Chereads / [BL] Aku Akan Menangkapmu / Chapter 3 - Keterlaluan

Chapter 3 - Keterlaluan

Aldo, "Hoy~ orang-orang melakukan pertemuan di restoran, cafe, atau di tempat lainya. Tapi kenapa kita melakukan pertemuan pribadi di taman bermain dekat rumah kita sendiri!?"

Govinda, "Ia benar, kenapa di taman bermain? Biasanya kita selalu membahas sesuatu yang penting di rumahmu. Dan ada apa juga dengan wajah kusutmu itu? Sangat tidak sedap di pandang."

Kedua sahabatku sedari lahir itu kini sedang menatapku dengan penuh tanda tanya besar di kepala mereka. Jika ini sebuah Comik atau film anime, mungkin saja si penulis akan menggambarkan tanda tanya besar di atas kepala mereka berdua.

"Tandri kembali." Tampa embel-embel panjang aku langsung mengungkapkan apa yang akan aku ucapkan kepada mereka berdua.

"Tandri siapa?" Jawab Aldo dan Govinda secara bersamaan. Sialan, apa mereka sudah melupakan manusia satu itu?

"....!!"

Oh tidak, tentu saja mereka sudah melupakannya seperti halnya dengan diriku. Siapa yang mau mengingat seseorang yang pergi selama 13 tahun tampa ada kabar itu?

Elen, "Tandriasrullah Saputra Brawijaya!!"

"Apah!!! Tandriasrullah Saputra Brawijaya!!" Serempak.

Govinda, "Lalu apa masalahnya dengan dia kembali ... Dan ada apa dengan wajah khawatirmu itu?"

Aku memijat pelipisku yang sudah nyut-yutan ini, dalam hati kecilku, aku berteriak, sialan tentu saja aku khawatir dengan kedatangan sekaligus keberadaanya di sini, itu membuatku merasa sangat tertekan. Bagaimana tidak, pria gila itu ingin meniduriku sampai mati.

"Aku khawatir jika kita bertiga akan di tin..." (tindas olehnya)

"Elen, kau disini ternyata."  Aku membulatkan kedua mataku, suara berat itu, itu suara Tandri. Aku langsung dengan cepat kilat menengok ke asal suara.

Cup...

Sialan orang gila ini menciumku lagi.

"Apa yang kamu lakukan?!" Aku berteriak panik dan berdiri menjauh dari tempat aku duduk tadi.

"Menciummu." Jawab pria gila itu santai.

Kedua sahabatku menatapku bingung. Mengerti dengan tatapan mereka, akupun cepat-cepat menjelaskan sebelum terjadi kesalahpahaman.

"Ini tidak seperti yang kaliana pikirkan ... Pria ini..." Aku menunjuk tepat di depan Tandri.

"Dia Tandri."

Kedua sahabatku terkejut, "Apa!! Tandri!!"

Aldo, "Shia, bagaimana mungkin?!"

Aku melihat wajah kedua sahabatku yang terlihat sangat terkejut sekaligus syok itu. Lihat apa kalian berdua masih mau meremehkannya!

Elen, "Kenapa kamu mencariku?"

"Rindu."

"....!"

Apa-apaan dengan jawabanya itu. Sangat menjengkelkan.

Pria gila itu berjalan dengan santainya ke tempat yang aku duduki tadi. Kedua bola mata tajam miliknya kini mengarah ke pasir yang biasa di mainkan anak-anak komleks ini.

"Apa kalian bertiga sedang menghitung butiran pasir?" Ucapnya dengan tampang mengejek kepada kami.

Dari pada merasa terancam di dekat pria gila ini, akupun mengajak teman-temanku bergegas pergi meninggalkan pria gila itu sendirian di taman bermain anak-anak. Saat berjalan pergi, aku sempat meliriknya sedikit, dia terlihat diam dengan wajah datarnya, matanya melirikku dengan sangat tajam dan mematikan, melihat itu akupun cepat-cepat membuang pandanganku ke arah lain.

Benar-benar. Aku benar-benar harus menjauh dari Tandri, apapun yang terjadi.

Aku yakin sekali, maksud dan kedatangannya kembali ... dia hanya ingin membalas apa yang telah aku dan teman-temanku perbuat sewaktu masa kecil.

Aku tidak tahu, apa yang dia lakukan setelah pergi meninggalkan rumah dan tinggal di Inggris. Dia pasti tertekan dan berusaha sangat keras agar bisa mendapatkan tubuh ideal seperti itu.

Sudah lupakan, aku tidak ingin lagi memikirkannya.

Aku dan kedua sahabatku berjalan menuju rumah Aldo yang tidak jauh dari rumahku. Hanya melewati 6 rumah dari rumahku untuk sampai ke rumah Aldo.

Dan rumah Aldo bersebrlahan dengan rumah Govinda.

Kami semua adalah tetangga satu Blok.

.....

Govinda, "Bagaimana bisa dia tumbuh menjadi sangat tinggi dan tampan seperti itu!!?"

Aldo, "Tinggiku saja 180 cm, namun masih juga terlihat pendek jika berada di dekatnya."

"Kamu masih mendingan, nah aku ... tinggiku hanya 175 cm. Dan bagaimana denganmu Elen, berapa tinggimu?"

Kedua sahabatku itu menatapku intens.

"Jangan bertanya, aku merasa seperti tuyul jika berada di dekatnya."

Beberapa saat kemudian, kami bertiga terhanyut dalam pikiran kami masing-masing.

"Elen kalau boleh jujur nih..." Aku dan Govinda menatap Aldo yang kini sudah berwajah serius. Jujur saja aku sedikit terkejut dengan wajah Aldo yang serius seperti ini. Biasanya Aldo menggunakan tampang itu pada saat bekerja sebagai dosen Psikologi di Universitas B.

".. sebaiknya kamu menghindari Tandri deh, entah kenapa, aku melihat cara dia menatapmu dan cara menatap Aku dan Aldo, sedikit berbeda"

"Be–berbeda gimana?" Jujur aku sangat gugup saat ini.

"Gimanayah mau jelasinya, intinya dia menatapmu dengan tatapan penuh napsu birahi. Seperti seorang pria menatap seorang wanita berdada besar dan bohay."

"Sialan," Spontan aku refleks menutup tubuhku dengan kedua tanganku, "jangan membuatku takut... Kenapa hanya aku yang di tatap seperti itu olehnya?"

Aku melihat Govinda sedikit memikirkan sesuatu, "Mungkin kamu terlalu cantik dan imut, sampai membuatnya tertarik!"

Elen, "..." ( – _ – )

Aku menatap kedua sahabatku dengan tatapan was-was, "Apa kalian berdua juga tertarik padaku?"

.

.

.

Bersambung . . .

😖 Tidak bisa berpikir 😫😫😫