"Kau akan menusukku?" Earl langsung memotong perkataan pria itu.
Demi tuhan! Apakah pria itu tidak lihat seragam militer yang ia kenakan? Apakah pria itu buta huruf dan tidak bisa mengerti beberapa pangkat di seragamnya? Earl tidak habis pikir tentunya.
Pria itu langsung menempelkan pisaunya semakin dalam hingga pisau itu mungkin sedikit merobek seragamnya. Earl memutar matanya malas.
"Baiklah, baiklah. Biarkan aku membujuknya agar ia tidak memberontak padamu." Earl lantas berjongkok dengan hati-hati agar pisau pria itu bisa sedikit dijauhkan dari pinggangnya. Pria itu mengangguk dan membiarkan Earl berjongkok untuk berbicara pada bocah itu.
Tapi bocah itu sudah akan berlari saat Earl berjongkok untuk membujuknya. Earl pun langsung menahan lengan bocah itu dan menyuruhnya untuk sedikit tenang.
"Kau mau memberikanku padanya? Aku tidak mau." Kata bocah itu langsung dan berusaha kabur dari Earl.
"Dengarkan aku dulu. Aku ingin bertanya siapa namamu."
Bocah itu pun menatap Earl dengan ragu sebelum ia melihat tangan Earl yang menunjuk ke arah seragamnya. Butuh waktu untuk bocah itu berpikir apa kode yang Earl maksud. Tapi pada akhirnya bocah itu merasa aman saat melihat wajah Earl yang sama sekali tidak terlihat jahat.
"Jimmy." Earl tersenyum kecil dan merapikan pakaian yang Jimmy kenakan.
"Baiklah Jim kecil. Aku akan sedikit kasar padamu. Tapi kau jangan khawatir, aku akan menyelamatkan Robin Hood kecil ini. Jadi sekarang berjalanlah bersama paman ini sebentar, okay?" Earl mengedipkan sebelah matanya pada Jimmy.
Jimmy ragu dan menggeleng. Tetapi begitu wajahnya menatap Earl, ia pun mengangguk kemudian. Earl tersenyum cerah dan kemudian berdiri lalu menatap pria itu.
"Silahkan bawa dia." Kata Earl menyerahkan Jimmy. Pria itu tersenyum puas dan melipat kembali pisaunya dan membawa Jimmy.
Dengan ekspresi enggan Jimmy menoleh ke belakang dengan tatapan sedih dan kembali menghadap ke depan. Ia tahu bahwa Earl tidak mungkin membiarkannya bersama dengan seorang penculik mengingat Earl bersikap baik saat pertama kali mereka bertemu.
Baru lima langkah mereka berjalan, Earl dengan gesitnya berlari dan merampas Jimmy dengan sedikit kasar lalu menggendongnya dengan cepat. Pria itu terlalu kaget dengan tindakan Earl dan berusaha mengejar.
"Ayo kita kabur Jimmy!" Pekik Earl yang langsung disambut senang oleh Jimmy sendiri.
Earl sedikit kesulitan saat berlari lantaran ia mengenakan rok span dan juga sepatu dengan heels lima senti. Tapi karena ia harus menyelamatkan Jimmy lantaran bocah yang ada dalam pelukannya ini orang khusus yang ia kenal.
Lama mereka berlari, Earl harus dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa teman-teman dari pria itu berdatangan dan mulai menghadang Earl dari berbagai sudut koridor. Mereka hampir menangkapnya.
Jimmy memeluk leher Earl dengan kuat agar tidak jatuh. Walaupun sorot matanya terlihat takut tetapi ada kesenangan di dalamnya. Earl sedikit lega saat Jimmy tidak lagi gemetar ketakutan.
"Hey Jim, sepertinya Tante Rose melihat kita." Earl tidak sengaja mendengar suara histeris seorang wanita. Tetapi Jimmy hanya mengangguk.
"Jangan pedulikan dia. Dia hanya bisa menangis jika melihatku diculik." Jawab Jimmy yang langsung membuat Earl tertawa. Walaupun sulit sekali melangkah lebar, setidaknya posisi mereka sudah cukup jauh dari kepungan pria itu.
