"Jimy sayang. Maaf nenek terlambat, nenek menjemput tante Rose lebih dulu sebelum kemari," Maria langsung mendatangi cucu tersayangnya dan menggendongnya.
"Nenek, Jimy tidak suka tante Rose ikut," jawab Jimy begitu terang-terangan. Sedangkan disana, Rose pelaku yang membuat Jimy tidak stabil perasaannya berdiri dengan canggung di belakang Nyonya Parker.
Bocah sial. Batin Rose dengan memaksakan senyumnya. Matanya melirik Steve yang melewatinya begitu saja. Auranya berubah seketika begitu ia keluar dari mobil Nyonya Parker. Ia masih marah tentunya. Tetapi Rose masih bisa bernafas lega saat Nyonya Parker masih memihak padanya.
Nyonya Parker sudah sangat mencintainya. Ia tidak akan membiarkan wanita lain menjadi istri Steve karena keluarga Rose sudah berteman lama dengan keluarga Parker sejak sebelum Presiden Parker diangkat menjadi Presiden.
"Ayo berangkat sayang," mereka pun berangkat ke taman bermain anak di Pusat distrik B.
Sepanjang perjalanan suasana sangat sepi. Dan Nyonya Parker hanya fokus pada Jimy sedangkan Rose diam seperti batu duduk di kursi depan. Steve jelas sangat tidak suka Rose ikut di acara keluarga kali ini. Setelah apa yang terjadi, dia masih berani menampakkan diri di hadapannya. Ia jauh lebih licik, ketika ia tahu bahwa Steve tidak akan melaporkan kejadian hampir diculiknya Jimy pada ibunya, ia masih dengan santai berkeliaran di sekitarnya.
"Cu-cuacanya sangat bagus hari ini," ucap Rose berusaha menarik perhatian Steve. Steve disana yang sudah seperti alergi mendengar suara Rose langsung menyetel musik di mobil dengan sedikit nyaring. Itu adalah lagu anak-anak yang sering dinyanyikan Jimy. Seketika Jimy pun bernyanyi.
Benar-benar menohok Rose. Steve tidak melirik padanya barang sekali dan dengan sengaja mengacuhkannya. Rose menggigit bibirnya menahan amarah. Ia marah dengan sifat Steve, tetapi di satu sisi, ia tidak bisa melepaskan Steve karena ia sangat mencintainya.
Perasaan bertahun-tahun yang ia pendam dan harus kandas ketika Steve menikahi seorang gadis berkebangsaan inggris. Ia sangat cantik, Rose mengakui itu. Dan keturunan bangsawan yang membuat sosok Liliana sama sekali bukan tandingan seorang Rose. Liliana terlalu tinggi seperti langit.
Ia berperilaku sopan karena didikan keluarga bangsawan. Wawasannya sangat luas, ia juga sangat supel dan perhatian pada Steve ketika mereka menikah. Dan berhasil memberikan Steve keturunan. Siapa yang sangka jika bocah sial itu memiliki sifat seperti ayahnya dan kepintaran seperti ibunya. Wajahnya pun perpaduan antara Steve dengan Liliana. Sangat sempurna bagi Rose.
Hatinya sangat hancur ketika menghadiri pesta mewah pernikahan Steve dengan Liliana. Ia datang bersama keluarga besarnya, disambut baik dan Steve yang bersalaman dengannya sangat terlihat bahagia sampai Rose tak pernah lihat Steve diam dan termenung selama acara pernikahannya.
Mereka telah sampai di Wonderland distrik B. Ini baru kali pertama bagi Jimy bermain di Wonderland distrik B. Karena biasa mereka hanya akan bermain-main di seputar wilayah Distrik A. Jimy sangat senang karenanya. Ia langsung menarik tangan nenek dan ayahnya. Seperti Jimy dengan sengaja melakukan itu untuk membuang Rose diantara mereka.
Steve dengan sabar menemani Jimy bermain. Sampai ketika mereka berdua keluar dari Wonderland untuk makan siang, Jimy dengan mata kepalanya sendiri melihat surai coklat bergelombang yang diikat ponytail. Sosok Earl berdiri di gerbang Wonderland. Jimy langsung jingkrak seperti seorang melihat artis idamannya.
"Ayah! Kakak Earl! Kakak Earl disana!" Steve pun memfokuskan pandangannya sebelum melihat Earl disana dengan baju santainya terlihat berbicara dengan seorang pria.
