Chapter 6 - Restoran Kristal

Disekolah Zahra tumben-tumbenan jadi pendiam. Ia menghabiskan waktu hanya dengan membaca buku. Ketika tidak ada guru, ia bahkan tetap membaca buku. Ketika teman-temannya mengajak dia bermain kejar-kejaran ia hanya menatap mereka dengan mata pedangnya, agar berhenti mengganggunya.

Rian yang merasa ada yang berubah dari Zahra segera duduk disamping Zahra, mencoba menghiburnya dengan mengajaknya bermain.

"Ayolah, Zahra, kita main" Rian kemudian menyerahkan sebuah teks "Ini jawabannya apa ayo"

Zahra megacuhkannya.

"Zahra, ini jawabannya apa, coba liat dulu" Rian memutar kepala Zahra agar melihat teksnya. Zahra menepis tangan Rian, tapi ia tidak memarahinya, ia jarang sekali memarahi Rian, karena menurutnya Rian tidak cocok dimarahi.

Rian merasa kecewa, tapi ia tidak menyerah. Rian mengambil sebuah puzzle huruf di dompet Zahra. Ia menyusunnya menjadi tulisan "Love"

"Zahra ini buat kamu"

Zahra melihatnya saja, membuat Rian menjadi kecewa.

Dicky tiba-tiba masuk kekelas, ia melihat biang keladi kelas sedang asik membaca, membuatnya tergoda untuk mengganggunya. Lagian Zahra juga sering mengganggu dirinya.

Dicky mencolek Zahra berkali-kali, menarik kursi Zahra dari belakang, menarik buku yang Zahra baca, dan sebagainya. Zahra benar-benar sedang badmood, jadi dia hanya marah saja tanpa membalas.

Tapikan Dicky maunya Zahra membalas, jadi dia tidak akan menyerah, dia akhirnya menggunakan cara yang ekstrim sepanjang masa, yakni membuka rok Zahra. Hal itu mengejutkan Zahra, ia mengejar Dicky untuk balas dendam, tapi karena Dicky lebih laju berlari, Zahra tidak pernah sampai kepadanya. Dicky sangat senang karena Zahra meladeninya, ia berlari ke arah kelas 3 dan masuk kesana.

Zahra tidak mau masuk kekelas senior. Jadi dia hanya berdiri diluar dan meminta Dicky keluar dari sana.

"Cepat kemari" bentak Zahra "Kalau tidak aku akan membongkar dan menghancurkan barang-barangmu".

Dicky mungkin menganggap Zahra sedang bermain seperti biasanya, jadi dia tidak takut sama sekali.

"Silahkan, gak takut" Dicky mencibir Zahra

Zahra langsung balik kanan langkah tegak maju, mengambil tas Dicky lalu kembali lagi didepan pintu kelas 3. Dicky mulai panik melihat Zahra memegang tasnya.

Terlebih ketika melihat Zahra membuka tasnya, lalu dengan sekali putar ia membalikkan tas itu, seluruh isi tasnya berhamburan di lantai berdebu. Zahra mengocok-ngocok tasnya naik turun sampai debu dalam tasnyapun keluar.

"Azzahra! Jangan begitu dengan bukuku" bentaknya dengan wajah yang berubah warna.

Zahra tersenyum "Kamu yang minta kan?"

Lalu ia menginjak-injak seluruh barang Dicky dengan sepatunya, menggesek telapak sepatunya di atas barangnya lalu membuang tas kosong Dicky lewat jendela.

Zahra pun kembali ke kelas dengan puas. Dicky segera merapikan barangnya, ia marah-marah pada Zahra dan melapor kepada Kristan, si ketua kelas. Padahal kan Kristan juga bandel dan suka berkelahi.

Kristan kalau kelahi tidak pandang bulu, laki-laki atau perempuan pun dihajarnya. Zahra tau Kristan tidak akan membelanya, terlebih karena Kristan yang memang tidak menyukai Zahra karena selalu membantah perintahnya dan membuat onar dikelas.

"Zahra, kamu ini jadi cewek degil banget sih. Cepat minta maaf sama Dicky" perintah Kristan yang tidak masuk akal bagi Zahra.

"Kenapa kamu megusikku? Aku tidak akan mendengarkan mu, kamu itu gak tahu apa-apa"

"Aku ini ketua kelas Zahra, kamu harus menurut denganku. Lagian kamu itu udah keterlaluan, udah sering buat masalah, dan sekarang malah mengacak-acak tas Dicky. Kamu banyak salah Zahra, sekali-kali kamu harus diberi pelajaran. Jika tidak ingin aku laporkan sama guru kamu harus minta maaf sama Dicky sekarang juga"

"Kamu siapa? Sok berkuasa. Kamu bahkan gak bijak dalam buat keputusan, aku gak akan dengar" bantah Zahra tegas.

