Chereads / Hingga Akhir Waktu / Chapter 9 - Episode 10

Chapter 9 - Episode 10

2 November 2020

Hingga akhir waktu

Episode 10

Soici tidak tahu harus berbuat apa, dia memandang Sang kakak berniat memintak pertolongan, tapi kakaknya itu hanya mengedipkan mata yang membuat dirinya semakin bingung. Pria itu kemudian membalas pelukan kakak iparnya hingga gadis itu sendiri yang melepaskan pelukan. Sonia menolehkan kepalanya kepada Sang suami yang masih menatap mereka penuh arti.

"Soici, kamu lihat apa?!" tanyanya galak. Fransis mengalihkan perhatiannya dari Sang istri, ia lebih memilih meraih mangkuk bubur yang berada di atas meja, lagi-lagi pertanyaannya diabaikan oleh suaminya, gadis merasa kesal karena terus diabaikan.

"Ck, Soici. Tadi kau pasti memperhatikan kami,'kan? Kenapa kamu tidak menikah saja dengan salah satu perempuan itu?" tanyanya jengkel. Pria itu masih mengabaikan dirinya, bahkan terlihat asik menikmati buburnya.

"Soici…!!!" panggil Sonia setengah berteriak.

"Hn," jawab Fransis singkat. Gadis itubenar-benar kesal dibuatnya, ia mengepalkan kedua tangannya menahan emosi, ingin rasanya dia mencakar wajah kelawat datar di depannya tersebut.

"Dari tadi aku bicara padamu, Soici. Dan kau hanya mengatakan'hn' oh tidak, aku rasa itu bukan kata, melainkan gumaman tidak jelas, Soici," geramnya.

Tuk….

Fransis meletakkan kembali mangkuk bubur tersebut setelah itu ia meminum susunya dan segera bangkit dari posisi duduknya kemudian pergi tanpa memperdulikan ocehan istrinya membuat Sang istri semakin kesal dibuatnya.

"Mau kemana kau?!" tanyanya.

"Tidur, mau ikut?" tanya Fransis sambil menyeringai genit, sebuah tawaran yang sangat menyenangkan. Gadis itu memperhatian suaminya mulai ujung kaki hingga ujung rambut, sepertinya hangat bila tidur dalam dekapannya, menyadari pikiran kotornya, ia menggelengkan kepalanya.

Fransis menaikkan sebelah alisnya melihat Sang istri yang sepertinya berusaha mengusir sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya, setelah itu ia kembali melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan keanehan gadis itu, sedangkan Soici hanya memandang heran kakak iparnya tersebut, kenapa setelah memandang kakaknya dari ujung kaki hingga ujung kepala langsung menggelengkan kepala, mungkinkah gadis itu telah memikirkan sesuatu yang manis dalam otaknya.

"Kau kenapa, sayang?" tanyanya. Sonia tersentak, setelah itu ia berbalik memandang adik iparnya dengan senyuman manis menghiasi bibirnya.

"Tidak apa-apa, Frans. Ayo, kita tidur," katanya.

"Hah? Oh, baiklah," jawab Soici yang kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa, mana mungkin dirinya mengkhianati kakaknya sendiri dengan meniduri kakak iparnya. Setelah itu mereka berdua bangkit dari tempat duduknya, pria itu berjalan dengan hati gelisah, kemudian ia mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan pesan untuk Sang kakak tercinta.

Kakak, aku harus bagaimana? Istrimu mengajakku tidur bareng. Aku tidak mungkin tidur bersamanya,'kan? Kita kembali bertukar posisi saja, ya?

Fransis yang baru saja hendak membaringkan tubuhnya di atas Kasur empuk miliknya terganggu dengan dering ponsel miliknya, bibirnya tersenyum tipis ketika membaca pesan dari adiknya, ternyata Sang adik masih setia terhadapnya dan tidak mengkhianatinya, kemudian dia mengetikkan pesan untuk membalas pesan dari adiknya.

Hn

Soici melongo membaca balasan pesan dari kakaknya, ia melirik kakak iparnya, pria itu menghela napas sekarang dirinya benar-benar tidak mengerti dengan apa yang harus dilakukannya,"Apa aku harus menidurinya?" batinnya penuh dengan dilema.

