Bunda keluar rumah tergesa-gesa karena melihat putrinya yang masih berdiri mematung di gerbang rumah mereka.
"Dasar bocah edan.. bisa-bisanya aku menuruti permintaan Dwi untuk menjodohkan anaknya dengan anakku, harusnya aku sadar.. kalau anaknya juga bakalan gila seperti dia! " Umpatnya menyesali keputusannya. Dia juga tidak mungkin akan membatalkan rencana mereka. Tapi mereka juga sepakat, jika ke dua anak mereka tidak saling menyukai.. mereka tak akan memaksakan pernikahan ini. Bunda berharap agar Raysa menolak cowok sinting itu.
Raysa masih berdiri terpaku sampai Bundanya menghampirinya dan menyentuh pundaknya. Raysa kaget karena itu. Sebenarnya Bunda amat kesal.. tapi mau bagaimana lagi, bocah itu telah kabur duluan. Bunda tak ingin mengungkit hal ini, karena tak ingin membuat putrinya merasa malu.
"Ica.. kok melamun di luar? Lagi nungguin seseorang? " Tanya Bunda dengan wajah prihatin.