Azzahra teringat dengan denah aneh yang ia temukan. Ia segera mengambil denah itu. Lalu menciumnya.
Bau. Azzahra membukanya, sayangnya ia benar-benar tidak memahami dimana denah itu, sepertinya ia harus menyelidikinya lagi. Lagian Azzahra sudah terlanjur basah. Ya basah basah lah saja.
Ia juga teringat dengan petugas security yang menjengkelkannya. Ia harus memberi mereka pelajaran.
Azzahra jadi tersenyum sendiri.
Buru-buru ia berganti memakai pakaian yang bagus, lalu turun kedapur, membuka lemarinya dan mengumpulkan kelabang penghuni lemari didalam toples kecil.
Setelah itu ia berjalan sendirian menuju arah Restoran Kristal. Ia berhenti ketika menemukan daun yang bisa mengakibatkan gatal-gatal hingga bisulan. Ia tersenyum lagi seraya memetik daun itu.
Ia pulang dulu ke asrama lalu menumbuk daun itu hingga hancur, ia memasukkannya didalam plastik.
Setiba di Restoran, Azzahra kembali dihadang oleh para security.
"Kamu lagi!" kata Labanon "Kamu itu buronan di Restoran ini"
"Ya aku datang untuk menyerahkan diri" kata Azzahra seraya memeluk dadanya dengan sombong. Menyerahkan diri kok sombong.
"Tapi sebelum ditangkap aku ingin makan sebagai tamu!"
Security itu saling pandang, risih dengan kehadiran Azzahra yang menjengkelkan.
"Ya, setidaknya menunggu bos kalian yang mesum itu datang" kata Azzahra sengaja nyaring-nyaring.
Beberapa pelanggan yang mendengarnya menoleh ke arah Azzahra. Azzahra tersenyum sangat manis kepada mereka.
"Kurang ajar kamu!" pekik Labanon, ia segera menyeret Azzahra masuk ke restoran dan bermaksud mengurungnya didalam sebuah ruangan kosong. Azzahra pasrah saja hingga tiba didepan ruangan itu, barulah ia mengeluarkan aksinya. Azzahra merebut kunci itu lalu mendorong Labanon kedalamnya, lalu menguncinya dari luar.
Ia mengibaskan tangannya dengan puas.
Lalu dengan PD ia masuk kedalam ruang dapur. Beberapa karyawan menatapnya dengan aneh, namun mereka tidak tau kalau Azzahra bukanlah tamu.
"Tamu tidak boleh masuk kedapur" kata salah satu karyawan.
Azzahra memasang wajah angkuh seperti orang kaya "Aku butuh kaus tangan plastik, aku tidak suka mengotori tanganku untuk makan"
Karyawan itu segera mengerutkan keningnya, bukannya kaus tangan untuk makan selalu disediakan berdasarkan menu yang dipesan.
Karyawan itu hendak menyanggah ketika melihat Verdinant, pemilik Restoran menatapnya dengan tajam dari kejauhan.
Karyawan itu langsung membungkuk, dan menyerahkan kaus tangan itu pada Azzahra. Azzahra mengira tidak ada yang curiga kalau ia sedang berakting, lagian secara fisik kan Azzahra tidak tampak kampungan.
Azzahra memperhatikan beberapa hal yang ada didapur itu, banyak hal yang bisa ia masukkan kelabang didalamnya, seperti sup sup, minuman, kopi dll. Hanya saja orang didapur sangat ramai dan selalu meliriknya, jadi ia tak akan bisa melakukan itu.
Sepertinya Azzahra harus menunda urusan kelabang. Ia masih punya plan B. Yakni rumput gatal.
Azzahra masuk kedalam ruang ganti secara diam-diam dan membukanya dengan kunci yang ia curi dari Labanon tadi. Verdinant terus saja mengikuti Azzahra dari belakang, ia penasaran apa sebenarnya yang diinginkan anak itu.
Azzahra kagum melihat pakaian-pakaian kerja yang bagus-bagus, kainnya lembut, wangi, dan indah. Wah kalau saja itu milik Azzahra, ia pasti akan sangat senang dan hanya memakainya di waktu khusus saja...
Azzahra meraba-raba baju itu, lalu memandang rumput gatal yang ia pegang. Sepertinya ia tidak tega menyakiti pakaian itu dengan mengoleskan rumput gatal padanya.
Lebih baik ia masukkan kelabang di sakunya saja.
Azzahra segera mengeluarkan toples berisi kelabang. Verdinant bergidik ngeri melihatnya, ia kini berdiri sekitar 2 meter dibelakang Azzahra.
Azzahra menangkap salah satu kelabang itu dengan ibu jari dan telunjuknya. Ia sudah memakai kaus tangan, jadi tangannya aman, perlu diketahui kelabang itu bisa menggigit. Bahkan saat ini ia berusaha menggigit jari Azzahra.
