Presiden pun mengangguk mengerti. Jelas sekali jika posisi yang Earl seorang diri pergi menuju lokasi transaksi dan nekat menyamar sudah kemajuan yang luar biasa. Tapi Presiden tetap tidak bisa berbangga ria dengan timnya yang bagus karena kenyataannya transaksi itu lolos begitu saja.
Matanya mengedar untuk mencari tim lapangan yang bertanggung jawab untuk kelalaian ini.
"Lalu tim lapangan yang asli yang mana?" Tanyanya sedikit tidak sabaran.
Presiden sudah terlalu gemas karena lagi-lagi Arthur melangkahi dirinya dengan begitu mudahnya. Semua orang di dalam ruangan itu kecuali Pak Presiden dan Sekretarisnya langsung beralih menatap Michele. Dengan reaksi itu pula Presiden mengerutkan alisnya begitu dalam seraya menatap Michele dengan tajam.
"Jangan katakan...." Ujar Presiden tak bisa melanjutkan perkataannya.
Michele, wanita yang dimaksud pun tertunduk dengan bahu gemetaran dengan matanya yang melirik kesana kemari mencari bantuan. Tapi semua orang disana hanya diam sampai membuat mulutnya terasa masam dan ingin memaki mereka semua.
"Saya tim lapangan, Pak Presiden." Jawab Michele ketakutan sendiri.
Presiden Parker menahan nafasnya lantaran terlalu terkejut dengan kondisi tim yang ia buat ini. Kenapa bisa ada orang asing yang masuk ke dalam tim dan ia tidak mengenalinya sama sekali. Siapa yang berani? Pak Presiden menahan amarahnya.
"Siapa namamu dan apa pangkatmu?" Tanya dengan selidik. Suara dengusan nafasnya malah terdengar begitu berat sekali.
"Mi-Michele Krisnewn... Perwira AL." Dan Michele hanya bisa mencicit ketakutan setengah mati.
Presiden Parker yang mendengar itu lantas mengangkat tangannya untuk memanggil sang sekretaris mendekat.
"Sekretaris. Cari data dirinya segera." Titahnya lagi dan sang sekretaris langsung mencarinya. Dengan koneksi Presiden, sangat mudah sekali untuk menemukan data diri Michele. Setelah beberapa menit berlalu, skretaris itu memberikan tabletnya dan menyerahkannya pada Presiden.
Setelah membaca beberapa kata disana, seketika aura Presiden Parker langsung menggelap. Ia kemudian menatap General Abey dengan garang sambil memberikan tablet itu kembali pada sekretarisnya.
Seperti ruang rapat ini terlalu menegangkan sampai Michele lupa ia sedang menahan nafasnya sejak tadi.
"Jadi karena ini kau tidak ingin berada di dalam tim, Earl?" Tanya Presiden tanpa menoleh pada Earl.
Matanya sibuk menatap Michele yang sukses dibuat hampir pingsan karena tidak bernafas. Earl mengangguk sekali dan seketika Presiden menghempaskan dokumen yang ada di hadapannya.
"Siapa yang merekomendasikan dirimu ada di tim khusus, Michele?" Kali ini Presiden bertanya pada Michele.
Tetapi Michele disana tidak bisa menjawabnya. Siapa yang merekomendasikan? Tidak ada. Tentu dirinya sendiri yang dengan percaya diri mengajukan untuk memaksa masuk ke dalam tim khusus. Michele terus saja diam karena mendadak pita suaranya seperti rusak karena tidak bisa berkata sepatah kata pun.
Presiden Parker yang tidak bisa lagi bersabar lantas kembali bertanya.
"Ayahmu? Atau dirimu sendiri?" Michele tetap diam.
Semua orang disana menatap Michele yang mencicit di pojok meja. Earl bahkan menatap wanita itu dengan tatapan sengit seolah berkata 'ini semua salahmu' pada Michele. Michele ingin menangis dan mengamuk seperti kemarin, tetapi ia sadar akan tingkahnya. Itu hanya akan membuatnya masuk ke dalam posisi yang semakin sulit.
Presiden Parker mulai muak sekarang karena tekanan yang ia berikan tampaknya membuat wanita itu tidak mau membuka mulutnya sama sekali. Dengan geram ia melemparkan pena hitam miliknya dan tepat mengenai kepala Michele.
"Aku tadi mendengar suaramu berbicara, kemana sekarang suaramu? Tiba-tiba bisu?" Tanyanya sudah kepalang jengkel.
Presiden lantas meminta sekretarisnya untuk menyambungkan tabletnya nya dengan layar proyektor. Disana jelas terpampang data diri Michele, lengkap dengan nilai dan skornya. Tetapi semua tampak biasa saja melihatnya. Tidak terkejut sama sekali.
Dengan sekali lihat situasi itu pun Presiden langsung tahu jika wanita ini masuk karena ada sesuatu di belakangnya. Terlebih dengan nilai seburuk itu bisa menjadi perwira. Serendah apa jabatan perwira AL sekarang.
