Chereads / The Second Throne / Chapter 36 - Silver Arrow (2)

Chapter 36 - Silver Arrow (2)

Panah Perak__2nd Part

"Masih belum tidur?" Terence tiba-tiba duduk di sebelah Luce beberapa jam setelah Eleanor terlihat meringkuk di balik jubah kulit Terence. "Apa masih memikirkan hal yang sama sejak kepergian kita dari Alcander? Sebentar lagi mungkin Pangeran Illarion akan mengirimkan orang-orangnya kemari. Kita harus bergegas dan membangunkan Eleanor sebelum fajar tiba."

"Gadis itu..." Luce tiba-tiba bertanya. "Walaupun sama-sama anak angkat dari Paman Fletcher, bukankah mereka berdua itu bersaudara? Sampai sebegitu sukanya pada kakakku, dia pasti sudah sangat lama memendam perasaannya itu."

Terence tersenyum. "Di balik sikapmu yang keras kepala itu ternyata kau masih saja memperhatikan perasaan orang lain. Aku benar-benar tidak menyangka," ucap pria berambut ungu tersebut. Dalam hatinya berbisik, "Aku benar-benar tidak menyangka kalau bocah ini bahkan terlalu mirip dengan Tuan Besar. Mereka berdua lebih tepat disebut sebagai bayangan dari masa lalu dan masa depan."

"Tapi aku sepertinya sama sekali belum pernah melihatmu sejak kecil," kata Luce sambil memperhatikan Terence yang berdeham kecil.

"Tentu saja kau tidak mengingatku," Terence menimpali. "Aku dulu adalah putra tunggal bangsawan Collin. Ayahku masih ada hubungan saudara dengan Fletcher St. Claire dan sebenarnya hubunganku dengan Tuan Besar di masa lalu tidak terlalu baik," dia teringat sosok mudanya yang begitu angkuh dan selalu meneriaki Jean dengan sebutan anak haram. "Kemudian saat Tragedi Grissham terjadi, rumah dan seluruh harta keluargaku hangus terbakar. Perusahaan tambang milik ayahku bangkrut sampai-sampai kami harus menjual sisa aset yang kami miliki pada Keluarga St. Claire yang entah kenapa satu tahun setelah tragedi itu terjadi, menjadi keluarga bangsawan paling berpengaruh di Alcander. Karena itu, aku melayani Tuan Besar sampai sekarang."

"Dunia ini benar-benar lucu," Terence menahan tawa gelinya. "Roda kehidupan ternyata begitu mudah berputar dan memutarbalikkan semua impian dan kenyataan. Karenanya aku sangat percaya ketika Tuan Besar berkata bahwa suatu saat nanti, tahta Alcander akan kembali pada garis keturunannya yang sah dan ketika hari itu tiba, kami semua akan ada di bawah altar yang sama untuk memuja raja baru kami. Raja yang benar-benar mengerti arti dari semua penderitaan dan perjuangan kami, raja yang tahu bagaimana dia harus bersikap ketika dia menjadi bangsawan ataupun menjadi rakyat jelata sekalipun, raja yang sanggup memimpin dengan adil semua kalangan rakyat dengan kekuatan terbesar yang pernah ada untuk melindungi kami. Itulah cita-cita kami dan juga mendiang Putri Ireene El Idylla."

"Ibunda..." Luce tanpa sadar menitikkan air mata lagi. Dia sangat terharu sampai tak sadar sembab di wajahnya mungkin tidak akan hilang sampai beberapa hari ke depan. Pemuda itu segera bangkit dan membasuh wajahnya dengan air sungai. Lagi-lagi dia memandang pantulan wajahnya di permukaan air tersebut. "Tenang saja ibunda, aku sudah menentukan tujuan hidupku. Mulai saat ini akan kuwujudkan semua keinginanmu itu. Bukan dengan menjadi raja, tapi dengan meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh ibunda, Paman Fletcher, dan kakak," lirihnya.

*bersambung ke part berikutnya