"Kau tau jalan untuk pulang ke rumah?" Earl bertanya masih sambil terus berlari. Jimmy mengangguk "Baguslah, aku akan mengantarmu sampai di rumah dengan selamat. Jadi jangan panik, Okay?" Jimmy mengangguk lagi dan kali ini dengan senyuman lebar yang semangat. Earl tertawa.
Mereka terus berlari menuruni tangga. Karena Earl telah di berkati tubuh yang kuat dan atletis, dengan mudah Earl berseluncur pada pegangan tangga sampai Jimmy berteriak senang.
"Wuiiiii!" Earl dan Jimy tertawa bersama ketika berseluncur.
Sesampainya mereka di parkiran, Earl segera menuju mobilnya. Tapi ia kalah cepat lantaran orang yang ingin menculik Jimmy jumlahnya tidak sedikit. Ada beberapa yang menunggu mereka di parkiran saat ini.
Mau tidak mau Earl harus menghadapi pria yang sudah mengepungnya itu. Earl lantas menyuruh Jimmy memasuki mobilnya agar bocah itu bisa sedikit aman. Melihat Jimmy patuh padanya, Earl tersenyum dan menyuruh Jimmy membuka kaca mobilnya.
"Hey, Robin Hood kecil. Kau pernah menonton film Kungfu Panda?" Earl bertanya sambil melepas sepatu heelsnya. Jimy mengangguk dan langsung membuat Earl tersenyum lalu mengacak surai hitam Jimmy dengan perasaan sayang. "Aku akan memperlihatkan gerakan si panda gendut itu."
Jimmy menaikkan alisnya dan menutup kaca jendela itu atas suruhan Earl. Dan begitulah Earl. Menghajar mereka yang datang mengeroyok yang tentu saja mereka bukan tandingan Earl sama sekali. Satu persatu dari mereka mulai tumbang.
Disana Jimmy ricuh sekali menatap Earl dari dalam mobil sambil bertepuk tangan heboh. Dan seketika para sekumpulan penculik itu K.O. Di susul para pengawal dan wanita yang Earl ketahui sebagai tante Rose itu datang sambil terengah dan menatap Earl tajam.
"Kembalikan Jimmy padaku. Kau pasti mau menculik Jimmy. Pengawal! Tangkap wanita itu!" Rose berteriak dengan wajah yang memucat.
Earl hanya berdiam diri dan melipat kedua tangannya di depan dada. Memangnya wanita ini tidak lihat bahwa para penculiknya sudah terkapar di atas lantai? Jimmy pun berlari keluar dari mobil dan segera berdiri di depan Earl. Jimmy bahkan juga melipat kedua tangannya seperti Earl untuk melindunginya. Para pengawal pun terhenti.
"Kakak ini yang menyelematkanku dari mereka. Dan aku tidak ingin pulang dengan Tante Rose. Aku ingin pulang diantar oleh kakak ini!" Jimmy berkata dengan suara keras dan permintaan yang mutlak. Rose mendelik tajam.
"Dia orang asing, Jimmy. Kau tidak boleh bersama dengan orang asing. Ayo, pulang dengan Tante saja."
Dari pengamatannya saja Earl paham bahwa Rose sedikit lega karena Jimmy tidak terluka sama sekali. Tapi melihat betapa keras kepalanya bocah kecil itu, Rose jadi sedikit tidak sabaran sampai mengeluarkan ekspresi marahnya pada Jimmy.
"Kau jauh lebih asing dari kakak ini. Pulanglah! Aku akan pulang bersama kakak ini." Lagi-lagi Jimmy menolak keras sampai Earl jadi tidak enak sendiri.
Earl mengusap kepala Jimmy dengan pandangan takjub. Seorang bocah kecil memberi perintah pada tantenya. Bukankah ini sedikit berlebihan? Earl bahkan melihat wanita itu membuka tutup mulutnya dan langsung berwajah semakin marah tetapi masih ditahannya.
