Kamis, 24 April, Hari ini aku pergi ke Gunung Awan. Aku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Sudah hampir pukul enam pagi, dan sinar matahari pertama menyusup ke kamar tidurku melalui jendela. Ini waktu yang normal untuk memulai hari.
Akan tetapi pagi ini aku merasa lain, bukan karena kurang tidur. Aku memisahkan selimut, turun dari tempat tidurku, dan bergegas ke kamar mandi. aku melihat laki-laki berusia enam belas tahun saat memandang diriku di cermin, dengan rambut acak-acakan.
Aku melepaskan celana pendek dan masuk ke bilik mandi, Setelah mandi dan mengeringkan tubuh dengan handuk, aku memilih pakaian yang nyaman untuk pergi nanti ; celana jins, kaus putih dan Sweater. Aku pun siap. Aku sudah mengemas satu tas untuk bekal nanti. Satu-satunya yang harus aku lakukan adalah menelepon yang lain. Tapi itu belum bisa aku lakukan karena ini masih sangat pagi bagi mereka.
Aku pun memutuskan untuk membuat sarapan. Kebetulan ibuku sedang tidak ada di rumah. Hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan. Sarapan yang lezat akan menjadi awal yang sempurna.
Di dapur kecil di rumahku. Aku menyalakan kompor, menaruh wajan di atasnya, menyendok mentega dan memecahkan dua telur. Saat telur mulai matang dan aromanya menyebar ke seluruh ruangan. Datang Rias sambil mengucek-ucek matanya.
"Pagi"
"Oh,Pagi Rias"
"Kenapa tiba-tiba kamu jadi begini?"
"Nggak ada apa-apa"
"Oh Begitu"
Ia pergi mengambil handuknya dan bergegas pergi ke kamar mandi.
Aku menunggu Rias cukup lama. Pada pukul enam tiga puluh, Aku sudah menunggu cukup lama dan memutuskan untuk sarapan duluan.
Dengan begitu aku masih harus menunggu Rias selesai sarapan, tapi aku tidak memperdulikannya. Paling tidak perutku sudah tidak tersiksa lagi.
Aku memakai jaket putih, Lalu menunggu Rias yang sedang sarapan.
Pukul tujuh tiga puluh, Rias sudah selesai sarapan. Aku menggendong tas, dan menutup pintu setelah keluar. Aku dipaksa ibuku untuk mencoba menaiki motor milik ayahku dan Aku pun pergi mengendarai motor di jalanan yang basah menuju sekolah sambil membonceng Rias.
Aku tidak yakin mereka sudah berada di sekolah, tapi tetap saja aku menancap gas. Perasaan gelisah dan bingung mulai bertambah saat aku sudah dekat dengan sekolahan.
Aku memarkir motorku dan berjalan ke dalam sekolah. Setibanya disana, pukul delapan lebih lima menit, Aku membuka pintu kelas secara perlahan, berharap mereka semua sudah datang lebih awal. Ketika aku melihat isi kelas, mereka semua ternyata sudah berada di sini.
"Kazuto!, sini!,sini!" Kata Yato sebelum bertanya, "Kalian berangkat pukul berapa?"
Aku menjawabnya dengan santai, "Sekitar pukul tujuh lewat tiga puluh aku berangkat"
Setelah itu aku dan Rias meletakkan tas di bangku, lalu duduk di kursi.
Pertama, kami harus menunggu wali kelas kami kesini, selanjutnya, kalau memang tidak ada halangan, kami akan mendapat jawabannya.
Pukul sembilan kurang lima menit. Wali kelas kami datang. Ia duduk dikursi dekat papan tulis.
"Cepat siap-siap, kita akan berangkat lima menit lagi"
Setelah itu, Kami semua turun ke bawah dan berbaris. Waktu berjalan begitu lambat. Aku menunggu guru yang ada di depan selesai berbicara.
Beberapa menit kemudian, Guru itu selesai bicara dan mereka semua naik ke bus.
Aku dan Rias mencari ibunya untuk bertanya, "Bu, boleh bawa motor nggak?"
"pakai saja, sekalian tolong jagain Rias ya" jawabnya.
Aku dan Rias pergi ke tempat parkiran, lalu mengikuti bus itu dari belakang.
-Bersambung-