Jasa Galang menyelamatkan Vanya menjadi pembuka lembaran kehidupan Galang yang baru. Galang diberikan pekerjaan menjadi bodyguard Vanya. Ia diberikan tugas mengawal hanya ketika melakukan aktivitas di luar rumah.
Pekerjaan ini memang bukan cita citanya tapi setidaknya, ia bisa kembali mampu membayar kontrakan.
Hari pertama yang ia harus jalani menjadi bodyguard cukup berat karena harus mengantar Vanya menonton Konser musik band anak muda yang baru naik daun yaitu The Mam Punk Gunk. Sebuah band punk yang menyuarakan cacian jenaka.
Senja telah mengganti siang, udara Sepoi Sepoi Jakarta Timur cukup membuat enjoy. Dalam mobil, Vanya memutar lagu di YouTube yang terkoneksi dengan audio mobilnya.
"Tuanku Vanya, ini lagu apa ya? kok liriknya seperti mengecam para pecinta burung, apa salah burung, apa salah yang suka mainin burung?" tanya Galang memberanikan diri bertanya dengan tujuan memecah kebekuan.
"Diem aja Lo, gak usah banyak tanya, band idola gue, the mam punk Gunk itu band paling aneh tapi keren yang pernah ada, lo gak liat viewersnya puluhan juta, ngalahin Atta Halilintar," Tukas Vanya sewot.
"Okey Tuan Putri, tapi ya, ini sekedar info aja, band ini kagak bener, gak kasih attitude yang bagus karena terkenal ngedrugs," sambung Galang.
"Eh Galang, hati hati Lo kalo ngomong, dari mana Lo tau mereka itu drug abuser," tanya Vanya.
"Tuan putri...," jawab Galang tapi dipotong pembicaraannya.
"Stoooooop memanggil gue Tuan Putri, emang gue hidup di jaman bawang putih bawang merah apa, udah deh ye.. diem," hardik Vanya.
Tiba di kafe the Brutalio Gandoz, Vanya langsung duduk di meja kesayangannya, hanya 3 meter dari stage untuk live perform. Dengan menjentikkan tangan ala Thanos saat menghancurkan dunia, seorang pelayan langsung menghampirinya.
"Yang biasa ya Bro," bisik Vanya kepada sang pelayan.
Satu jam sudah, Vanya dan Galang sang ajudan sekaligus bodyguard nya, menghabiskan dua gelas kopi, dan dua piring kentang goreng. Akhirnya, Band yang selalu dibanggakan Vanya masuk ke panggung untuk tampil di stage yang tak terlalu mewah dan megah tapi tetap artistik.
Konon band yang melejit dengan singlenya "Aku Benci Dillan" dan "Benci Burung Tetangga," rela tampil di panggung sempit, karena sebagai nostalgia karena panggung The Brutalio Gandoz adalah tempat yang mempersatukan band dengan produser musik kelas hiu.
"Selamat malam sodaraku, maaf sedikit terlambat ya, tadi habis nganterin janda Deket rumah yang masuk UGD karena kesetrum saat main TIK Tok," kata Vokalis The Mum Punk Gunk bernama Jocko.
"Kita mulai saja ya, lagu pertama, biar panas ini panggung kita mainkan, Aku Benci Dillan," teriaknya.
Setelah sebait lagu ditampilkan, Galang melihat gelagat mencurigakan, karena melodi lead guitar melenceng dari nada, lalu sang vokalis keliatan blank, lupa lirik dan menatap kosong hingga akhirnya tumbang bersama stand mic yang ia genggam. Begitu pula sang Gitaris sempoyongan dan tumbang.
Hiruk pikuk penonton menjadi hening seketika. Vanya berteriak, "Woy, cepet telepon rumah sakit goblok, jangan mingkem sama update status WA aja," kepada sang pelayan yang kebetulan sedang mengantarkan makanan ke mejanya.
Di saat kacau ini, Galang melihat ada seseorang mencurigakan yang sekilas memegang senjata Laras panjang dan mengacungkan ke kerumunan.
Dor, dor, dor tiga rentetan tembakan mengarah ke kerumunan, dan tampak empat orang bertumbangan.
"Vanya, cepat ikut saya, dan jangan melihat ke belakang," kata Galang sambil menarik tangannya lalu mengajak berlari setengah menyeret ke arah parkiran yang jaraknya 15 meter dari lokasi panggung.
Galang dengan cekatan menabrak satu orang yang diduga sebagai anggota komplotan. Ia juga meminta sang sopir untuk segera merangsek ke depan kafe untuk segera memasukkan Vanya.
Saat mobil mendekati Galang dan Vanya, tiba-tiba seorang pengendara motor trail mendekati mobil Vanya dan menembak secara membabi buta ke arah mobil hingga mengenai kedua rodanya.
Melihat hal itu, Galang mengubah rencana, ia melihat ada seorang driver ojek online yang dengan santainya memarkir motornya sambil menenteng kresek berisi paket. Sang ojol rupanya gak sadar tentang apa yang terjadi, karena pakai headset pula.
Galang langsung mendorong sang ojek online hingga kehilangan keseimbangan dan tercebur ke kolam hias yang berada di pelataran kafe.
Galang dan Vanya melarikan diri dengan motor matic curian sementara itu satu pengendara motor trail terus mengejarnya.
