Chereads / mendadak detektif / Chapter 4 - BAB 4 Penyelidikan di Kantor Misterius

Chapter 4 - BAB 4 Penyelidikan di Kantor Misterius

Galang membuka buka file lama dari hasil artikelnya yg sempat kontroversial tentang kasus narkoba yang melibatkan Gardo dan perusahaannya. Ia kemudian mencatat hal-hal terkait dengan Gardo. Saat melihat file, ia tercengang karena ada foto Broto bersalaman dengan Gardo.

Ia mulai bertanya-tanya, mengapa bosnya itu pernah ada keterkaitan dengan Gardo, sang mafia narkoba ibu kota.

Selanjutnya ia bergegas pergi ke rumah bosnya, karena ia harus melakukan pengawalan bukan pada Vanya tapi pengawalan pada bapaknya, yaitu Bos Broto.

Saat tiba di rumah, Galang langsung diminta asisten Broto untuk menghadap di ruang meeting.

"Galang, mulai hari ini, kamu ngawal saya, karena saya belum dapat pengganti si Zaki yang kemaren resign. Tugas kamu cukup berat, karena terus terang saya ada dalam masalah. Kamu sanggup?" tanya Broto.

"Tidak masalah pak, saya siap jalankan tugas. tapi saya ada pertanyaan pak, apakah ini ada kaitannya dengan Gardo?" tanya Galang.

"Adiknya Gardo, yaitu Jarko. Dia bergerak silent dan jauh dari sorotan media. Masalah mulai rumit, karena aku sudah muak dengan bisnis haram selama ini. Aku curiga, cepat atau lambat, mereka pasti tidak terima dan bisa saja habisi kita," kata Broto.

"Baik pak, tidak masalah. Tapi yang ngawal Vanya siapa ya? saya khawatir dia juga terancam keselamatannya karena tempo hari dia juga sempat terancam oleh para begundal-begundal," kata Galang.

"Kamu yg cari lah, lusa harus sudah ada, bisa kan?" perintah Broto.

Dalam hati, Galang bergumam dan merasa kesal karena harus putar otak mencari sosok bodyguard yang sama handalnya dengan dia.

Tapi sepintas di alam pikirannya muncul dua nama yaitu Surip dan Juned. Dua sahabat karib yang sudah dianggap seperti Ipin dan Upin.

Tak pikir panjang, Galang pergi ke kost Surip dan Juned yang berada di pinggiran rel Bekasi.

Tiba di kost mereka, Galang disambut suara ngorok dari dalam kamar kos sempit mereka berdua. Sahut sahutan suara ngorok, seperti raungan gitar Ian Antono melawan Slash.

Galang seketika membanting kaleng celengan yang tidak pernah penuh terisi. Sontak keduanya reflek kaget sambil memasang kuda kuda silat.

"Ah sialan lu Lang, gue pikir kompeni jajah lagi." kata Juned.

"kalian jangan cuma bisa miara Iler, kalian harus segera cari duit. Ni gue kasih kalian kerjaan, tapi lu pada harus serius ya, karena ini lumayan berat, tapi duitnya gede." kata Galang bersemangat.

"Ah, serius, gue kagak mau ketipu lagi, tempo hari lu bilang kerjaannya seru, tapi ternyata cuma sales panci," kata Surip.

"Iya, Lang, gue cape kalo harus muter muter kampung jualan panci, malu iya, apalagi pas ketemu mantan gue," sambung Juned.

Galang menjelaskan tentang pekerjaan yang baru ini secara mendetail.

"Woi, kagak bakal elu dapat kerjaan yang gak jelas. Kali ini lumayan elit lah dan ada tantangannya, dah duitnya gede."

"Wah, boleh juga, kapan kita bisa mulai bekerja Lang?" kata Juned.

"Besok kalian gue jemput, jangan pada telat bangun," kata Galang sambil melempar cangkir plastik kosong.

"Syiyappppppp!" teriak Juned dan Surip kompak.

Keesokan harinya, Galang menjemput kedua temannya dengan menggunakan mobil yang dipinjam bos.

"Lang, lu bawa kita ke mana nih?" tanya Surip.

"Apa sih kerjaan kita dah, kemaren lu belum jelasin dengan sangat detail broo." Kata Juned menimpali.

"Jadi kerjaan elu berdua itu jagain anak bos, namanya Vanya, dia sekarang lagi kurang aman karena bapaknya keluar dari sindikat, dan kalian wajib melindungi anaknya. Gue fokus jaga bapaknya."

"Weittsss, mantep dah. kagak rese kan anaknya? btw anaknya masih TK apa SD?" tanya Surip

"Anaknya dah gede, dah pegang usaha sendiri juga, kuliner gitu, tapi anak buahnya ga yang betah, karena lumayan galak, hahahha," kata Galang.

