Aku berjalan sambil memandangi gedung sekolah yang besar. Dari kejauhan awalnya aku mengira gedung-gedung pencakar langit yang ada di belakang sekolah berada di luar area sekolah ini. Tapi ternyata dugaanku salah, dibalik sekolah ini ada Kota Akutagawa. Aku baru menyadarinya, kota ini dikelilingi oleh sungai. Mungkin tadi aku tidak menyadarinya karena sekolah ini sangat luas.
Kami pun langsung masuk ke gedung sekolah, Bu guru itu pun langsung memberitahukan kelasku dan ia langsung pergi menuju ke ruang guru.
Aku terus berjalan di koridor sambil mencari kelasku, yaitu kelas 11-A. Aku tidak menyangka kelas 11 ada 26 ruangan.
Sepertinya disekolah ini aku tidak akan di diskriminasi, buktinya ketika aku sedang berjalan di koridor banyak perempuan-perempuan yang membicarakanku. Mereka mungkin menganggapku orang tampan, tapi hal itu hanya ada dalam pikiranku.
Sebenarnya aku tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang lain. Aku lebih suka berbicara sendiri di dalam hati. Hal ini bisa saja membuatku gagal untuk membuat teman lagi. Jadi, sepertinya aku harus sedikit ramah kepada mereka.
Tidak lama, aku menemukan kelasku. Aku langsung masuk ke kelas, dan ternyata saat aku masuk kelas suasananya berbeda dengan kelasku yang dulu.
Tiba-tiba ada laki-laki berambut pirang datang menghampiriku.
"Kamu murid baru itu ya, salam kenal. Aku ketua kelas disini, namaku Ken Akihabara."
Aku mencoba untuk bersikap ramah dengan menjawab perkataan orang itu.
"Namaku Fritz Edogawa, salam kenal."
Sepertinya aku gagal, aku malah mengucapkan sesuatu seperti orang yang cuek.
"Fritz? kamu berasal dari luar negeri ya."
"Sebenarnya ibuku berasal dari Inggris sedangkan ayahku berasal dari Jepang."
Setelah itu, bel pun berbunyi, kelas pun seketika hening. Aku jadi penasaran siapa wali kelas disini. Suara langkah kaki terdengar, menandakan ada guru yang sedang menuju kesini.
Guru itu membuka pintu, dan kami memberi hormat padanya. Ternyata guru itu adalah guru yang aku temui tadi diluar.
"Silahkan duduk. Kalian sudah tahu kan ada murid pindahan. Murid itu namanya Fritz Edogawa. Ia tadinya tinggal di Inggris. Dia juga pintar, jika kalian butuh sesuatu panggil saja dia. Aku belum memberitahu namaku ya namaku Hajime, para murid biasa memanggilku Bu Hajime."
Dalam hati aku mencoba mengatakan, kalau bu guru itu membebankan tugasnya padaku.
Pelajaran pun dimulai, dan tidak terasa beberapa jam kemudian bel istirahat berbunyi. Di hari pertama bersekolah ini, aku memutuskan untuk tidak pergi ke kantin, tapi aku ingin berkeliling sambil mengingat denah sekolah ini.
Aku melihat-lihat, dari dalam ruangan sampai keluar ruangan. Ruangan klub di sekolah ini terpisah dengan ruangan kelas. Lapangannya juga luas, ini seperti sekolah impian saja.
Aku tidak membuang waktu, aku langsung kembali ke kelasku. Saatku sedang berjalan dengan tenang, tiba-tiba ada perempuan berambut ungu menyenggolku. Ia berbalik dan langsung meminta maaf padaku, setelah itu ia langsung berlari lagi.
Saatku masuk ke kelas, ada keributan terjadi. Bel pun berbunyi, tapi keributan masih terjadi. Karena aku penasaran aku datang menghampiri orang-orang yang sedang beradu argumen.
Orang itu marah-marah karena makanannya hilang.
"Hah? makanan hilang? kenapa tidak beli lagi saja???"
"Emangnya kamu pikir gampang ya mencari poin itu! mungkin kamu gampang mendapatkannya, tapi bagi orang sepertiku poin itu susah didapatkan."
Sepertinya aku salah bicara, ia malah jadi marah-marah kepadaku. Mungkin dia akan membenciku karena hal ini. Jika itu terjadi, itu bisa mempengaruhi pikiran orang-orang disekitarku. Aku harus mencoba menyelesaikan masalah ini untuk menjaga nama baikku.
"Baiklah aku akan mencoba membantumu."
"Memangnya kamu siapa?"
"Jelaskan saja kronologinya! aku hanya ingin membantu."
"Saat bel istirahat tadi aku ke kantin bersama teman disampingku. Kami membeli makanan, terus kami kembali ke kelas. Setelah itu, aku pergi ke toilet dulu. Lalu, ketika aku kembali lagi makananku sudah tidak ada."
