Dion membuka kunci ruko milik tantenya. Pintu rooling door itu membuat suara sangat berisik saat didorong.
"Masuk, Yu." Dion membawa tas ransel milik Ayudia. Sebelumnya mereka mampir sebentar ke kontrakan Ayudia untuk mengambil beberapa pakaian dan perlengkapan pribadinya. Sangat tidak nyaman jika gadis itu mengenakan gaun untuk dipakai tidur.
Ayudia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruko. Tempat itu memiliki dua Lantai. Lantai pertama digunakan sebagai kantor. Banyak meja dan kursi yang tertata rapi. Juga banyak komputer. Pada tiap meja dan masih tertutup plastic bubble warp.
"Kayaknya masih baru, belum pernah dipake ya?" tanya Ayudia sambil menyentuh sebuah lukisan indah yang tertempel pada dinding di koridor menuju tangga ke lantai 2 ruko. Dia sangat mengagumi lukisan itu. Terlihat begitu indah dan menarik di matanya. Azka tersenyum melihat Ayudia menyukai lukisan itu.
"Belum pernah dipake. Mungkin dalam dua atau tiga bulan ke depan mau dipake. Tanteku masih belum selesai siap-siapin barang-barangnya." Dion menoleh kebelakang karena tidak mendengar suara langkah kaki Ayudia dan Azka.
"Kamu suka?" tanya Azka kepada Ayudia.
"Iya. Bagus banget," ucap Ayudia sambil meraba bingkai berisi lukisan sebuah wajah dengan banyak warna. Menghasilkan karya epik yang memukau.
"Itu lukisan Azka, tanteku beli sama dia," ucap Dion.
"Ah masa sih?! Azka kamu bisa melukis?" tanya Ayudia terkejut. Dia mengalihkan pandangannya pada lelaki itu.
"Ah biasa aja. Aku baru belajar." Azka tersipu.
"Iya. Dia pelukis hebat, Yu. Azka dapat bakat dari ayahnya yang juga seorang pelukis. Mereka punya Galeri lukisan di kota ini," cerita Dion pada Ayudia sambil menaiki anak tangga.
"Iya, Azka? Beneran yang dibilang Dion itu?" tanya Ayudia seraya menatap dalam ke wajah tampan Azka.
"Aaaah bisa-bisanya Dion aja. Dia kalau udah muji suka berlebihan, tapi sayangnya dia bener." Azka tertawa gelak sambil menatap dalam ke wajah cantik gadis itu.
"Kantor mau dipake tantemu untuk peruahaan apa?" Ayudia mengalihkan pandangan dan pembicaraan. Dia sangat gugup saat Azka menatapnya begitu dalam. Pelan-pelan dia berjalan menapaki tangga sambil berpegangan pada pagar yang dilas menyatu dengan anak tangga.
"Untuk kantor pemasaran perumahan. Tante-ku berencana menjalankan perusahaan developer."
"Oh gitu ...." Ayudia mengangguk pelan.
"Nah, Yu. Kamu bisa istirahat di sini. Kamar mandi ada di sana." Dion menunjuk ke arah pintu yang ada pada sudut dinding. Sejajar dengan tangga. Mereka telah sampai di lantai 2 bangunan ruko itu.
Ayudia takjub melihat ruangan itu. Cukup besar, tidak ada kamar tapi ada kasur, lemari dan juga peralatan dapur. Tertata sangat rapi. Di sana juga terdapat sofa dan meja makan.
Dion meletakkan tas milik Ayudia dan menyandarkan di dinding. "Kamu istirahat aja dulu. Aku mau pulang. Besok, subuh-subuh, ibuku minta antarkan belanja ke pasar subuh. "Dia melihat ke arlojinya yang melingkari pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan Pukul 23.15.
"Azka, Ayu, aku pulang dulu, ya," izin Dion pada kedua sahabatnya.
"Ok," ucap Azka dan Ayudia mengangguk secara bersamaan.
Ayudia merebahkan tubuhnya yang letih di kasur dan Dion pun pergi, derap langkah kakinya terdengar menuruni anak tangga. Pun Azka juga ikut berbaring, dia merebahkan dirinya di sofa. Mereka sama-sama lelah dan mengantuk.