Pukul dua belas lewat lima belas menit. Kami sampai di tujuan. Kami berhenti di sebuah penginapan di tengah-tengah pergunungan. Pertama aku akan memarkirkan motorku, terlebih dahulu. Aku memakirkan motorku di parkiran, lalu mematikan motornya. Rias turun dari motor, aku mengambil tasku dan turun dari motor.
Setelah itu aku dan Rias pergi ke tempat satsuki dan yang lain berkumpul. Aku berbaris, lalu salah satu guru memberi sebuah kunci secara acak. Secara bergantian kami mengambil kunci. Setelah aku menunggunya cukup lama, akhirnya barisanku mengambil kunci. Barisanku teridiri dari Satsuki, Yato, Roxy, Aku dan Rias.
Saat satsuki ingin mengambil kuncinya, ia melihat isi kardus itu dan tiba-tiba menoleh ke belakang.
"Ada apa satsuki?" tanya Yato.
setelah menghela nafas ia menjawab "Kuncinya sisa satu hehe"
Guru itu membolak-balikan kardusnya lalu berkata, "Oh abis kuncinya? berarti kalian satu kamar saja"
Lalu guru itu pergi meninggalkan kami. Kami pikir memang sudah tidak ada pilihan lain selain sekamar.
Kami semua pergi ke kamar itu. Aku masuk ke kamar dan menutup pintu dari dalam. Menurutku ruangannya cukup luas. Cukup untuk lima orang bagiku.
Kami meletakkan barang bawaan masing-masing ke ruangan sebelah.
Kami akan tidur di ruang tengah dan barang-barang akan di letakkan di ruangan lain.
Setelah itu, Aku dan yang lain turun ke bawah untuk berbaris lagi. Dibawah kami di suruh mencari kayu bakar untuk memanggang sosis dan yang lainnya untuk nanti malam.
Kami di pisah menjadi beberapa kelompok. kami diberikan sebuah kertas yang berisikan nama-nama dan kelompok yang sudah di tentukan oleh guru.
Kelompok A :
•Rias
•Yato
•Kazuto
Kelompok B :
•Roxy
•Satsuki
•Ayudia
Setelah melihat isi kertas itu. Aku merasa seperti ada yang menjanggal di kertas itu.
"Ayudia tuh siapa ya?" Tanya Roxy.
Mendengar perkataan Roxy aku berpikir, "Itu!, Ayudia itu siapa?"
"Iya, siapa ya ini" Jawab Satsuki.
Selagi aku menggaruk kepalaku dengan ekspresi kaku pada wajahku, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku. "Kazuto? Oh, itu benar-benar kamu, Kazuto."
Ketika aku berpaling, Ayudia Saika sedang bertingkah gelisah dengan malu-malu, cahaya matahari sore yang cemerlang menyinari dirinya. Debu di udara berubah menjadi partikel cahaya hanya karena dia berdiri di sana. Ayudia itu betul-betul malaikat.
Aku segera terpesona, tapi aku memutuskan untuk bertingkah sekeren mungkin yang bisa dicapai manusia. "Yo."
Aku tanpa sengaja berkata seperti itu.
Padahal aku tidak kenal dia. Aku sudah membuat kesalahan.
"Kenalanmu?" tanya Yato.
"Yo juga." Ayudia mengangkat satu tangannya seakan dia sedang mencoba untuk meniruku. Tingkah kasar itu pastilah membuatnya malu, karena dia tertawa dengan tersipu-sipu dan senyuman malu-malu terbentuk di wajahnya. Lontong sate, dia terlalu imut. "Apa aku sekelompok dengan temanmu?"
Aku menjawabnya dengan patah-patah, "I-iya, k-kau s-sekelompok d-dengan temanku"
"Oh begitu, Baguslah"
Aku dan Satsuki berpisah karena berbeda kelompok. Kelompok ku mencari kayu di ujung Gunung Awan.
Setiap ada kayu yang pas untuk di bakar, kami ambil.
Saat di tempat terakhir yaitu di atas Gunung. Aku yang sedang mengumpulkan pohon, serasa mendengar seseorang memanggilku di hembusan angin yang kencang ini.
"Kazuto!!, sini cepat!!"
Saat aku berpaling ke atas. Ada Rias yang sedang melambaikan tangan, dan di sinari matahari senja.
"Aku akan segera kesana!" Jawabku dengan suara yang keras.
-Bersambung-