"Kakak Earl? Siapa Earl, Steve?" melihat Nyonya Parker ingin tahu, Rose segera menggenggam lengan Nyonya Parker.
"Hanya seorang pengawal, bu. Bukan siapa-siapa," jawab Rose dengan begitu anggun. Namun karena Jimy begitu antusias tentu saja bukan pemandangan biasa yang dilihat Nyonya Parker disana.
"Iya-iya, Jimy tenanglah sedikit," Steve pun memegangi putranya agar tidak segera berlari kesana karena berbahaya membiarkan Jimy berlarian di pinggir jalan raya.
Nyonya Parker hanya melihat beberapa orang di depan gerbang sana. Ketika matanya melihat seorang wanita biasa dengan rambut coklat tinggi, hampir Nyonya Parker bertanya dan segera Rose berkelit sebelum pertanyaan itu keluar.
"Nyonya Parker, ayo. Segera, kita harus makan siang. Kasihan Jimy sangat lapar," Nyonya Parker masih menatap gadis itu ketika matanya kemudian melirik Steve dengan raut wajah yang jelas Nyonya Parker tahu itu tatapan apa.
"Ayo Ayah! Kita harus kesana!" kata Jimy sembari menarik tangan Steve tidak sabaran. Rose sangat panik hingga ia menahan lengan Nyonya Parker agak sedikit kuat.
"Ji-Jimy, saatnya kita makan siang yaa sayang. Ayo," kata Rose dan dianggap angin lalu oleh Jimy.
Steve pun tidak punya pilihan lain selain menuruti Jimy, begitu juga Nyonya Parker. Ia sangat penasaran siapa wanita itu yang mampu meluluhkan hati anak dan juga cucunya. Ini sangat lain daripada yang lain. Namun, ketika mereka sudah dekat dengan Earl, dan Earl sama sekali tidak mendengar suara Jimy yang berteriak memanggil namanya karena suara bising kendaraan yang lalu lalang di jalanan.
Sedetik kemudian mereka semua terperanjat ketika tiba-tiba pria itu berlari ke arah mereka karena menyadari jika mereka sejak tadi berusaha memanggil-manggil wanita di depannya. Tetapi Earl dengan sigap menangkap pria itu. Dengan sekali gerakan seperti profesional ia membanting pria itu dan tersungkur ke lantai semen dengan suara debukan yang keras, berhasil membekuk pria itu dan langsung memborgolnya.
"Dasar wanita gila! Lepaskan aku! Kau pikir apa yang kau lakukan ini, hah?" pria itu meronta yang membuatnya menggeliat seperti cacing. Earl terseyum jahat.
"Simpan saja omong kosongmu," jawab Earl tegas dan sama sekali tidak menyadari beberapa orang yang menatapnya tanpa berkedip.
Nyonya Parker yang melihat pria itu terus meronta langsung membawa Jimy ke pelukannya dan menatap Earl dengan tatapan yang sulit. Steve dan Rose bahkan tidak bergerak barang seinci pun karena terlalu kaget dengan kejadian tadi.
"Kak Earl!" teriak Jimy yang menatap Earl begitu berbinar. Earl menoleh dan langsung dengan spontan menunduk hormat.
"Selamat siang, Nyonya dan tuan Parker. Selamat siang Jimy," Earl melirik pria di bawahnya dan langsung menggiring pria tadi untuk berdiri.
"Maaf, Nyonya dan Tuan Parker. Saya, sedang bertugas, saya permisi. Maaf mengganggu waktu anda. Bye Jimy," Earl pun menunduk disambut lambaian tangan dari Jimy yang begitu bersemangat dan langsung membawa pria itu ke pinggir jalan, seketika sebuah mobil berhenti dan Earl pun memasukkan pria itu ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu. Diikuti tatapan banyak orang yang menonton kejadian itu. Syok tentu saja.
"Jadi siapa wanita itu? Bagaimana dia tahu diriku?" tanya Nyonya Parker pada Steve begitu marah.
"Kita bicarakan ini di restaurant saja bu. Ayo Jimy," Jimy pun menggandeng tangan ayahnya dan berjalan mendahului neneknya dan Rose.
"Kau tau siapa wanita itu, Rose?" tanya Nyonya Parker penuh selidik. Tetapi Rose tidak mampu menjawab, dan hanya terdiam. Ketika Nyonya Parker tahu siapa Earl dan bagaimana Steve dan Jimy bisa akrab dengannya, itu adalah awal kehancurannya.
.
.
.
To be continued