Sebuah ruangan bercat putih serta tercium bau obat-obatan yang sangat menyengat, dua orang pria tengah memperdebatkan sesuatu, terlihat san kakak memaksa adiknya untuk sementara waktu menggantikan dirinya berbaring di atas ranjang rumah sakit yang seharusnya ditempati dirinya, sedangkan sang adik berusaha untuk menolaknya.
"Kak Fransis. Istrimu akan menjengukmu, kenapa kau menyuruhku berpura-pura menjadi dirimu, si!?" Seorang pria dengan paras mirip dengan sosok yang berdiri di depannya, namun pria tersebut terlihat lebih muda. Fransis adalah seorang pria dengan ciri rambut hitam, kulit putih , mata setajam elang, hidung mancung, bibir seksi serta garis rahang tegas, dengan tinggi 190 cm. Pria itu mengidap kangker lambung stadium akhir, tak akan ada yang mengira jika dirinya adalah orang sakit karena dia memiliki tubuh yang berotot , dia paling tak suka jika harus berurusan dengan rumah sakit.
"50 jt, aku batalkan," ancamnya. Dia memamerkan cek itu di depan sang adik, membuat pertahan sang adik luntur dan diapun bersedia menggantikan posisi sang kakak untuk sementara.
"Jangan! baiklah, aku akan menggantikan posisi Kak Fransis, tapi aku tidak tanggung kalau nanti penyakit Kak Fransis semakin parah, aku juga tidak mau tau kalau-."Ucapannya terpotong oleh sang Kakak.
"Soici .." sebutnya dengan nada memberi peringatan. Soici adalah adik Fransis, pria itu memiliki kulit kuning, mata sendu, hidung mancung, rambut hitam, tinggi 179.
"Iya, baiklah. Tapi kuliahku bagaimana?" tanya Soici masih mencemaskan kuliahnya.
"Aku akan mengurusnya," pungkas Fransis.
"Baiklah, aku setuju. Sekarang berikan cek itu," tagihnya pada sang kakak setelah dia menyetujui ide gila sang kakak. Fransis langsung melempar cek itu dengan wajah penuh kepuasan. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok gadis dengan rambut panjang sepinggang, kulitnya putih, mata bulat dan bibir tipis merah alami. Gadis 17 tahun itu berniat mengunjungi sang suami yang mendadak pingsan setelah pernikahan selesai, dia tak bisa membedakan maka suami dan adik iparnya dikarenakan wajah mereka yang bagai pinang dibelah dua, hanya warna kulit dan mata mereka yang membedakan, namun Fransis lebih suka menggunakan kaca mata hitam hingga tak begitu jelas.
"Kak Fransis, bagaimana kabarmu hari ini?" ucap gadis itu basa-basi.
"B-baik, tentu saja aku baik istriku yang cantik,"jawab Soici berpura-pura sebagai Fransis. Pria itu melirik sang kakak, namun kakaknya hanya datar-datar saja.
"Sukurlah kalau begitu," balasnya. Gadis itu mengalihkan perhatiannya pada sosok pria yang berdiri disamping ranjang Soici, matanya terpaku pada sosok itu. Tatapan setajam elang seakan mampu menembus kerelung hatinya yang paling dalam, hingga membuatnya tak mampu beralih darinya. Tak perduli dengan pria yang masih berbaring di atas ranjang yang masih memperhatikan dirinya.
"Sepertinya, Sonia benar-benar jatuh cinta pada Kak Fransis, lihat saja caranya memandang kak Fransis, seakan dia tidak menghiraukan kehadiranku disini," batinnya nelangsa.
"Jangan menatapku!" perintah Fransis dingin. Buru-buru dia mengalihkan pandangannya. Suara datar itu benar-benar menggetarkan hati gadis itu. Soici hanya memandang iba pada kakak iparnya itu diapun berusaha untuk menghibur gadis itu.
"Kak, maksudku Soici," kata Soici meralat ucapannya, saat melihat tatapan membunuh dari kakaknya, hampir saja dia membongkar rahasia mereka.
"Soici, jangan dingin begitu kalau bicara dengan Kakak iparmu, dia jadi ketakutan dan gemetar," lanjutnya pura-pura memberi peringatan.
"Terserah!" balas Fransis acuh. Setelah itu dia meninggalkan sang istri bersama adiknya dalam ruangan itu.
"Sonia, jangan diambil hati ya? sebenarnya dia orang yang baik, tapi masa remajanya hilang," kata Soici mendadak sendu. Dia brusaha menghibur kakak iparnya, namun ekspresinya mendadak sendu saat mengingat bahwa sejak kecil kakaknya seperti kehilangan masa remajanya. Gadis itu hanya mengangguk.
"Aku mengerti, kalau begitu aku berangkat sekolah dulu, ya? "pamitnya. Pria itu mengangguk memberi izin.
"Oh, ya, Sonia."Pria itu kembali memanggil kakak iparnya hingga membuat gadis itu mengurungkan niatnya.
"Ya, "jawabnya.
"Dia satu gedung dengannya, hanya dia di universitas sedangkan kau SMA, "jelasnya. Entah kenapa hati gadis itu merasa berbunga mendengarnya, Soici dapat melihat pancaran kebahagiaan di wajah kakak iparnya tersebut.
"Kau kenapa? "tanyanya pura-pura tak tau. Gadis itu hanya menggeleng tak mau memberitahukan yang sebenarnya.
"Kau menyukainya?" tanya Soici memastikan. Sonia mendongak menatap mata pria yang dikiranya adalah suaminya, ia merasa bersalah karena sempat-sempatnya merasa berbunga hanya karena satu gedung dengan pria yang dianggap sebagai adik iparnya.