Tiba-tiba Ken Akihabara datang mendekati kami.
"Bukannya itu gampang sekali, berarti temanmu yang memakan makananmu."
"Benar juga ya pemikiran kamu Ken, kalau bukan dia siapa lagi yang memakannya."
Aku berpikir kalau pemikiran Ken Akihabara itu bisa diterima oleh orang-orang. Tapi, bagiku menuduh langsung seperti itu tidak keren, dan juga bisa jadi bukan dia yang melakukannya.
"Ken sebaiknya kamu jangan langsung menuduh orang, untuk saat ini kita mencurigai teman disampingnya. Jelaskan alibimu!"
"Jangan panggil aku teman disampingnya, aku merasa tidak nyaman dipanggil seperti itu. Panggil aku Ryu. Saat Aizen pergi ke WC, aku juga pergi ke luar."
"Pergi keluar, kemana?"
"Aku kembali ke kantin, karena aku lupa membeli minuman."
Untuk saat ini pemikiran ia bisa aku terima. Aku harus mencari tahu alibi dari setiap orang yang ada di kelas ini, saat kejadian itu.
Aizen pun mengatakan sebelum ia keluar, ia sempat melihat tiga orang perempuan sedang mengobrol. Tak berpikir lama, aku pun langsung menanyakan alibi mereka. Aku tidak perlu menanyai ketiganya, aku hanya memilih orang yang menurutku ketua dari kelompok tersebut.
"Jadi apa alibimu?"
"A-aku tadi sedang mengobrol dengan mereka jadi aku tidak melihat kejadiannya."
"Skak mat. Ken apa kamu sekarang bisa menebak siapa pelakunya."
Dengan bersemangat Ken pun menjawabku.
"Pasti pelakunya adalah Nino, mungkin dia menyembunyikan makanan itu. Soalnya tidak mungkin dia tidak mengetahuinya, padahal meja Aizen ada di barisan kanan paling depan sedangkan ia ada di barisan kanan paling belakang. Dan juga saat ia menjawab, kata-katanya terpatah-patah seperti orang yang melakukan kesalahan."
Mereka akhirnya bersorak, Aizen pun senang masalahnya terpecahkan. Tapi menurutku masalahnya belum selesai sampai disitu saja.
"Jika aku seorang detektif amatiran aku juga akan menggunakan pernyataan itu untuk menangkap pelakunya. Tapi pelakunya bukanlah Nino."
Mereka pun seketika diam mendengar perkataanku. Aizen pun bertanya padaku.
"Terus siapa?"
"Pelakunya adalah Ryu."
"Kenapa pelakunya harus Ryu?"
Tidak lama Ken pun menyombongkan diri, karena ia yang pertama kali menyebutkan Ryu pelakunya.
"Sudah kuduga kan, Fritz. Kenapa kamu tidak percaya padaku saja."
"Alasanmu saat menjawabnya, tidak bisa diterima oleh logikaku."
"Terus, apa alasanmu beda?"
"Ya beda sekali."
Aku pun mengambil minuman yang tadi dibeli oleh Ryu saat pergi ke kantin.
"Ken coba pegang minuman ini."
Ken pun memegang minuman milik Ryu.
"Bagaimana Ken?"
"Minuman ini tidak dingin, padahal jika ia memang lupa membeli minuman harusnya 5-6 menit minuman itu masih dingin. Tapi ini sudah tidak dingin."
"Kamu sudah tahu kan alasannya."
"Terus bagaimana dengan Nino?"
"Sebenarnya Nino dan teman-temannya melihat Ryu yang sedang memakan makanan milik Aizen. Tapi ia tidak mengaku, karena sebenarnya Nino melindungi Ryu dari tuduhan."
"Kenapa dia melindungi Ryu ya?"
"Gampang saja, perkataan dia tadi yang terpatah-patah saatku tanya bukan karena dia takut ketahuan. Tapi dia melakukan hal itu karena mungkin dia menyukai Ryu."
Muka Nino pun memerah.
"Dengan ini pelaku pencuri makanan sudah terungkap."
Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan, dan ternyata suara tepuk tangan itu berasal dari Bu Hajime. Aku tidak menyadari ada dia disini, mungkin dia disini sejak bel berbunyi.
"Bagus Fritz, ini sesuai dugaanku. Caramu menyelesaikan masalah sudah seperti detektif saja, hasil analisamu sangat detail. Karena itu aku menyarankannya untuk masuk Klub Detektif, aku yang menjadi pengawasnya. Jika kau mau, setelah selesai jam pelajaran temui aku."
Lalu Ken pun menyahut perkataan Bu Hajime.
"Klub Detektif? hanya orang spesial saja yang bisa masuk kesana. Aku harap, aku bisa masuk ke sana."