Michele mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya. Presiden bahkan tidak segan menghinanya agar mau membuka mulut. Ia juga menahan malu sejak tadi dan berharap ia mati saja di kursinya.
Sedikit memberanikan diri, Michele dengan mata nyalang menatap General Abey yang duduk di seberang meja. Membuka mulut berarti sama saja membuka aibnya sendiri. Michele tidak punya cara lain lagi.
"Saya mendapat rekomendasi dari General Abey." Kata Michele begitu kejam dan langsung mendapat tatapan terkejut dari Abey.
Tapi Presiden malah tertawa mendengarnya. Omong kosong apa yang wanita itu katakan. Demi tuhan, Earl dan semua rekan timnya bergidik ngeri mendengar suara tawa Presiden.
"Abey bekerja denganku lebih dari lima tahun. Aku sangat tahu seperti apa sifatnya." Ujar Pak Presiden sambil mengetukkan jarinya di meja dengan tidak sabar.
Wajah Michele bertambah pucat lantaran alasan yang ia buat ternyata malah memperburuk suasana. Presiden menghentikan tawanya dan mengamati General Abey dan Michele bergantian.
"Aku akan baca situasinya. Kau merekomendasikan dirimu sendiri dan meminta pada ayahmu untuk turut serta dalam tim penyidikku. Lalu ayahmu meminta Abey untuk meloloskanmu dan bekerja pada tim khusus. Karena ayahmu seorang General, sama seperti Abey, maka tidak ada alasan lain selain membiarkanmu masuk di tim." Presiden Parker menjelaskan begitu detail dan sangat masuk akal walaupun sebenarnya itu hanya tebakannya saja.
Tapi hanya General Abey yang tampak tertunduk malu sampai tidak menggeleng dan membuang tatapan ke arah lain. Earl memasang ekspresi datarnya dengan suasana hati yang begitu kesal. Kenyataannya memang seperti itu.
"Dan ketika dirimu masuk dalam tim, kau malah mengacaukan semuanya. Merugikanku, merusak nama baik negara dengan ulahmu, dan merusak lebih dari jutaan rakyatku menjadi pemakai ganja... Kau pikir tim yang aku buat ini untuk main-main?!" Presiden memukul meja dengan kepalan tangannya.
Earl bahkan kaget karena Presiden menggebrak meja dan menatap nanar ke arah Michele.
"Sekretaris! Copot segera jabatan General Krisnewn dan orang-orang yang terlibat di belakang mereka. Bersihkan semuanya! Sita semua fasilitas negara yang dipakainya dan periksa semua latar belakang keluarga mereka yang mengikuti militer. Aku takut mereka menggunakan kekuasaan untuk memasukkan keluarganya lagi ke militer dan menghabiskan anggaran negara."
Michele kali ini berani mengangkat kepalanya dengan rahang yang seperti terjatuh dari kepalanya. Mulutnya terbuka dan menutup tidak henti karena Presiden baru saja mencopot jabatan ayahnya. Demi tuhan! Apa yang ia lakukan sekarang?
"Baik, Pak Presiden!" Sekretaris langsung menjalankan instruksi dari Presiden Parker dengan segera.
Michele langsung berdiri dan berlari ke arah Presiden. Segera ia berlutut di kakinya bermaksud untuk memohon ampunan pada Presiden. Namun dengan sigap ditangkap oleh Finni dan beberapa pengawal pribadi Presiden.
"Pak Presiden! Tolong ampuni kesalahan saya. Saya akui semua kesalahan saya! Saya yang membujuk ayah saya untuk ikut di tim penyidik. Dan saya mengakui saya telah melakukan banyak kesalahan. Tolong jangan copot jabatan ayah saya! Tolong Pak Presiden! Saya mohon!"
Michele meronta di dalam kuncian para pengawal dan ia segera diseret keluar ruangan.
Presiden menggelengkan kepalanya heran. Tidak menyangka jika selama ini masih ada orang yang berani menetang perintahnya. Tatapan matanya kini menatap timnya dengan seksama.
"Kalian disini adalah personil militer yang dipilih dengan seleksi yang super ketat dibawah persetujuan menteri pertahanan negara. Kalian yang aku tunjuk langsung dari sepuluh kandidat yang terpilih. Seharusnya kalian bisa memahami, betapa seriusnya tugas kalian di tim ini. Aku harap, tidak ada lagi yang mengacau seperti ini lagi di masa depan." Ujar Presiden dengan nada lelahnya.
Semua anggota tim pun mengangguk dengan tegas. Presiden kini beralih pada Earl.
"Earl, kau kembali masuk di tim lapangan. Aku masih menunggu hasil seleksi dari menteriku untuk mendapatkan personil baru di tim lapangan. Untuk saat ini, aku telah menugaskan Ricard untuk mencari partner sementara untukmu." Tetapi Earl menundukkan kepala dan menggeleng pelan.
