Awal masalah besar dalam kehidupan Azzahra yang tenang bermula ketika ia membuka matanya.
Ia berada diruangan berukuran enam meter persegi, tanpa jendela.
Jalan masuk dan keluar satu-satunya adalah pintu besi yang jaraknya tiga meter tepat dihadapan Azzahra.
Pintu itu sangat rapat, bahkan nyaris serata dengan dinding batu bata disekitarnya.
Pintu itu tidak memiliki gagang.
Azzahra mengamati ruangan ini baik-baik.
Seluruh dinding dan atap terbuat dari batu bata, cahaya berasal dari lilin yang diletakkan di keempat sudut ruangan. Lantainya tampak keras, dari batu bata juga...
Sepertinya ini ruang bawah tanah.
Hanya ada Azzahra sendirian disini.
Tidak sendiri, ia bersama dengan tikus-tikus yang berkeliaran kesana kemari...
Oh God...
Masalahnya, Azzahra terikat kuat di atas kursi besi.
Tidak ada celah sedikit pun untuk ia melepaskan dirinya.
Azzahra memperhatikan dirinya.
Tali apa yang mengikatnya?
Warnanya hitam, tidak elastis, dan dingin.
Azzahra mendesah kesal, itu bukan tali, itu adalah bahan yang sama dengan borgol yang memborgol kaki dan tangannya.
Lehernya juga.
Niat sekali sih, orang yang menyekapnya disini.
Oh, Azzahra ingat.
Ini pasti kerjaannya anak buah Tok Amun.
Azzahra memperhatikan sekelilingnya dengan lebih seksama.
Baru ia sadari, disetiap pojok ruangan terdapat bom berbentuk kotak kecil, yang akan meledak 3 detik lagi.
Azzahra terbelalak tak percaya, mereka rupanya niat membunuhnya.
3 detik adalah waktu yang terlalu cepat.
Belum selesai Azzahra memikirkan ketidakpercayaannya, bom itu sudah kelap kelip siap meledak.
Sontak Azzahra berteriak senyaring yang ia bisa.
Aaaaaaaaaaa
...
...
...
Tidak ada ledakan?
Aneh
Azzahra membuka matanya.
Betapa terkejutnya ia melihat ada siluet dua orang pria didepannya.
"Suara mu membuat telingaku meledak!" sungut pria yang lebih tinggi.
"Verdinant" lirih Azzahra, ternyata itu Verdinant.
Dan orang disebelahnya? Bryen!
"Ah kalian rupanya, lepasin aku, bercandanya gak lucu banget tau gak?"
Verdinant hanya tersenyum sinis, "Siapa yang bercanda, Harusnya lo berterimakasih sama kita, karna hanya buat lo merasa hampir mati. Ini semua karena Bryen, kalau gak ada dia, gue mandiin lo kedalam danau kelabang. Biar tau rasa"
Azzahra tertawa meledek, "Idih, jadi lo balas dendam. Gak keren banget sih cara lo balas dendam, gak berkelas!" sindir Azzahra.
"Emang menurut lo yang berkelas itu gimana? Dengan meluluhlantakkan kampung kecil lo yang pelosok itu? Atau menjadikan elo sebagai pelacur?"
Verdinant berkata-kata dengan sangat santai dan sombong.
Azzahra hendak menjawab, namun Verdinant segera mendahuluinya.
"Kalau itu yang lo mau, lo gak usah tagih lagi. Kampung lo yang kecil itu udah gue beli dan bakal gue gusur buat bangunin perusahaan peternakan. Seluruh penduduknya akan kerja di pabrik gue dengan gaji minim. Lo yakin lo masih bisa sekolah?"
Verdinant tertawa senang, "Dan lo bisa apa, anak rakyat jelata yang dungu dan bertindak dengan dengkul. Gue bunuh sekarang juga mati, lo itu lemah, kecil, sekecil tahi idung gue"
"Tahi idung Om kan gede" ralat Bryen dengan polos.