"Aku istrimu, aku tidak akan pernah mengkhianatimu, "janjinya.
"Berangkatlah! hati-hati, "ucap Soici penuh perhatian. Gadis itu tersenyum lalu berbalik dan meninggalkan pria yang dikira adalah suaminya itu sendirian.
"Kak Fransis benar-benar aneh, Sonia sangat cantik dan juga baik, kenapa dia tidak mau dengannya? memang si, usianya sepuluh tahun lebih muda darinya, tapi,'kan itu tidak jadi soal, andai saja akulah yang benar-benar menjadi suaminya, "gumam Soici yang menyesalkan sikap kakaknya.
Sonia berada di depan kelasnya hingga sebuah buku melayang dan mengenai kepalanya, akibat terkena lemparan buku yang lumayan keras tersebut membuatnya sedikit meringis kesakitan bahkan dia sempat memegangi kepalanya. "Kenapa masih diam?! ambil buku itu, lalu kau kerjakan tugasku! kalau tidak selesai, berikan saja punyamu padaku! "perintah seorang gadis yang berjalan angkuh ke arahnya.
Sonia membungkukan tubuhnya hendak mengambil buku tersebut, namun belum sempat ia mengambil buku tersebut, sebuah jari yang lebih besar darinya sudah terlebih dulu mengambil buku tersebut, gadis itu mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik tangan yang telah mengambil buku tersebut.
Seorang pria yang dikiranya sebagai adik iparnyalah yang ternyata mengambilnya, dia kembali menegakkan tubuhnya dan memperhatikan pria tersebut.
Fransis membolak-balikkan halaman buku yang tadi dilempar pada istrinya, meski dia belum memiliki perasaan apapun terhadap gadis itu, tapi nalurinya sebagai seorang suami yang harus melindungi istrinya tak merelakan sang istri mendapat perlakuan semena-mena dari teman sekelasnya. "Jadi, kau tidak bisa mengerjakan soal-soal di buku ini?"tanyanya tanpa memandang gadis itu.
Gadis itu sangat kesal melihat sikap Fransis yang seakan tak merendahkannya, dia tak tau darimana pria itu berasal dan tiba-tiba sudah membuatnya jengkel dengan pertanyaan tersebut, ia juga tidak tau apa hubungan mereka.
"Siapa kau?! dan untuk apa kau datang kesini?!"
"Itu bukan jawaban yang ku inginkan, Nona cantik, "tukasnya. Setelah itu ia menutup buku tersebut dan menatap pemilik buku tersebut dengan tatapan mengejek.
Gadis itu benar-benar sedang diuji kesabarannya, bagaimana bisa ada seorang pria yang bersikap tak memandangnya seperti ini, padahal selama ini semua pria yang dia temui mulai dari yang tingkat SMA sampai bapak-bapak akan segan terhadapnya, baru kali ini dirinya bertemu pria semacam ini. "Tentu saja aku bisa, aku hanya malas saja mengerjakannya, "kilahnya.
Fransis menaikkan sebelah alisnya mendengar alasan murahan seperti itu, dia bukan tak tau siapa gadis itu, semua orang bahkan membicarakannya kalau dia suka membully temannya hanya karena dirinya anak pemilik sekolah ini, tapi itu tak berpengaruh untuknya.
Brak...
"Kalau begitu, kerjakan sendiri! "perintahnya sambil melempar buku itu kepada pemiliknya. Pria itu melemparnya tepat di wajah gadis itu, sama seperti apa yang dilakukan pada istrinya.
Setelah membuat anak pemilik sekolah itu kesal setengah mati, Fransis mengalihkan perhatiannya pada sang istri dan menatapnya tajam.
"Jangan pernah bersedia diperintah, apa lagi diperintah oleh gadis pemalas seperti itu, ingat itu! "perintahnya.
Cup...
Setelah memerintah sang istri,dia langsung mengecup singkat kening gadis itu membuat gadis itu membeku di tempat akibat ulahnya, dan tanpa merasa bersalah dia langsung meninggalkan sang istri yang masih sock akibat ciumannya yang tiba-tiba.
"Apa barusan dia menciumku?"gumam Sonia tak percaya. Dia menyentuh keningnya sendiri, ia merasa seperti mimpi mendapat ciuman dari seorang yang dikiranya sebagai adik iparnya tersebuy. Gadis itu menggelengkan kepala saat menyadari apa yang dilakukan pria itu tidaklah benar, tidak sepantasnya seorang adik ipar mencium kakak iparnya di depan umum.
"Ini tidak benar, aku kakak iparnya, dia tidak boleh melakukan ini padaku, aku harus bicara denganya, "monolognya. Saat dia hendak melangkahkan kakinya, bel pertanda kelas dimulai terdengar di telinganya, hingga dia harus mengurungkan niatnya.
"Mungkinn nanti saja jam istirahat, lagi pula, sekolahku berdekatan dengan kampusnya, "monolognya. Setelah itu, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam kelas.
****
Fransis berjalan tegap di koridor, ekspresinya yang datar dan tatapan matanya setajam elang mampu menyita perhatian seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berpapasan dengannya. Seorang gadis cantik berjalan menghampirinya dan langsung menggadeng tangannya dengan manja, membuatnya tak nyaman karena kehadiran gadis itu.
"Soici, kamu lama sekali datangnya, tau tidak? aku sudah merindukanmu, "ucapnya manja.
Fransis sangat tidak suka dengan sikap manja gadis itu, tapi dia harus bersikap sabar karena sekarang dia menyamar menjadi adiknya, karena bisa jadi gadis itu adalah kekasih adiknya.
"Soici, kenapa kamu diam saja? biasanya akan langsung memeluku dan memberiku hadiah, "ucapnya lagi.