Chereads / The Second Throne / Chapter 37 - Silver Arrow (3)

Chapter 37 - Silver Arrow (3)

Panah Perak__3rd Part

Cicit suara tikus berlarian di antara dinding lorong bawah tanah kastil yang lembab, tempat para kriminal ditahan untuk yang kesekian kali sepanjang hidup mereka. Setiap dindingnya diterangi cahaya obor temaram yang melukiskan setiap bayangan prajurit yang berjaga atau melewatinya. Di antara para prajurit itu, ada seorang pria paruh baya bernama Regulus Swaz, yang juga merupakan jenderal tertinggi Alcander, sedang berjalan mendekati salah satu sel di ujung lorong. Suara teriakan seseorang yang sedang disiksa terdengar dari tempat tersebut, menggema hingga menakuti semua kriminal yang meringkuk di balik jeruji sel masing-masing.

"Telingaku sampai sakit mendengar suara pria keras kepala itu." Regulus mengorek salah satu telinganya dengan jari sambil meludah ke sembarang tempat. Tampangnya sangar dengan jambang dan bewok kecokelatan memenuhi kulit wajahnya. Tubuhnya juga terlihat kekar dan berotot meskipun tertutup zirah besi yang berat. Pria itu kemudian masuk ke tempat asal suara setelah Evan membukakan pintu jeruji untuknya. "Apa dia sudah memberitahu ke mana anak buahnya membawa pergi Pangeran Kedua?" dia bertanya.

"Dia tidak mau membuka mulut sama sekali," jawab Evan sambil menggeleng. "Jenderal Swaz, kalau boleh saya ingin sekali pergi menemui Putra Mahkota untuk mengabarkan berita ini agar beliau segera mengambil langkah untuk rencana kita selanjutnya. Untuk di sini, selanjutnya saya serahkan pada anda. Hanya saja, Putra Mahkota berpesan agar jangan sampai membunuhnya, karena dia adalah sandera yang berharga."

Regulus melambaikan tangan kanannya. "Kau tidak perlu khawatir dan lakukan saja tugasmu itu. Aku di sini juga untuk melakukan apa Yang Mulia Ratu perintahkan. Selama Raja belum mengetahui semua ini, rencana kita akan terus berjalan tanpa halangan. Lebih cepat tuntas, bukankah lebih baik."

"Terima kasih atas pengertian anda, saya permisi," Evan meletakkan tangan kanannya di dada untuk memberi hormat sebelum melenggang pergi, sementara Regulus mengepalkan kedua tangannya sambil menghembuskan napas panjang dari lubang hidungnya yang besar.

*bersambung ke part berikutnya