Pria it uterus memperhatikan kakak iparnya yang terus berjalan menuju kamar pengantin, ketika gadis itu masuk kedalam, Soici segera menyelinap pergi tanpa sepengetahuan Sang kakak ipar. Sonia merasa heran karena dia tidak merasakan kehadiran pria itu dibelakangnya, ia pun membalikkan tubuhnya, memang benar Soici sudah tidak ada disana.

"Kemana dia?" bingungnya.

"Cari siapa?" tanya seorang pria dari belakang. Sonia terkejut, ia pun kembali membalikkan tubuhnya, matanya melihat sosok Sang suami yang tengah bersandar di dipan, pria itu menggunakan kaca mata hingga dia tidak tahu, apakah itu Fransis atau Soici. Pria itu juga menggunakan kemeja hitam membuat dahinya berkerut.

"Tampan dan terlihat dewasa," gumamnya. Perlahan gadis itu melangkahkan kakinya mendekati Sang suami, matanya memperhatikan suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Sejak kapan kau disini? Bukankah tadi kau masih diluar?" tanyanya bingung. Fransis menatap gadis itu jengah, bagaimana mungkin gadis itu tidak bisa membedakan antara dirinya dan adiknya, apakah hanya terhalang oleh sebuah kaca mata hingga istrinya itu tidak bisa melihat langsung pada tatapan matanya. Merasa tidak ada respon, Sonia merengut kesal.

"Kau mirip dengan Soici, atau jangan-jangan kau juga mau ikut-ikutan mau membuatku kesal," katanya.

"Kalau mau tidur, tidak usah bawel," balas Fransis tanpa memandang istrinya membuat dahi gadis itu berkerut.

"Kau, Fransis Lonenlis,'kan?" tanya Sonia memastikan.

"Lee Min Hoo," jawab Fransis acuh. Rasanya gadis itu sangat ingin tertawa mendengar jawaban menggemaskan dari Sang suami. Sonia memperhatikan sekelilingnya, kamarnya sangat besar dan mewah, segala macam perabotannya juga terlihat sangat mahal, setelah itu matanya memperhatikan tempat tidur disebelah suaminya.

"Apa aku harus tidur denganmu?" tanyanya ragu.

"Apa kau ingin tidur dengan kambing?" tanya Fransis balik. Gadis itu sangat kesal karena merasa dipermainkan ,apa sekarang suaminya itu sangat mirip dengan adik iparnya? Dia tidak tahu saja kalau yang sangat menyebalkan itu dari dulu hingga sekarang adalah suaminya sendiri. Dari pada berdebat yang tidak penting dengan manusia yang sangat menyebalkan itu, lebih baik ia segera tidur. Sonia pun berjalan memutar lalu berdiri disisi ranjang sebelah Sang suami.

"Kau yakin, aku akan tidur disini?" tanyanya masih ragu, matanya masih memperhatikan ranjang empuk yang sudah sangat jelas akan terasa nyaman bila ditiduri. Lama-lama Fransis sangat kesal dengan istrinya itu, kenapa mau tidur saja ribut, bukankah tinggal naik lalu tidur dan tutup mata. Pria itu menutup bukunya dengan kasar lalu melepas kacamatanya kemudian menatap tajam Sang istri.

"Kau ingin tidur dikandang ayam?!" kesalnya. Sonia berjenggit mendengar bentakan suaminya, baru kali ini pria itu terlihat sangat kesal, tapi ada yang berbeda dari tatapan mata Sang suami, tatapan mata yang dingin sama persis dengan tatapan pria yang dikiranya mengalami kontraksi, artinya pria didepannya itu adalah adik iparnya.

"Soici, kenapa, kau bisa disini?" tanyanya marah, karena menurutnya kamar ini seharusnya adalah kamarnya dan Sang suami bukan untuk adik iparnya.

"Soici dikamarnya," jawab Fransis kesal. Gadis itu menyerngit bingung, kepada pria it menyebutkan kalau Soici berada dikamarnya padahal dirinya ada disini dalam kamarnya dan Sang suami.

"Apa maksudmu?! Kau itu Soici dan ini kamar suamiku," balas Sonia tidak terima. Kesabaran Fransis benar-benar habis, tidak aka nada selesainya jika dirinya harus meladeni Sang istri untuk berdebat hal yang tidak penting, pria itu mengeluarkan KTP dari dompetnya lalu meleparkannya pada Sang istri agar gadis itu mengerti bahwa dirinya adalah Fransis Lonenlis bukan Soici sugami. Gadis itu memandang heran KTP yang dilempar suaminya.