"Heh, kamu tu udahlah salah, nyolot lagi"

"Iya emang aku salah, suka-suka aku dong. Ini kan hidup aku, aku yang menjalaninya" bentakkan Zahra tak kalah nyaring, suara Zahra bahkan paling melengking dikelas "Kamu menunjukkan semua kesalahanku, memaksaku bertanggung jawab. Aku bahkan mengakui bahwa aku memang salah, dan aku tau dengan pasti letaknya dimana. Tapi emangnya kamu perah berpikir, apakah kamu pernah melihat dari sudut pandang aku. Apakah kamu tau, atau apakah Dicky sendiri tau, letak salah dia dimana? Kalo mau mengadili ya yang realistis lah. Kalau merasa gak mampu ya udah abaikan aja kayak biasanya, lagian ini urusan aku sama Dicky, gak usah sok jadi pahlawan"

Wajah Kristan memerah, dia memukul mejanya dengan kasar seraya berdiri, meja Kristan paling belakang.

"Anjing!! " keluar lah kebun binatang dari mulutnya "Azzahra bangsat, kurang ajar, sok kepintaran!" mata Kristan semakin memerah, Zahra tau Kristan bahkan bisa meninjunya hingga babak belur saat itu juga. Mana mungkin Kristan mikir-mikir kalau mau meninju, meskipun sama cewek.

Zahra memukul mejanya dengan lebih kasar seraya berdiri juga "Aku emang cewek!!! Apa masalahmu?" teriak Zahra, sejujurnya telapak tangannya jadi perih akibat pukulannya tadi.

"Kamu udah bermasalah Rah, gak usah mau tambah masalah lagi, mau aku tinju dan patahkan tulang lehermu sekarang huh?" ancamnya serius.

"Ohya!!" sahut Zahra dengan nada lebay "Trus kamu pikir kamu udah suci gitu? Gak bermasalah? Hellow, kamu lupa ya, semua guru di sekolah ini udah ngeluh sama kebandelan kamu yang keterlaluan itu Kristan, bahkan wali kelas kita ngomong sendiri di depan kelas kalau dia nyesal biarin kamu jadi ketua kelas. Apa yang mau kamu sombongkan?"

Kristan semakin marah ketika Zahra menyebutkan fakta tentang kelemahan nya. Dan semua orang selalu marah ketika Zahra menyatakan fakta kelemahan mereka didepan umum.

Kristan mendorong mejanya dengan sangat kasar, sampai teman sebangkunya terkejut dan teman didepannya tersungkur ke depan. Tidak ada yang berani melerai mereka "Maksudmu apa? Ngajak kelahi ya?"

"Ayok, siapa yang takut sama cowok cemen kayak kamu" tantang Zahra.

Kristan mendatangi Zahra dengan cepat dan penuh emosi, kemudian berdiri di depan meja Zahra seraya mendorong bahu Zahra dengan kasar. Zahra bahkan nyaris tersungkur kebelakang.

Zahra balas menampar Kristan dengan buku dimejanya, tamparan kuat itu tepat mengenai wajah Kristan hingga bukunya menjadi rusak. Tanpa memberi Kristan kesempatan membalas, Zahra dengan secepat kilat mendorong mejanya kearah Kristan.

Ternyata dorongan Zahra terlalu kuat hingga meja tersebut terbanting ke lantai dan nyaris menimpa jari-jari kaki Kristan jika saja dia tidak sigap melompat.

Sebenarnya Zahra takut Kristan beneran meninjunya, bahkan saat ini mata Zahra sudah memerah, sungguh ia sebenarnya tidak ingin menangis disituasi seperti ini. Kenapa ia cengeng sekali, benar-benar menjatuhkan harga diri.

Zahra menatap Kristan, Kristan menatap Zahra juga.

Sepertinya Kristan sedang memikirkan suatu hal yang tidak diketahui Zahra. Raut marah diwajah Kristan juga perlahan-lahan pudar.

Mereka saling menatap dengan cukup lama hingga guru dikelas sebelah datang.