Verdinant semakin ngeri melihatnya, Verdinant tidak pernah melihat apalagi menyentuh hewan-hewan mengerikan seperti itu. Lebih ngeri lagi ketika ia melihat Azzahra memasukkannya disaku baju koki.
Wah, parah ini anak, Verdinant jadi berang, terlebih ketika melihat Azzahra mengambil satu lagi kelabang itu.
"Kamu harus melakukan tugas dengan baik" bisik Azzahra dengan lembut kepada kelabang itu.
"Cleendia Azzahra, berhenti melakukan itu!" bentak Verdinant, ia sudah tidak tahan tingkat akut melihat kelakuan kurang kerjaan dari Azzahra.
Azzahra sangat terkejut, ia berbalik melihat kebelakang. Ternyata hanya seorang pemuda, ya mungkin kelas 3 SMA lah, gak ada yang perlu ditakutkan bagi Azzahra.
Orang itu memiliki kulit yang bersih seperti Bryen, mungkin dia juga orang kaya, pikir Azzahra.
"Ada apa? Kenapa kamu tau namaku?" tanya Azzahra dengan santai "Kamu tamu yang tersesat ya, salah masuk?"
Verdinant menatap Azzahra dengan heran. Ini anak udahlah ketangkap basah, sotoy lagi.
"kok diam, ikut ayah kamu dinner ya? Orang-orang penting itu dinner dilantai 4, pergi susul sana, jangan menggangguku"
'Oh jadi dia belum tau kalau aku adalah pemilik toko ini' batin Verdinant. Ia segera memeluk dadanya, menatap Azzahra dengan angkuh.
"Apa aku terlihat seperti tamu? Apa pakaian ku terlihat seperti tamu?" tanya Verdinant seraya memamerkan jas impornya yang terbuat dari bahan yang sangat berkualitas dan mahal.
Azzahra menatap Verdinant dari ujung kaki sampai ujung rambut, biasa saja, lagian orang kampung mana tau bahan mahal dan gak mahal, toh tampangnya jas itu sama aja dengan jas jas dipasaran.
Azzahra tampak berpikir keras, kalau dia bukan tamu, ngapain dia masuk ruang ganti. Kalau dia karyawan yang mau ganti baju, gak mungkin, kok karyawan datang terlambat. Hmm, pasti dia sama dengan Azzahra, sama-sama punya niat jahat, makanya sama-sama ketemu di ruang ganti.
"Kamu penjahat berdasi ya!" tuding Azzahra "Pergi kamu! Atau aku lempar kelabang ini di bajumu" ancam Azzahra.
Keterlaluan..., Verdinant segera menangkap pergelangan tangan Azzahra.
"Aku Verdinant, pemilik restoran ini"
Azzahra tertegun mendengarnya.
"Kemarin kamu menerobos masuk keruanganku, sekarang kamu malah memasukkan kelabang di pakaian karyawanku. Dikasi hati minta jantung kamu ya"
Verdinant kemudian menyeretnya keluar dari restoran.
"Aku tidak akan memaafkan mu lagi, aku akan melaporkan mu pada polisi sekarang juga!"
Azzahra menarik tangannya hingga terlepas "Kamu berani melaporkanku?" ia menganggkat dagunya angkuh.
Azzahra memandang pelanggan-pelanggan yang juga memandangnya dan Verdinant. Terlintas ide bagus diotaknya.
"Aku sudah punya bukti, ayo ikut aku!" Verdinat kembali menarik tangan Azzahra, dan ia menggunakan kesempatan itu untuk memasukkan kelabang di dalam jas Verdinant.
Tentu saja Verdinant sangat takut dan ngeri. Ia melompat-lompat ketakutan, namun kelabang itu terasa berjalan di punggungnya.
Verdinant berteriak dan berlari kesana kemari. Ia buru-buru membuka jasnya, lalu kemejanya, lalu celana panjangnya.
Terlihat lah kelabang itu keluar dari tumpukan pakaian Verdinant, yang buru-buru dibunuh oleh Security.
Semua orang tercengang menatap Verdinat yang hanya memakai celana pendek dan singlet saja. Verdinant menjadi sangat malu yang luar biasa. Bahkan Azzahra juga malu dan iba melihatnya, ia tidak bermaksud begitu. Beberapa pelanggan kemudian keluar dari restoran. Security segera mengusir para wartawan.
"Om...! " terdengar suara panik Bryen yang baru masuk dari pintu depan "Kenapa bisa begini?" ia kemudian membuka jasnya lalu diberikan pada Verdinant, ia menuntun Verdinant masuk keruangannya dilantai 4.
"Ini semua gara-gara anak itu! Kita harus memberinya pelajaran, sepertinya dia benar-benar bodoh dan tidak tau siapa aku"
"Sudahlah Om, jangan dulu dipikirkan, kita bisa urus dia nanti, toh kita sudah tau segala informasi tentang dia, dia gak akan kemana-mana" Bryen berusaha menenangkan Verdinant.