"Diam lo! Gue lagi jadi orang jahat ini, jangan banyak bacot dulu" bisik Verdinant, "Muka lo juga, ngapaian pasang muka lugu, kan gue udah bilang, pasang muka jahat, atau mau gue balikin di Istana lo ya"
"Jangan, Om!" pekik Bryen.
Azzahra menatap mereka berdua dengan heran, ia tidak mendengar apa yang mereka bisikkan.
Bryen dan Verdinant kembali menatap Azzahra dengan penuh kebencian.
"Kamu orangnya emang rada miring gitu ya Verdinant" tanya Azzahra dengan nada polos "Lain yang salah, lain yang dihukum. Ckckck kok bisa ya, ada orang kaya yang sasaran bisnisnya melenceng kayak kamu. Udahlah cengeng, takut sama kelabang, manja, nangkap musuh suruh papanya, udah gitu.. "
"Heh" bentak Verdinat yang kini beneran marah, "Dikasi hati minta jantung lo ya, malah balik"
"Udah gitu ide pranknya buruk bangetttt" Azzahra sengaja memotong perkataan Verdinant.
Bryen menahan senyum, dalam hati ia membenarkan perkataan Azzahra.
Verdinant mengepalkan tangannya, menahan geram, bocah dihadapannya ini sudahkah gak berdaya masih saja cari gara-gara.
"Kapan gue prank lo" teriaknya
"Dari tadi sampai sekarang!" sahut Azzahra polos.
"Eh dungu, gue gak prank lo ya gue serius!"
Verdinant menghentakkan kakinya seraya mendekati Azzahra. Wajahnya merah padam.
"Buktinya Bryen aja ketawa!" lirih Azzahra
Jleb...
Verdinant menatap Bryen yang kini memasang wajah panik.
"kamu ketawa?"
Bryen menggeleng dengan keras.
"kamu boong ya, Om kan udah bilang, jangan ketawa sekarang... Sekarang itu saatnya marah!" Verdinant berteriak emosi hingga membongkar kartunya sendiri.
Verdinant kemudian dengan cepat melepaskan borgol kaki dan tangan Azzahra lalu memborgol Bryen dengannya.
"Om, kok aku juga diborgol?"
"Om mau balikin kamu keistana" ancam Verdinant.
"Om kan udah janji gak bakalan balikin aku, gak bisa gitu dong"
"Bodoamat! Mau gue sumpal mulut lo pake tikus tikus itu?" ancamnya
Bryen mengerutkan keningnya heran, "Kan itu tikus robot Om, sumpal aja, gak takut"
Jleb
Azzahra tertawa nyaring...
"Kalian itu tim yang gak serasi sama sekali, cepetan lepasin gue, dan sebagai permintaan maaf, kita berteman gimana?" saran Azzahra
Bryen mengangguk setuju, namun ia segera ditampol oleh Verdinant.
Ia kembali menatap mata Azzahra dengan penuh kebencian.
Kali ini ia benar-benar mengeluarkan aura intimidasi tingkat tinggi. Yang membuat jantung Azzahra berdegub karenanya.
Ia tidak lagi terlihat bercanda, ia benar-benar serius.
Bahkan Bryen tiba-tiba membisu, dan tampak ketakutan juga.
Ini janggal.
Ia mengeluarkan sebuah suntik dari saku jasnya.
"Om.. " lirih Bryen, suaranya terdengar panik.
"Lo Mau Juga!" bentak Verdinant.
"Sudah cukup aku berbaik hati padamu, Azzahra, ini keingananmu bukan? Asal kamu tau saja, aku punya hobby yang unik, aku suka sekali membuat musuhku menjadi sampah"
Ia kemudian menjentikkan jarinya di jarum itu.
Azzahra hanya menatapnya dengan lugu.
"Ini adalah ganja" tegas Verdinant
"Kamu akan menjadi budakku demi ganja ini, sama seperti wanita cantik yang kamu temui diruanganku dulu. Karena kulitmu lebih bagus dari dia, kamu akan menggantikan posisinya. bukankah itu hukuman yang menyenangkan?"