkin karena Luce sama sekali tak punya keinginan untuk menjadi seorang Raja. Dia begitu rendah hati seperti bibimu sampai-sampai tak menyadari bahwa sebenarnya dia jauh lebih kuat dari yang dia bayangkan. Bahkan kalau kekuatan itu telah bangkit seutuhnya, Luce bisa menjadi penguasa di manapun dia berada, tapi dia tidak mau menggunakannya. Sementara Pangeran Jean, dia lebih mirip ayahnya." Raut wajah Eginhard tiba-tiba berubah penuh kebencian. "Pria yang melakukan segala cara untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya."

"Tapi karena kondisinya sudah terlanjur seperti ini, mau tidak mau kita harus menyelamatkan keduanya," Eginhard menambahkan. "Lebih baik kalau kita membagi dua rencananya. Aku akan langsung mendatangi kastil Alcander dan menjemput Pangeran Jean sementara kau, Devian, harus menelisir seluruh isi Hutan Terlarang dan menemukan Luce dalam waktu dua puluh empat jam ini. Jangan sampai Pangeran Illarion mendahuluimu karena aku akan membuat perhitungan dengannya."

Devian sempat terdiam memikirkan maksud ucapan ayahnya tapi beberapa saat kemudian dia akhirnya membulatkan tekad, "Baiklah, ayahanda. Aku akan membawa beberapa anggota Legiun Seiryuu untuk mendampingiku. Lalu, karena Paman Rick tidak bisa pergi kemanapun, sebaiknya ayahanda membawa seorang pengawal juga atau aku bisa memerintahkan Erich Harbyn untuk menemani ayahanda."

"Erich Harbyn?" sang Raja merenung sejenak, kemudian menanggapi. "Sudah sepuluh tahun, sepertinya aku harus merepotkan orang itu lagi. Tidak ada pilihan lain. Setidaknya dia sudah punya pengalaman untuk menemaniku berkunjung ke Alcander."

"Kalau begitu, kami berdua akan berputar melewati jalur selatan sementara kau langsung saja menuju ke perbatasan timur dan menyebar pasukan. Pangeran Illarion mungkin akan menyewa beberapa magus dari Gretasha untuk bisa masuk ke wilayah iblis itu. Sedangkan kau..." Eginhard mengalihkan pandangan pada Rick, "Utuslah Guardian kita yang bertugas di sana untuk menyampaikan surat ultimatum pada mereka. Bermain-main denganku, berarti harus siap menanggung segala resikonya."

*bersambung ke part berikutnya