Chapter 10 - Terjebak!

Jam dinding toko yang Azzahra lalui menunjukkan pukul 3 sore.

Azzahra menatap Restoran Kristal sekali lagi, pengunjungnya mulai berkurang. Aneh.

Libanon tampak mengancam Azzahra dengan berbagai ekspresi wajah yang seram.

Azzahra memperhatikannya hingga tak sengaja menabrak sesuatu.

Buk...

Oh No, ternyata itu kakek yang kemarin. Kakek yang resek dan ngeselin.

Azzahra tertegun menatap kakek itu, ia masih berdiri ditempat yang sama, memakai baju yang sama dan tatapan mata yang sama.

Kakek itu kembali menatap Azzahra, lagi-lagi tertuju kearah gedung. Azzahra memutar kepala kakek.

Tatapan kakek tampak tajam dan dalam, pasti sekarang dia mau memukul kaki Azzahra lagi, Azzahra buru-buru buat jarak aman.

"Kok kakek masih disini sih?" tanya Azzahra

"Suka suka kakek dong, kamu pasti anak nakal yang kemarin sebrangin saya ya?" tebak sang kakek, "Pergi kamu gak usah dekat dekat sama saya!"

Suara kakek itu terdengar bergetar, bibirnya kering seperti orang dehidrasi.

Azzahra merasa iba. Ia segera memberikan air minumnya dimulut si kakek, dan kakek itu meneguknya sampai habis.

"Aku antarin kakek pulang ya?"

Kakek itu malah diam seraya menatap Azzahra lagi (tatapannya ke arah gedung, dan Azzahra memutarnya agar menghadap dirinya lagi)

"Rumah kakek di Jl. Mawar" tegas sang kakek,

Azzahra mengerutkan keningnya, rumah kakek sangatlah jauh, sekitar 5 km dari posisi mereka saat ini. "Loh, jauh banget kek, hmm kok kakek bisa sampai disini?"

"Suka suka kakek dong!" kakek kembali menatap jalan raya.

Azzahra kembali terciduk, "Ayok saya antar, tapi jalan kaki ya kek, saya gak punya uang buat naik kendaraan apapun"

Kakek mengangguk, "Kamu panggil saja saya Tok Amun"

"Tok Amun?" ulang Azzahra "Kayaknya familiar deh"

"Udah jangan memikirkan hal-hal yang diluar jangkauan, itu hanya akan menyakiti dirimu" nasihat sang kakek.

Azzahra terbelalak senang, akhirnya Tok Amun memberinya sebuah nasihat.

Azzahra melompat kegirangan.

Lalu buru-buru menggandeng tangan Tok Amun menuju ke Jl. Mawar.

Jl. Mawar adalah jalan menuju ke komplek Perumahan Matahari. Rumah-rumah disana hanyalah rumah biasa dengan dua kamar. Anehnya, meskipun perumahan ini biasa saja. Penghuninya sangat banyak, seluruh rumah sudah ada yang membeli, tidak satupun rumah yang free Buy.

Azzahra dan Tok Amun berhenti didepan rumah bernomor 60.

Azzahra sangat kelelahan dan kehausan, lebih-lebih kakek itu.

Mereka sampai ketika hari sudah gelap, sudah pasti asrama Azzahra sudah dikunci dan dia gak akan bisa masuk lagi.

Azzahra sebenarnya sangat jarang pergi begitu jauh dari daerah asrama atau sekolah, apalagi masuk di Jl. Mawar.

Azzahra ditatap dengan tatapan yang sangat aneh oleh orang-orang yang duduk didepan rumah mereka. Mungkin karena Azzahra terlihat seperti gembel.

"Kakek saya langsung pulang ya, hari udah malam banget nih... Aku pasti dimarahin sama ibu asrama" pamit Azzahra.

Namun kakek memegang tangannya, lalu menyeretnya masuk kedalam rumah.

"Tidak Usah" katanya, mengejutkan Azzahra.

Kakek itu mengambil iphone di sakunya lalu menelpon seseorang. Ia bahkan tidak lagi terlihat buta.

Semua ini benar-benar aneh...

"Kamu tunggu disini dulu, biar cucu saya yang antarin kamu" Tok Amun kemudian mengambil air putih didapur lalu memberikannya pada Azzahra.

"Kok kakek gak buta sih?" tanya Azzahra yang masih keheranan.

Kalau kakek itu punya hp, kenapa dia gak minta jemput sampa cucunya sejak awal saja.

Wah... Jangan-jangan ada yang gak beres ini.

"Kamu jangan takut, kakek bukan orang jahat. Kakek sengaja pura-pura buta, kakek ingin menemukan orang-orang berhati emas seperti kamu. Yang mau menolong orang lain dengan apa pun yang kamu punya"

"Oh syukurlah kalau begitu. Kirain Tok Amun mau jebak saya tadi..."

Azzahra membuang nafas lega seraya meneguk air putih dari Tok Amun. Dia sangat kehausan.

"Tapi... Untuk apa ya kakek cari orang yang begitu?" Azzahra baru teringat dengan pertanyaan ini.

Tok Amun tersenyum.

"Kakek selalu membalas orang lebih banyak dari yang orang itu berikan"

"Maksudnya Tok?"

"Kamu kasi saya 2 teguk air putih, saya balas 4 teguk air putih. Kamu antarin saya nyebrang dengan jalan kaki tanpa saya minta, saya antarin kamu pulang dengan mobil tanpa kamu minta"

Azzahra mengerutkan keningnya heran, "Gak perlu begitu juga Tok, saya jadi gak enak"

"Tenang saja, saya hanya membalas apa yang kamu lakukan 2 kali lebih banyak"

Azzahra jadi pusing, kepala nya berdenyut-denyut.

"Tadi saya simpan obat tidur di minuman kamu. Kamu tau tidak, saya ini papanya Verdinat Alvero!"