"Sebaiknya saya bekerja seorang diri sambil menunggu seleksi partner dari Menteri Pertahanan, Pak Presiden. Karena mengingat Arthur hanya tertarik pada gerak gerik saya, saya bersedia menjadi alat untuk memancing Arthur." Earl berkata dengan serius kali ini. Presiden mengangguk mengiyakan permintaan Earl.
"Baik. Sekarang lakukan tugas kalian dengan hati-hati, terutama kau Earl." Semua di ruangan itu mengangguk. Setelah berbicara sebentar dengan sekretarisnya, Presiden Parker teringat sesuatu.
"Oh aku lupa. Aku dengar kau menyelamatkan anak dari keponakanku, Steve. Aku akan memberikan hadiah terima kasih karena telah membantu menjaga keluargaku, Earl. Datanglah ke acara pesta perayaan ulang tahun istriku minggu depan. Kau bisa datang menggunakan gaun, tidak dengan seragam." Ucap Presiden tampak tersenyum lega. Ia langsung memberikan catatan pada sekretarisnya untuk mencatat nama Earl di buku undangan khusus.
Earl yang diundang pun langsung mengangguk menyetujui tanpa basa-basi lagi, karena ini undangan dari Presiden. Earl sangat senang tentu saja. Bisa hadir di acara ulang tahun ibu negara. Earl tidak bisa menghilangkan senyum senangnya saat ini.
"Semuanya, silahkan kembali bekerja." Presiden pun pamit dan segera meninggalkan ruangan bersama pengawal dan sekretarisnya.
"Haaahhhh...."
Earl langsung mengehela nafas kuat. Disusul oleh rekan-rekannya yang langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Suasana tadi sangat menegangkan sampai mereka berkali-kali dibuat berdebar akibat ulah Michele.
"Aku hampir mati kehabisan nafas." Duke mengeluh sambil memijat lehernya. Dan dihadiahi tawa oleh Earl dan yang lainnya. Sungguh menegangkan.
"Jadi? Apa yang terjadi kemarin?" Tanya Tom melirik Earl yang kini tengah menyandarkan tubuhnya pada kursi. Jujur saja, mendapat undangan khusus dari presiden itu sesuatu yang langka sekali.
"Ceritanya sangat panjang." Earl terlalu malas menjelaskan dan langsung dibalas decakan kesal oleh Duke.
"Sebaiknya kita pergi ke Club hari ini." Ucap Ricard tiba-tiba yang langsung di hadiahi tatapan berbinar dari anak buahnya. Bahkan Finni langsung berdiri dan merangkul pundak Ricard dengan gembiranya.
"Aku tahu bos yang paling hebat!" Finni memuji berusaha menjilat bosnya agar mau mengeluarkan lebih banyak uang untuk berpesta. Mereka pun tertawa bersama.
Dan disinilah mereka. Empat orang pria berdiri di depan Club menunggu Earl. Karena rumah Earl ada di distrik B, mau tidak mau ia akan datang paling akhir. Earl menyuruh mereka masuk lebih dulu karena ia sedang dalam perjalanan.
Ketika Earl datang, ia langsung mendapat tepuk tangan meriah di dalam bilik VIP yang telah dipesan Ricard. Suasana heboh sekali sampai menarik beberapa pengunjung lain karena berisiknya bilik mereka.
"Oh tuhan! Siapa wanita ini?" Pekik Finni kaget sekali. Duke yang menyadari wajah Earl lantas tertawa dan bersiul tidak karuan menggoda Earl.
"Bintang club malam ini telah tiba guys!" Bahkan Tom yang biasanya selalu terlihat kalem pun ikut heboh. Earl berusaha menahan diri untuk tidak mengajak ketiga rekannya ke atas ring tinju.
"Kalian belum pernah aku hajar?" Tanyanya jengkel. Ricard bahkan tertawa melihat keakraban di timnya ini.
Earl datang mengenakan jaket kulit pas di badannya dengan tanktop hitam seperti biasa. Kaki panjanganya dilapisi celana kulit hitam metalik ketat. Lehernya dihiasi kalung perak sebagai satu-satunya aksesoris yang Earl pakai.
Melihat tampilan Earl malam itu tentu saja mereka langsung heboh. Bahkan saat mereka sedikit mabuk Duke dan Finni terus mengolok-olok Earl yang memakai riasan make up di wajahnya. Earl yang kesal pun langsung berpindah tempat duduk dan duduk di samping Tom.
"Kalian lihat? Lipstik merah gelap." Dengan nada mengolok, Finni duduk dan mendekatkan wajahnya.
Tom tidak bisa sedaritadi menahan tawa pun langsung meledakan tawanya seketika. Earl hanya menggelengkan kepalanya santai dan mengambil gelasnya. Tidak tahu saja ia sudah kepanasan sekali ingin bersalto dan menjadikan mereka matras gratis.