Setelah keluar dari Restoran, Azzahra menatap ke arah jendela kaca ruangan Verdinant, ia masih ingat, itu lah ruangan yang tak sengaja ia masuki kemarin. Sejujurnya, Azzahra kasihan melihat Verdinant harus dipermalukan karena dirinya. Lagian, Verdinant gak salah, yang salah kan Azzahra, meskipun dia hanya bermaksud bercanda.
Azzahra membuang nafas dengan berat, ia segera pulang. Namun, lagi-lagi ia menghentikan langkah ketika melihat seorang kakek tua yang sudah putih rambutnya sedang berdiri mematung ditepi jalan raya. Kakek itu memegang tongkat, matanya lurus kedepan, kulitnya sudah keriput namun raut wajahnya sangat tegas, menunjukkan bahwa kakek itu memiliki tanggung jawab yang besar.
Hm... Azzahra mendekatinya, mungkin kakek itu buta, dan dia pasti sering memotivasi anak muda. Kalau Azzahra membantu kakek itu menyebrang, mungkin Azzahra akan mendapatkan kata-kata motivasi dari kakek itu. Azzahra kan senang bergaul dengan orang yang bisa memberinya pengetahuan atau pandangan baru.
"Kakek, kenalin, aku Azzahra" Azzahra memperkenalkan dirinya, namun kakek itu mengacuhkannya "Aku akan membantu kakek nyebrang"
Azzahra buru-buru menyebrangkan si kakek, tapi si kakek kayaknya tidak mau diseberangkan.
"Kamu ngapain nyebrangin saya" bentak sang kakek setiba di seberang jalan raya.
"Saya sebagai anak muda, merasa terpanggil untuk menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Harus nya kakek berterimakasih loh sama saya"
Kakek itu menatap Azzahra dengan kesal, namun karena buta, matanya malah menghadap ke arah gedung, Azzahra buru-buru memutar badan kakek agar menghadap dirinya, "Saya Gak Butuh Pertolongan Kamu" tegas kakek dengan penuh penekanan.
'Ih ini kakek, udah dibantuin, belagu lagi' batin Azzahra
"Ya udah kalo gitu, aku minta maaf deh. Aku kembaliin kakek diseberang lagi ya"
Azzahra kemudian menyebrangkan kakek lagi. Kakek buru-buru menepis tangannya setelah tiba ditempatnya semula.
"Kok kamu nyebrangin saya lagi!" kakek itu terdengar makin kesal.
"Katanya kakek gak mau diseberangi?"
"Kapan saya bilang?" pekik sang kakek, "Kamu ini anak muda dari mana sih, kurang ajar sekali sama orangtua"
Azzahra terbelalak mendengarnya, niatnya mau baik hati kok jadi salah. Azzahra menggaruk kepalanya, bingung sendiri.
"Kakek jangan marah marah dong, aku bakal kembalikan kakek diseberang lagi kok"
Azzahra kemudian menyebrangkan kakek itu untuk yang ketiga kalinya.
"Nah kakek udah sampai, kakek nunggu siapa kek?" tanya Azzahra dengan lembut, tapi kakek itu malah memukuk kaki Azzahra kuat-kuat dengan tongkatnya.
"Kamu Siapa Sih?" bentak kakek itu "Kamu main-main dengan kakek ya! Sudah kakek bilang, kakek gak mau diseberangkan sama kamu"
Azzahra jadi kesal sendiri karena ulah si kakek, padahal dia tadi berharap bakal di berikan motivasi, doa, ucapan terimakasih, dipuji... Atau apalah yang baik-baik.
"Ya udah deh kek, aku pulang aja!" Azzahra merajuk
Kakek itu malah memukul kaki Azzahra lagi.
"Yang suruh kamu pulang siapa? Temani kakek disini!"
Azzahra menurut, ia berdiri disamping kakek, tetap berharap kakek akan memberinya kata-kata motivasi. Para petugas di Restoran Kristal sesekali menatap Azzahra lalu berbisik-bisik, membuat Azzahra jadi grogi. Bahkan Verdinant dan Bryen juga mengintipnya dari kaca ruangannya.
Nyamuk-nyamuk mulai hinggap di kulit Azzahra dan menggigitnya. Azzahra garuk-garuk sana sini.
"Kakek... " panggil Azzahra "Udah sore banget nih, aku pulang dulu ya, asrama aku dikunci jam 6 pas!"
"Pergi aja, kakek gak butuh kamu lama-lama disini"
Tanpa pamit-pamit lagi, Azzahra langsung cap cus meninggalkan sang kakek yang ngeselin itu, ia bersumpah tidak akan menolong kakek itu lagi.