Kirana melangkah ke ruangan Evan dengan malas dan penuh kekesalan di hati nya.
"pagi Hana" sapa Kirana ke sekretaris Evan itu. Dengan senyum mengembang Hana membalas sapaan Kirana "pagi Bu Kirana, langsung saja masuk" ucap Hana, dan hanya di jawab anggukan oleh Kirana.
"Pagi pak" sapa Kirana ketika sudah berada didalam ruangan Evan.
"duduk lah, kau datang tepat waktu," ucap Evan yang sedang duduk santai di sofa dengan memegang iPad nya.
Kirana pun mengikuti instruksi Evan.
"minum lah , hot chocolate untuk mu" ucap Evan begitu melihat Kirana duduk. Kirana memang melihat 2 cangkir di meja itu, tapi dia tak menyangka itu di siapkan untuk nya.
"minum, ntar keburu dingin," ucap Evan dengan datar dan terkesan lembut, lambut tapi juga ada nada sedikit tegas, seraya meangkat cangkir miliknya bersiap untuk meminumnya.
Kirana pun secara spontan mengikuti ucapan Evan. Hot chocolate memang minuman Favorit Kirana, dan Evan juga sangat menyukai minuman itu, 'apakah Evan mengetahui dirinya menyukainya dan apakah dia sengaja menyiapkan ini untuk nya' batin Kirana.
"ada apa bapak memanggil saya?" ucap Kirana setelah meminum minuman nya.
"ayooo, ikut saya" ucap Evan seraya berdiri dan meninggalkan ruangan nya. Mau tidak mau Kirana meninggalkan nya.
Sesampainya di depan meja Hana Evan menghentikan langkahnya "cancel meeting pagi, undur setelah makan siang" , ucap Evan dingin. Kirana semakin kaget dan tak mengerti dengan sikap Evan. Evan melanjutkan langkahnya dan menuju Lift, Kirana yang mengikuti nya dari belakang menghentikan langkahnya , dia tidak ingin mengikuti Evan, Evan menayadari itu, dengan cepat dia berbalik ke arah Kirana. "aku sudah bilang , ikut dengan ku" ucap Evan tegas. "pekerjaan saya banyak pak, saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja" ucap Kirana pelan.
Dia merasa lelah sekali pagi ini , mulai dari tentang Raka, sikap Farhan, dan sekarang Evan yang bersikap aneh terhadapnya, benar benar membuat Kirana merasa sangat lelah, sangat sangat , karena itu lah seakan dia sekarang tak memiliki energi apapun.
"kau mau ikut, atau atau mau aku yang bertindak agar kau ikut?" ucap Evan lagi.
"Pak Evan tolong, ini di kantor, saya tidak ingin orang2 salah paham" ucap Kirana yang merasa tak nyaman dengan sikap Evan.
Evan sama sekali tak menggubris ucapan Kirana, sebaliknya, Dia meraih tangan Kirana dan menarik nya masuk ke dalam lift.
Melihat sikap dingin Evan dan pembawaan nya yang tegas membuat Kirana tak bisa berbuat apapun dia takut jika terus melawan Evan akan lebih bertindak gila, dia pun memutuskan untuk mengikuti Evan.
"Pak lepaskan tangan saya," ucap Kirana dipelan. Namun Evan tak bergeming, "saya akan ikut dengan bapak, saya tidak akan membantah lagi" tambah nya. baru lah Evan meregangkan pegangannya dan Kirana dengan cepat menarik tangan nya. Ya tak bisa dipungkiri, mulai dari Kirana beradu argumen di depan ruangan Evan hingga Evan meraih tangan Kirana, dan sekarang keluar dari Lift Direksi berdua, tentu semua mata akan tertuju pada mereka. Kirana hanya bisa menarik nafas panjang untuk efek yang akan timbul dari kejadian hari ini.
~~~~~~`~~~~~~
Evan menjalankan mobil nya menelusuri padat nya jalan nya Kota Surabaya.
Suasan hening, Kirana memilih diam dan menatap ke arah luar jendela , pikiran nya terus menerawang jauh, dia bahkan tidak tau apa yang ada dipikiran nya sekarang, tentang Raka, rasa lelah, penat, ingin berteriak , dan ingin sendiri,, itu lah yang dirasakan Kirana.
Evan dapat menangkap wajah sendu Kirana dari pantulan kaca mobil nya , betapa teriris nya melihat Kirana seperti ini. Dia tidak bermaksud menambahkan beban Kirana, saat ini dia ingin membawa Kirana ke suatu tempat agar dia bisa menenangkan dirinya. Dia hanya melihat Kirana tadi pagi dengan wajah yang sendu dan penuh kesedihan, maka nya dia ingin melakukan sesuatu agar Kirana melupakan kesedihannya.
Akhirnya mereka sampai ditempat yang dimaksud Evan 'pantai' , air laut yang cerah disiang hari, semilir angin yang membuat kesejukan ditengah terik nya matahari, dan ombak yang beraturan, membuat suasan hati akan merasa tenang, nyaman, dan senang.