"Ada apa ini?" tanya guru mulok itu

Kristan terkejut lalu buru-buru mengembalikan meja Zahra ke posisi semula

Sebelum kembali kekursinya, Kristan berbisik pada Zahra "Aku hanya tidak ingin kamu bunuh diri di WC"

Ketika istirahat, Azzahra memindahkan kursinya keluar kelas dan duduk disana, ia sedang merenung dan intropeksi diri, seraya memandang anak-anak yang sedang bermain futsal. Tampaknya ia telalu sibuk dengan kehidupannya sendiri hingga lupa menyisihkan waktu untuk mengamati kehidupan orang lain dan lingkungan disekitarnya.

Azzahra mengamati sekolahnya yang berada di tepi jalan raya. Tepat diseberang sekolahnya ternyata ada sekolah lain, Sekolah Berkebutuhan Khusus, dan Azzahra baru menyadari itu.

Yang menarik bagi Azzahra adalah, seseorang pemuda berwajah blasteran Amerika-Indo yang ternyata sedang menatapnya juga. Tatapan pemuda itu sangat menyentuh hati Azzahra, seoalah-olah ia ikut merasakan apa yang dirasakan pemuda itu.

Azzahra melihat dengan jelas bahwa pemuda itu tidak memiliki satupun kekurangan dari segi fisiknya, tapi kenapa tatapannya menunjukkan raut kesepian dan kesedihan yang mendalam tanpa ada secercah harapan. Apabila dibandingkan dengan mata Azzahra yang hidup, penuh gairah yang membara, pemuda itu hanya akan seperti kegelapan dan terang.

Azzahra tidak bisa berhenti memikirkan dan membayangkan betapa sakitnya menjadi orang itu, Azzahra benar-benar penasaran apa yang membuatnya begitu sedih, sehingga Azzahra memutuskan untuk menemuinya sepulang sekolah.

Namun Azzahra datang terlambat, ketika Azzahra keluar dari kelasnya, pemuda itu hendak masuk kedalam mobil ibunya.

"Maaf ya, mama terlambat, kerjaan dikantor sangat menumpuk"

Pemuda itu hanya diam. Membiarkan dirinya diangkat oleh ibunya dan beberapa guru, kemudian kursi roda yang menjadi tempat duduk pemuda itu diletakan di bagasi.

Azzahra menjadi semakin iba, ia mengerti, pemuda lumpuh kakinya. Mungkin karena itulah, ia tidak memiliki teman.

Semakin bulat lah niat Azzahra untuk menjadikan pemuda itu sebagai temannya. Ia berjanji pada diri sendiri akan menemui pemuda itu besok.

Pemuda itu bernama Faizal Alvero. Ayahnya adalah pemilik Perusahan Internasional yang kantor pusatnya ada di Amerika. Ayahnya bernama Jack Alvero dan ibunya bernama Amanda Alvero. Jack Alvero adalah seorang blasteran Jepang-Amerika, sedangkan Amanda adalah orang Indonesia murni. Sebelum bercerai dengan Jack Alvero, Faizal dan Amanda, masih tinggal di Amerika. Namun ketika Faizal berusia 8 tahun, orangtuanya bercerai dan Amanda membawa Faizal pulang ke Indonesia.

Sejak Faizal kecil hanya sekali saja Jack bicara padanya, yakni megatakan padanya agar ia menyingkir dari Jack, karena Jack tidak suka melihatnya. Faizal bahkan tidak pernah bertemu atau pun berbicara dengan ayahnya lagi semenjak saat itu.

Faizal menjadi lebih terluka ketika orangtuanya bercerai dan diajak ibunya pindah ke Indonesia. Semakin jauhlah ia dengan ayahnya. Padahal, selama ini, ia selalu ingin bisa bercanda, mengobrol dan bermain bersama ayahnya, setidaknya ketika ia dewasa nanti.

Orang-orang tidak terlalu peduli dengannya, pertama ia tidak mencolok karena tak punya kelebihan, lebih tepatnya punya kelebihan tapi terlalu minder untuk menunjukkannya bahkan kepada diri sendiri. Kedua karena sesungguhnya Faizal terlahir sebagai anak yang tidak diinginkan, ia bahkan baru tahu kalau ternyata Amanda bukan istri sah ayahnya, melainkan gundik yang hanya bisa melahirkan satu anak abnormal. Ya, itulah sebabnya Jack membuang Amanda dan Faizal yang cacat sejak lahir. Kakinya tak bisa digunakan, ia hanya duduk dikursi roda sepanjang waktu.

Tidak banyak orang yang mau berteman apa adanya dengan Faizal, semuanya hanya sekilas lalu untuk menghiburnya saja. Hal ini menyakiti perasaannya, membuatnya minder, terlebih harus menghabiskan SD di sekolah umum.

