Ayo! Puaskan aku! Do your best!" Lelaki itu terus memaksa tanpa henti. Seakan ia tak lagi memiliki nurani. Ia melambaikan tangan pada Ayudia. Memerintahkan Gadis itu datang mendekat.
Ayudia terduduk lemah di lantai. Ia bersandar pada ranjang. Air matanya kembali meleleh. Ia merasakan kepedihan yang sangat mendalam. Menangisi nasibnya yang malang.
"Kalau dia enggak membayarku, maka semua jerih payah ini akan sia-sia." Ayudia menjerit di dalam hati kucuran air matanya meleleh semakin deras. Ayudia merasa sangat teraniaya.
Beberapa menit kemudian ....
Ayudia mendengar suara dengkuran nyaring dari lelaki itu. Dia menengok ke tempat tidur. Lelaki itu terlentang dengan mulut terbuka. Dia tertidur tanpa mengenakan pakaian. Lelaki itu pun sebenarnya merasa kelelahan.
Pelan-pelan ....
Ayudia segera mengenakan bajunya dengan cepat tanpa suara kemudian dia membuka dompet pria itu, sembari terus memperhatikan wajah si pria itu kalau-kalau dia terbangun.
Dada Ayudia berdebar sangat dan berguncang hebat karena ketakutan. Bahkan dia bisa mendengar suara detakan jantungnya sendiri.
Gadis itu mengambil sejumlah uang sesuai kesepakatan mereka sebelumnya. Ia kembali menoleh kepada lelaki itu, dia masih tertidur dan ternganga tanpa pakaian.
Dengan terburu-buru Ayudia keluar dari kamar hotel. Dia bahkan tidak mengenakan sepatunya. Dia sangat takut jika orang itu bangun mendengar suara high heels yang ia kenakan lalu meneriaki dirinya pencuri.
"Habislah aku jika dia bangun!" Dengan tubuh gemetar dan ketakutan Ayudia berlari di koridor hotel menuju lift. Dia mengenakan sepatunya di dalam lift. Sangat tidak sabar ia menanti lift itu terbuka sampai di lantai dasar hotel.
Ayudia pulang ke rumah kontrakannya naik ojek, di tengah perjalanan ia membuat panggilan telepon. "Dion kamu di mana? Kamu bisa datang gak ke rumahku?" ucapnya sangat gugup.
"Bisa—" Dion menangkap ada nada ketakutan dari suara Ayudia. Dia segera datang menemui gadis itu meskipun waktu sudah jam 4 pagi.
Ketika Dion tiba di rumahnya, Ayudia menceritakan kejadian yang baru menimpa dirinya. Hanya Dion seoranglah tempatnya untuk berkeluh kesah.
"Dion, aku harus apa? Apa aku bersalah sudah mengambil uang dari dompetnya?" tanya gadis itu masih dengan tubuh gemetar.
"Kalau pertanyaan kamu, apa kamu bersalah atau enggak, jawabannya kamu salah. Kalau dia lapor polisi, kamu bisa dipenjara karena melakukan pencurian." Dion menyesalkan apa yang terjadi pada Ayudia.
"Tapi ... aku enggak mengambil lebih, kok. Aku cuma mengambil hak-ku. Apa yang sudah dia janjikan dan kami sepakati bersama!" Ayudia berkata dengan emosi yang meledak-ledak. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia tidak terima jika mengambil haknya adalah sebuah kesalahan, bahkan bisa sampai dipenjara.
"Tapi itu tetap salah, Yu. Kamu udah mengambil barang milik orang lain tanpa izin. Kamu bisa dipenjara. Yu, kamu harus kembalikan uangnya." Dion berkata dengan tegas. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan.
"Gak mau! Enak aja! Terus aku gimana?! Aku enggak dapat apa-apa?! Setelah semua yang kulakukan?!" Ayudia mulai menangis lebih keras. Pilu sekali.