"Vanya, cepat keluarkan apa aja yang ada di dalam tas," perintah Galang kepada Vanya.
"Ya elah, di tas Lo cuma ada korek, power bank, sama hape," kata Vanya setengah teriak.
"Lempar, cepet lempar, power banknya," perintah Galang.
Vanya lalu melemparkannya ke selokan yang dilintasi motor.
"Lah, kok elu malah ngebuang ke selokan sih?" tanya Galang kesel.
"Eh Goblok, Lo gak bilang gw harus lemparin kemana?" jawab Vanya sewot.
Galang lalu memacu motornya semakin kencang, di tengah situasi lalu lintas yang agak ramai lancar.
Saat melintasi lampu merah, dan lampu merah menyala, Galang terus melaju dan hampir tertabrak kendaraan lainnya, tapi sang motor yang mengejar itu yang juga nekat menerobos lampu merah, akhirnya bertabrakan sama bajaj yang membawa ayam dan kambing.
*****
Setelah selamat mengantarkan Vanya hingga ke rumah, Galang terpaksa tidak pulang ke kontrakan. kebetulan, Untuk karyawannya, ayah Vanya, Bos Broto menyediakan kamar yang bisa jadi tempat istirahat jika sang karyawannya kemalaman.
"Aneh banget, dalam beberapa hari, sepertinya Vanya begitu diincar orang, padahal, anaknya biasa aja, hanya remaja keren yang selevel sama influencer medsos seperti Awkarin." Gumam Galang bertanya tanya pada dirinya sendiri.
Galang lalu mengambil secarik kertas dan mulai membuat semacam grafik kronologi. Ia membuat skema kejadian pengejaran pertama, lalu menuliskan detail di kejadian kafe the Brutalio Gandoz.
Saat memantau berita di media sosial, Galang mendapatkan kabar, dua anggota band The Mum Punk Gunk dinyatakan tewas setelah beberapa jam mendapatkan perawatan.
Hal ini pula menyita perhatian Galang karena ia sangat mencurigai dari beberapa waktu lalu tentang rumor band ini yang dekat dengan narkoba.
"hmmm...Vanya, Brutalio, The Mum Punk Gunk, bos Broto, lambang naga kuning di helm pengendara motor trail, ada apa ini?" kata Galang.
Tiba-tiba ponsel Galang berdering, dan tampak di layarnya tertera panggilan dari orang yang tak dikenal.
"Halo, siapa ini?" tanya Galang dengan nada tegas.
"Galang Pratama, eks wartawan kriminal yang jadi bodyguard tolol, lu harus hati-hati di manapun lu berada, sama siapapun lu berada, maka semuanya akan jadi bahaya," kata suara misterius sambil menutup panggilannya.
Galang kini sadar, bahwa sebenarnya bukan Vanya yang jadi incaran utama, tapi dirinya. Ia kembali merefresh ingatannya saat dikeroyok preman beberapa bulan sebelumnya.
Ia segera membuka file lamanya, sekitar 6 bulan lalu saat dirinya ditugaskan meliput misteri peredaran narkoba di kantor direktur utama PT Devile Bros, sebuah perusahaan yang ngakunya bergerak di bidang supplier industri.
*****
Sedikit kembali flash back, 6 bulan lalu, Galang mendapatkan informasi bahwa sebuah gudang di daerah Jakarta Utara terindikasi kegiatan terlarang. Kabarnya banyak hilir mudik kendaraan secara intensif dan sesekali ada orang yang mengawal dengan senjata api.
Dari hasil investigasinya, terungkap bahwa gudang tersebut milik PT Devile Bros, yang mana direktur utamanya adalah Gardo Prakoso, seorang pengusaha yang dikenal top dan dermawan di lingkungannya.
Singkat cerita, Galang berhasil berkenalan dengan salah satu pegawai yang bertugas mengangkut barang ke kontainer. Data akurat pun terhimpun dan segera ia melaporkan ke pihak kepolisian agar dilakukan penyelidikan. Kolaborasi antara Kepolisian dibantu info Galang, akhirnya terbongkarlah peredaran narkoba yang melibatkan perusahaan Devile Bros, sehingga bosnya dijebloskan ke dalam penjara. Sejak saat itulah, bisnis Gardo makin habis. Tapi, Devile Bros masih menyisakan satu motor penggeraknya yaitu Jarko yang merupakan adik dari Gardo.
******
"Gila, waktu itu emang tulisan gue paling banyak dicari karena mengungkap secara gamblang kiprah bisnis narkoba Devile Bros. Gardo dibui, tapi adiknya masih gerilya, makanya mereka masih ngincar gue," kata Galang bicara pada dirinya sendiri.
Malam makin larut, dan Galang masih terus memecahkan potongan demi potongan teka teki yang makin bikin ia ngeri. Galang berusaha menghubungi seorang perwira di lembaga negara yang mengurusi soal narkoba yaitu BAPERAN (Badan Pemberantasan Narkoba) yang berhasil membongkar kasus skandal narkoba jenis ekstasi dan Shabu dalam jumlah ratusan kilogram.
Berkali kali ia melakukan panggilan, tapi tidak ada jawaban.
"Ah iya ini kan dah tengah malam, mungkin jadi Bang Rusli sudah mimpi nyangkul sawah di Bali," kata Galang sambil terkekeh geli.