Pria itu kembali membuka matanya ketika telinganya mendengar nama suara Sang istri memanggil nama adiknya yang tertuju padanya. Sonia memperhatikan tubuh pria yang dikira adik iparnya tergeletak dilanta, pria itu terlihat sangat lemah, ia pun segera menghampiti pria yang dikira adik iparnya tersebut. Gadis itu menekut kedua lututnya disamping tubuh suaminya.
"Soici, kau kenapa? Wajahmu pucat sekali," tanyanya heran. Pria itu hanya terdiam membisu lebih tepatnya ia tidak memiliki tenaga sama sekali walau hanya sekedar menjawab pertanyaan dari Sang istri. Klereng matanya melirik kearah botol kecil yang berisi botolan obat. Sonia mengikuti arag pandang pria itu, seakan mengerti apa yang diinginkan, gadis itu segera bangkit dan berjalan menghampiri botol tersebut lalu mengambilnya, setelah itu ia kembali menghampiri suaminya dan kembali berjongkok.
"Kau sakit? dan butuh obat ini?" tanyanya memastikan. Fransis hanya mengedipkan matanya untuk memberi isyarat pada istrinya bahwa dirinya memang sangat membutuhkan obat tersebut. Sonia segera membuka tutup botol obat tersebut lalu menyerahkan butiran isinya pada Sang suami, tapi kelihatannya pria itu benar-benar tidak memiliki tenaga apapun karena merasa tak tega, gadis itu membantu suaminya meminum obat tersebut.
Setelah merasa lebih baik, Fransis mencoba untuk bangkit dari posisinya lalu mendudukkan dirinya dikursi. Sonia memandang pria itu curiga.
"Aku tidak mengalami kontraksi," ucap Fransis seolah mengerti jalan pikiran istrinya. Gadis itu mengangguk mngerti, setelah itu ia ikut mendudukkan diri disamping suaminya, matanya mengamati botol obat tersebut.
"Ini untuk obat sakit perut,'kan?" tanyanya memastikan.
"Hn," jawab Fransis datar.
"Kalau tidak mengalami kontraksi, kenapa kau meminumnya?"
Hampir saja Fransis menyemburkan minuman yang diminumnya, pertanyaan gadis itu sungguh membuatnya hampir terkena darah tinggi, kenapa bisa minum obat sakit perut dilibatkan dengan kontraksi wanita hamil, memangnya didunia ini kasus sakit perut hanya terjadi pada wanita hamil yang mengalami kontraksi?.
"Kau bisa membaca?" tanya Fransis geram.
"Tentu saja, aku ini sekolah. Tentu saja aku bisa membaca," jawab Sonia tersungut-sungut.
"Kalau begitu, bacalah!" balas Fransis. Gadis itu memandang bingung Sang suami.
"Baca tulisan di botol itu!" perintah Fransis kesal menghadapi sikap istrinya yang lemot tapi kadang menjengkelkan, kenapa gadis itu selalu membuatnya kesal padahal dirinya baru saja hampir mati kerena kejiwaan adiknya kembali kambuh, sekarang dibuat naik darah dengan sikap istrinya bahkan tubuhnya masih terasa sangat lemah. Gadis itu pun mulai mengambil botol tersebut lalu membacanya. Ternyata obat yang diminum pria itu adalah obat maag, dia tidak tahu saja kalau sebenarnya Fransis telah menaruh obat penyakit kangker kedalam botol obat sakit maag.
"ternyata ini obat sakit maag, aku pikir obat kontraksi," katanya sambil menganggukkan kepalanya. Fransis memandang sinis gadis itu, bagaimana mungkin istrinya itu selalu mengira dirinya kontraksi, apa dipikir dirinya seorang wanita hamil.
"Jadi, barusan maag mu kambuh?" tanya Sonia memastikan.
"Hn," jawab Fransis jengah. Lagi-lagi gadis itu mengangguk mengerti. Tak lama kemudian, Soici datang dengan semangkuk bubur dan segelas susu di tangannya.
"Itu, untuk siapa Frans?" tanya Sonia ketika melihat pria yang dikira sebagai suaminya membawa susu dan bubur.
"Tentu saja untuk adikku tersayang. Kau tahu? Soici dari tadi pagi hingga sekarang belum makan, jadi aku sengaja membuatkan bubur dan susu untuknya," jawab Soici yang berpura-pura menjadi Fransis. Pria itu seakan telah melupakan apa yang telah dilakukan pada kakaknya bebarapa menit yang lalu, ia pun meletakkan susu dan mangkuk bubur tersebut di atas meja.
"Soici, sekarang kau makan y? aku tidak mau kau sakit," pintanya lembut. Fransis tersenyum tipis, adiknya itu telah melupakan apa yang telah dia lakukan terhadap dirinya beberapa menit yang lalu hingga hampir membuatnya kehilangan nyawa, tapi dia tidak merasa marah atau kesal sama sekali terhadap Sang adik tercinta. Baginya itu sudah biasa, semenjak jiwa Soici terguncang, adiknya itu memang selalu berubah – ubah, terkadang lembut terkadang juga sangat kasar dan setelah itu ia akan melupakan apapun yang telah dilakukannya, bahkan andaipun telah melenyapkan nyawa orang.
Sonia memandang Soici kagum,"Frans, kau memang seorang kakak yang baik," pujinya.
Soici tertegun mendengar pujian kakak iparnya untuk dirinya, meski yang dipanggil adalah nama kakaknya tetapi pujian itu tulus untuk dirinya, ia memandang kakak iparnya lalu tersenym lembut.
"Kau benar Sonia, seorang Fransis Lonenlis adalah seorang kakak yang sangat baik. Dia rela melakukan apapun untuk kebahagiaan adiknya, dia bisa melakukan 3 peran sekaligus, menjadi seorang ayah, Ibu dan kakak. Aku juga yakin, seorang Fransis lonenlis juga bisa menjadi seorang suami yang baik untuk istrinya," balasnya sambil menatap lurus pada Sang kakak yang kini juga memandangnya.
Gadis itu semakin mengagumi sosok Fransis Lonenlis, Sonia beranjak dari tempat duduknya lalu pindah disamping Soici lalu menggenggam lembut tangan pria itu. soici menundukkan pandangannya, matanya menatap tangannya yang digenggam oleh Sang kakak ipar, terasa seperti ada sengatan listrik saat kakak iparnya itu menggenggam tangannya dengan lembut, setelah itu ia mendongakkan pandangannya menatap lurus mata gadis itu, kakak iparnya itu tersenyum lembut kearahnya.
"Aku tahu, kau bisa menjadi suami yang baik untukku. Aku mencintaimu," kata Sonia. Ungkapan cinta Sonia membuat hati Soici bergetar, meski dia tahu bahwa sebenarnya ungkapan cinta itu untuk kakaknya bukan untuk dirinya, tapi tetap saja gadis itu mengungkapkan kata cinta sambil menatap dirinya. Perasaan yang sangat berbeda yang kerap ia rasakan dari seorang perempuan. Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Soici membuat hati Fransis terasa nyeri melihatnya. Tapi dalam hati dia telah berjanji, kalau adiknya itu bisa mencintai Sonia dengan sepenuh hati dan sembuh dari penyakit kejiwaannya, maka ia rela berperan menjadi Soici untuk selamanya. Biarlah adiknya itu menggunakan identitasnya untuk mencintai istrinya dan bahagia bersamanya.