Setelah SMP, Faizal dimasukkan di sekolah berkebutuhan khusus, disana kepercayaan dirinya sedikit meningkat, namun teman-temannya adalah semua orang yang berkebutuhan khusus seperti dirinya. Hingga suatu hari, Faizal tergetar hatinya ketika melihat seorang gadis dengan tatapan mata yang penuh warna, yang hidup dan bergairah. Gadis itu bersekolah di SMP depan sekolah nya, SMP Blue Star yang ada di seberang jalan raya.

Berdasarkan informasi yang Faizal dengar dari murid SMP Blue Star yang melewati sekolahnya sambil menceritakan gadis itu, Faizal jadi tahu namanya adalah Azzahra. Azzahra adalah biang keladi di sekolahnya, namun ia disayang guru karena kecerdasan otaknya. Azzahra juga bukan orang kaya, dia adalah orang kampung yang angkuh dan suka menindas temannya sendiri.

Azzahra tidak lagi memikirkan banyak hal, ia sengaja menghabiskan sisa waktu hari ini untuk memperhatikan lingkungannya. Banyak hal yang tidak Azzahra sadari selama ini.

Jalan raya sangat ramai, anak-anak SD berlarian kesana kemari, bahkan ada gedung aneh yang entah sejak kapan ada di jalan pulangnya. Azzahra tertegun menatap gedung itu, sepertinya itu gedung baru yang sangat mewah dan mahal. Dindingnya dilapisi kristal, bentuknya juga seperti kristal, dan tulisan di depan gedung itu juga Restoran Kristal. Ternyata Restoran itu baru buka 3 hari yang lalu.

Tapi, pelangganya sangatlah banyak, silih berganti keluar dari gedung itu, semua orang yang masuk adalah orang kaya yang punya banyak uang.

Azzahra merasa bingung, ia tidak tahu apa yang menarik dari gedung itu. Apakah makanannya? Tidak mungkin, toh makanan dipinggir jalan lebih enak dan murah malah.

Daripada penasaran Azzahra langsung saja melesat masuk kedalam gedung. Eh rupanya dia dihadang oleh para security. Azzahra semakin merasa heran, security nya sangat banyak, padahal kan ada CCTV. Semua security itu memiliki tubuh yang tinggi dan wajah yang imut. Saking imutnya, seseorang tidak akan sanggup menolak perintahnya. Huh, metode yang unik untuk mengusir orang miskin dan menarik orang kaya secara sukarela.

"Maaf adik, siswa berseragam dilarang masuk" kata salah satu security itu dengan lembut, Azzahra membaca name tag nya, Rendy.

"Aku tidak akan mengganggu jika kalian mengizinkanku melihat didalam"

"..."

"Didalam sudah penuh, hanya orang-orang yang sudah booking yang boleh masuk" security yang lain segera menjawab, namanya Labanon.

"Lagian Restoran ini bukan untuk bocah sepertimu" Critian menimpali.

"Kalian bohong. Didalam banyak kok orang yang lebih kecil dariku"

"Mereka bersama dengan orangtuanya. Sudah lah cepat pergi" Labanon bersikeras sekali mengusir Azzahra.

Azzahra mengabaikan wajah imut mereka yang menggemaskan, dan menerobos masuk ke dalam gedung. Ia tidak akan sulit masuk, mengingat kelincahan geraknya.

"Karena kalian tidak mengizinkanku masuk, aku akan menganggu kalian nanti" ancam Azzahra.

Ia tertawa kecil, ternyata security itu gak profesional, mereka hanya mengandalkan imutnya saja.

Security itu segera mengejar Azzahra, Azzahra berlari hingga dilantai 4 yang sangat sepi, dan bersembunyi disalah satu ruangan.

Azzahra tidak tau kalau lantai 4 adalah lantai yang tidak boleh dinaiki oleh orang biasa, bahkan pelanggan. Lantai 4 berisi ruang-ruang penting tempat meeting, ruang kerja dan ruang pribadi manager dan pemilik restoran.

Setelah merasa aman, Azzahra mengintip keluar, namun sayangnya, pintu itu tak bisa dibuka. Azzahra berusaha membukanya namun tetap tidak bisa dibuka. Azzahra menggedor-gedornya seraya berteriak dengan suaranya yang melengking, tapi tetap saja tidak ada yang mendengar. Bahkan suara Azzahra hanya bergema didalam ruangan itu saja. Azzahra sadar, ruangan itu kedap suara.