Jimmy pun berjalan memasuki mobil Earl tanpa menghiraukan lagi para pengawal dan Rose tentunya.
"Aku mengizinkan dua orang pengawalmu untuk ikut di mobilku jika anda khawatir dengan anak ini." Perkataan Earl langsung menohok wanita itu dengan keras. Seakan-akan wanita asing di depannya begitu tahu ketidakberadayaannya. Tapi ia juga tidak punya pilihan lantaran Earl sampai ikut terseret di dalam permasalahan keluarga ini.
"Dua orang ikut dengannya." Rose lantas memberikan perintah pada para pengawal karena mau tidak mau menuruti kebaikan hati wanita asing ini.
Jimmy melihat dua orang pengawal yang masuk ke dalam mobil Earl dengan tatapan tidak suka. Bahkan dengan terang-terangan ia memprotes dan berakhir ia semakin cemberut ketika Earl yang menyuruh mereka ikut.
"Hahaha jangan cemberut seperti itu. Biar bagaimanapun, aku tetap orang asing. Aku tidak ingin menambah masalah, Okay?" Ujar Earl gemas sendiri. Jimmy mengangguk dan beberapa menit kemudian moodnya membaik.
Selama perjalanan, mereka berdua berbincang-bincang dan terkadang bercanda hingga tertawa. Earl menceritakan kejadian-kejadian konyol selama di dalam militer hingga pengawal di kursi belakang pun sedikitnya tertawa tertahan.
Jimmy sangat antusias sekali bertanya tentang diri Earl lantaran ia juga baru tahu bahwa kakak yang menyelamatkannya adalah seorang militer. Ia banyak berkata dan memuji Earl saat menghabisi penjahat itu. Earl tertawa mengamati Jimmy yang bercerita. Begitu polosnya sampai Earl gemas sendiri.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka tiba di sebuah Mansion besar. Karena pangkalan militernya juga besar, maka Earl tidak lagi terkejut atau terkesima dengan gerbang utama yang sebesar pintu Tol itu menyambut kedatangan mereka.
Para pengawal tadi turun dan berbicara pada penjaga gerbang untuk mengizinkan mobil Earl masuk. Dan setelah perjalanan sepuluh menit memasuki halaman mansion itu, mobil Earl disambut oleh seorang pria yang berdiri di depan pintu rumah yang entah seperti apa Earl menggambarkannya. Seperti istana menurutnya. Jimmy segera melompat turun dari mobil.
"Ayah!" Jimmy berteriak keras memanggil ayahnya. Pria yang tengah menelepon itu langsung berbalik dan mematikan ponselnya lalu memeluk Jimmy dengan erat.
Earl segera meminggirkan mobilnya dan dengan sopan mempersilahkan mobil Rose untuk parkir tepat di depan mereka. Jimmy terlalu sibuk bermanja-manja dengan ayahnya ketika Rose keluar dari mobil dengan wajah ketakutan hingga pucat pasi. Pria yang diketahui ayah Jimmy langsung memberikan tatapan menusuk pada wanita itu.
"Steve, a-aku-"
"Ayah? Kakak Earl telah menyelamatkanku. Dia begitu hebat menghajar penjahat itu dengan tangan kosong seorang diri. Kak Earl sungguh hebat!"
Jimmy langsung bercerita panjang lebar. Sengaja memotong perkataan Rose untuk membela dirinya. Seakan-akan Jimmy tidak ingin wanita itu membela diri lagi lantaran semua ini terjadi akibat dari kelalaiannya sendiri.
Earl disana hanya berdiri dengan sempurna dan mengamati betapa kasihannya melihat Rose yang berusaha masuk ke dalam ruang lingkup keluarga sempurna ini.
"Baiklah, baiklah. Ayo kita bicarakan di dalam rumah saja." Kata ayah Jimmy penuh kasih sayang menggendong putranya. Wajahnya yang Earl lihat sangat bengis berubah menjadi begitu hangat ketika menghadapi putranya. Earl menghela nafas lega.