Kirana kembali ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaan nya, tepat pukul 6 sore dia sudah berada di rumah. Dia akan langsung masuk ke kamar membersihkan diri nya lalu keluar bermain bersama Raka, namun ketika melihat Raka dan mengingat pertanyaan Raka ketika makan siang tadi membuat sesak di dadanya, Kirana pun memutuskan untuk mengurung diri nya di kamar malam ini.
Karir nya cemerlang, dia bukan anak dari keluarga broken home, orang tua yang sangat menyayangi nya, adik satu satu nya sangat melindungi nya dan anaknya, terasa sempurna bagi semua orang yang melihat keadaan Kirana sekarang meskipun dia berstatus 'Janda' ,, namun tak sedikit juga orang yang mencibir nya di belakang, karena iri dan memang tak suka dengan Kirana.
Namun Kirana adalah orang yang sangat cuek dengan omongan dan kehadiran orang lain yang menurut nya tak penting, kini sikap dan sifat itu menjadi lebih buruk karena masa lalu nya. Dia semakin meanggap kehadiran seorang pria di hidup nya hanya akan menjadi perusak kehidupan nya.
"papaaaa" ucap Kirana sinis mengingat pertanyaan anak nya ,, "maafin mama Raka, maafin mama," tambah nya dengan suara lirih dan menangis. Dia benar benar benci dengan diri nya, dengan kebodohan nya di masa lalu, dia benci dengan pria yang menjadi penyebab kehadiran Raka, dan benci dengan Pria yang dia anggap bisa menjadi penerang di jalan nya ternyata semakin mendorong nya untuk membenci arti kata 'cinta'. Mengingat kedua pria itu hati Kirana seakan di tusuk berkali kali, hatinya begitu sakit. Tak akan pernah terobati.
Dia pun menangis sejadi jadi nya seraya mencengkeram kuat dadanya.
Dia tak mengetahui bahwa ibu nya melihat itu dari balik pintu kamarnya dengan tatapan sedih , namun dia membiarkan Kirana sendiri, itu akan lebih baik pikir ibunya.
"lohh Buu, Kirana mana?" tanya ayah nya, ibu Kirana hanya menggeleng, dan duduk lemas di kursi meja makan samping suami nya itu. "Buu ada apa?" tanya ayah Kirana, belum sempat ibu nya menjawab Yusuf datang bersama anak Kirana "kakek, Nenek, raka mau makan" ucap anak itu manja, Ibu Kirana pun cepat cepat mengambil kan cucu nya itu makanan "ini sayang, makan yang banyak yaa" ucap ibu Kirana, "mama mana?" tanya Raka, "mama, Uda tidur sayang, mama cape kerja, jadi Raka makan yang banyak terus bobo yaa, besok kan sekolah" ucap ibu Kirana ke cucu nya itu. "Raka nanti bobo sama om aja yaa" ucap Yusuf adik Kirana. "siaap om" , Raka tak kekurangan perhatian dan kasih sayang namun tetap saja seorang anak membutuhkan kehadiran seorang ayah.
"Kirana mana Bu, ayah tanya?" tanya ayahnya lagi ketika mereka telah selesai makan dan tentu Raka sudah dibawa Yusuf. "dia menangis di kamarnya," jawab ibu Kirana dengan wajah yang sedih , "menangis kenapa?" ,sahut ayah nya "tadi siang Raka bertanya tentang papa nya." jawab Ibu Kirana, "ibu yakin karena itu Kirana menangis" lanjut ibu nya. "yaa sudah , biarkan saja dia sendiri, agar dia bisa menenangkan diri nya" ucap ayah Kirana.
Kedua orang tua Kirana menyadari dan memahami perasaan Kirana, sejujurnya mereka sangat ingin agar Kirana mau menikah lagi, namun mengingat kejadian Farhan membuat mereka tak ingin berbicara soal jodoh atau apapun itu ke Kirana lagi biarlah semua menjadi keputusan Kirana sepenuhnya, mereka takut menyinggung dan semakin melukai Kirana, namun tanpa mereka ketahui bahwa semua nya lebih rumit dari dugaan mereka.