Tiga puluh menit kemudian, Galang bersama dua temannya tiba di rumah Pak Broto.

"Pak, ini dua temen saya yang akan jagain Non Vanya."

Broto melihat secara teliti, dari ujung mata hingga ujung kaki.

"Sebelumnya, apa kerjaan kalian?"

"Saya jualan BH pak, keliling kampung. Tapi BH bukan yg sembarangan pak, ini BH kesehatan, bisa dicharger," kata Juned.

"Kalau kamu?" tanya Broto kepada Surip.

"Saya pernah jadi satpam, tukang sedot WC, ojol, dan terakhir saya jualan panci," kata Surip.

"Galang, apa kau yakin, teman kau ini apa bisa melindungi anakku?"

Galang meyakinkan bosnya bahwa kedua temannya ini bisa diandalkan.

" Bisa pak," kata Galang sambil menyerang kedua temannya. Sontak kedua temannya merespon dengan tangkisan tangkisan dan serangan balik yang tak kalah ganasnya dengan jurus jurus Galang.

"Cukup, cukup!!! aku percaya kalian bisa jaga Vanya. Tugas kalian, jaga Vanya tapi tidak melekat. buat dia tetap nyaman jangan sampai mencolok. Kalian tidak usah balik ke kontrakan butut sempit dan bau. Di sini masih ada kamar kosong."

"Siap!!!" teriak Juned dan Surip.

"Pak maaf saya mau tanya, kita....hmmm....hmmm gimana ya ngomongnya," kata Juned malu malu.

"Oh, iya gaji, kalian masing masing saya gaji 8 juta.

"Wow, mau mau...tapi dapat BPJS kan Pak?" sambung Surip.

"Dasar goblok, pakai nanya gituan," bisik Galang sambil mencubit Surip.

"Ok, sekarang kalian bekerja. Aku panggil Vanya biar kalian kenali majikan baru kalian." Kata Broto sambil menelponnya.

Tak lama kemudian Vanya datang dan dikenalkan dengan kedua pengawal barunya.

"Pah, ini yang akan ngawal aku? yang bener aja Pah, mereka kok kayak Ipin Upin tumbuh besar tapi gak simetris" Kata Vanya saat melihat dua pengawalnya yang kembar botak.

"Waduh, ga simetris, apa kepala gue kotak ya kayak kardus mie," kata Juned dalam hatinya

sambil ngelus ngelus kepala botak licinnya.

********

Esok malamnya, Galang kembali membuka laptopnya. lalu mendapatkan alamat kantor Jarko. Tanpa pikir panjang, ia mengambil motor KLX Supermoto nya untuk menuju sebuah lokasi di daerah Jakarta Utara. Namun, saat ia melihat aktivitas di lokasi, ia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ia hanya melihat kantor usang, yang lebih mirip koperasi.

Tapi ia melihat ada hal mencurigakan, yaitu ada truk mulai berdatangan. selain itu ia mulai membuntuti yang berseliweran di depan gedung tersebut.

Ia menepikan motornya di samping warung kosong. Kemudian ia mengendap-endap mendekati gedung kantor tersebut. Tak lama kemudian, truk yang tadi masuk, keluar seperti terburu-buru.

Galang melihat, ada tiga orang mengunci kantor bagian samping yang terlihat seperti gudang. Galang mengambil kameranya dan memotret satu persatu kegiatan yang mencurigakan. Tapi sedang mengendap endap begini, tiba-tiba ponselnya bunyi karena ada panggilan masuk. Lebih ngeselinnya lagi, itu adalah video call dari Juned.

Galang mengangkat panggilan ini sambil ngomel-ngomel.

"Lu ngapain sih pakai video call segala, gue lagi nyelidikin kantor si Jarko, goblok!" sambil setengah bisik-bisik.

"Eh Lang, gue butuh bantuan elu, nih coba liat di belakang gue, mobil bos Vanya mogok, gue gak tau ini cara benerinnya. Mana gue harus jemput," kata Juned.

"Aduh tar gue ke situ, share loc aje, sementara ini gue harus selidiki sesuatu," kata Galang.

"Udah tutup, gue eneg liat muka lu," imbuh Galang kepada Juned.

Kemudian Galang kembali memelototi kegiatan di luar kantor Jarko. Lima menit kemudian, sebuah mobil box masuk ke halaman parkir belakang. Tampak, dua orang turun dari mobil box itu dan masuk ke sisi samping kantor yg mirip gudang. Kemudian dua orang ini keluar sambil membawa 4 manekin. Anehnya, manekin yang terlihat enteng, tapi digotong oleh lebih dari 2 orang.

Makin kuat dugaan Galang, bahwa bisnis narkoba Jarko masih berjalan.

Setelah mendapat banyak bukti foto, Galang kembali memacu motornya untuk nyusul Juned yang sedang mengalami masalah mobil yang mogok.